Apa yang dilakukan hari ini, adalah proses membangun nisan sendiri-sendiri. Membangun gambaran, bagaimana kelak kita diingat dan diziarahi.
Kehidupan seperti di sawah. Ada padi dan ada rumput. Ada baik dan ada buruk. Serupa halnya padi dan rumput, kebaikan dan keburukan juga ada karena niscaya, karena dicipta.
Allah swt. sengaja menciptakan potensi keburukan di tengah hidup manusia. Bukan tanpa alasan. Itu sebagai ruang seleksi manusia.
Dalam hidup yang serupa sawah tadi, tugas manusia resik-resik. Bersih-bersih. Milihi sing endi sing padi, sing endi sing rumput. Dan kalau bisa, menghilangkan rumputnya. Meski itu sulit. Karena kadang, nandure pari tukule suket teki.
Proses ngopeni padi — yang juga ngopeni kehidupan — iku istilahnya matun. Dan yang namanya matun, iku pasti menghadap ke bawah. Tidak ada orang matun menghadap ke atas. Memangnya mau matun udara? Pasti menghadap ke bawah.
Dan matun, merupakan sebuah analogi. orang baik selalu menghadap ke bawah, ke perut sendiri. Berhadapan dengan diri sendiri. Melihat dan memandang keburukan sendiri.
Jangankan mengurusi, orang tersebut bahkan tak tahu keburukan orang lain, karena yang diketahui hanya buruknya sendiri. Hanya kekurangannya sendiri.
Dan yang lebih penting dari itu, waktu tidak akan pernah bisa kembali. Tak akan pernah bisa terulang lagi. Sehingga apa yang dilakukan hari ini, adalah proses membangun nisan sendiri-sendiri. Membangun gambaran, bagaimana kelak kita diziarahi.
*Diilhami dari mauidhoh hasanah syaikhona KH. Imam Syairazi rahimahullah.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Selama Ramadhan ini, redaksi Jurnaba.co berupaya menghadirkan kisah-kisah pendek bermuatan hikmah. Semoga bisa jadi kisah yang asyik dibaca sambil menunggu waktu berbuka.