Pertemuan yang tak disengaja merupakan kesengajaan Tuhan untuk mempertemukan. Pertemuanku dengan cowok bersarung itu, buktinya.
Sore itu, aku pergi dengan temanku SMP. Namanya Hanun. Sudah lama kami tidak bertemu. Dan kami bertemu untuk sekadar melepas rindu, bertukar cerita, berbagi pengalaman, dan sedikit ngegosip juga sih. Hehehe.
Rencananya sih, kami mau nongkrong santuy di sebuah tongkrongan yang pastinya bikin kami nyaman. Apalagi di tempat yang spot untuk fotonya bagus gitu deh. Biar kekinian. Wkwkwk.
Kami memilih tempat di lantai tiga. Karena emang views-nya bagus banget, Nabs. Dijamin deh, kalian pasti pengen ke sana. Ehh, bukan promosi ya. Xixixi
Namun sayang, cuaca yang mendung, tak mendukung kami untuk mendapatkan spot foto yang menarik. Karena kami tuh pengen foto yang backgroundnya senja gitu. Nah, kalo mendung kan ya ndak kelihatan senja-nya. Hmmm, nasib.
Tak lama kemudian, hujan pun turun membasahi pipiku. Ehh, membasahi tempat itu maksudnya. Lalu kami memutuskan untuk turun ke lantai dua saja. Biar ndak kehujanan, Nabs.
Soalnya di lantai tiga kan ndak ada plafonnya. Kalo aku kehujanan trus sakit, nanti siapa yang nyakitin kamu? Wkwkwk
Ada sekelompok cowok bersarung yang ikut turun juga bersamaan dengan kami di lantai dua. Dan mereka duduk bersebelahan dengan kami.
Hujan semakin deras, membuat suasana pertemuan kami menjadi hangat. Tapi ya lumayan dingin juga sih, hehe. Kami sangat menikmati hujan. Apalagi bila hujan seperti ini, yang muncul di otak hanyalah kenangan. Ya, kenangan bersamamu~
Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya cowok-cowok bersarung itu ngomongin aku deh. Bukannya ke-GR-an ya, tapi gerak-geriknya itu kelihatan banget, Nabs. Masak mereka kayak bisik-bisik, terus bercanda, habis itu nengok ke aku gitu.
Apalagi cowok yang berkumis tebal itu, kek gimana gitu kalo ngelihatin aku. Tapi ya, biarin lah. Aku masih asyik bercengkrama dengan Hanun.
Hingga hujan pun reda, kami masih di tempat itu. Kemudian, sekelompok cowok bersarung itu beranjak pulang. Tapi ya gitu, Nabs. Aku tetap merasa ada yang aneh.
Pas mereka mau pulang, cowok yang berkumis tebal itu kek mau nyamperin aku, tapi ndak berani gitu. Terus mereka pulang deh.
Lhadalah, beberapa menit kemudian, cowok-cowok bersarung itu balik lagi. Lalu cowok yang berkumis tebal itu nyamperin aku, dan…
“Mbak, boleh join WA?”
OMG!! Nabs, bener kan, dugaanku. Memang dari awal tu aku merasa ada yang aneh. Perasaanku emang ndak salah. Dan ternyata dia minta nomor WA ku. Wkwkwk.
Okelah, aku kasih. Kalo ndak dikasih ntar dikira sombong lagi. Haha.
Sepulang dari tempat itu, aku buka handphone. Ada notif WA, dan ternyata itu chat dari cowok berkumis tebal itu. Lalu kita chatan. Cieee~
Ehh, aku ndak baper lo ya. Aku tu anti baper. Justru aku yang sukanya mbaperi. Wkwkw
Setelah kami chatan, kami kenalan, ada fakta yang bener-bener tak terduga, Nabs. Ternyata oh ternyata, cowok berkumis tebal itu adalah mahasiswa sekampusku. Dia kakak tingkatku yang sudah menginjak semester akhir. Wkwkwk
Hmmm, aku ndak nyangka aja sih. Ini bener-bener pertemuan yang tak terduga sebelumnya. Semasa di kampus, aku ndak pernah ketemu sama dia. Lha kok dipertemukan di tempat itu.
Pertemuan yang tak disengaja merupakan kesengajaan Tuhan untuk mempertemukan. Memang ya, skenario Tuhan itu indah. Wkwkwk