Pada zaman era milenial ini khususnya generasi gen-Z. Belanja online bukanlah suatu hal yang tabu. Tak sedikit dari anak-anak milenial bahkan yang sudah menjadi embah-embah pun dapat mengoperasikan gawai-nya.
Di dalam dunia digital, sudah tak asing lagi dengan platform e-commerce. Ia didefinisikan sebagai tool online yang dapat digunakan untuk membuat toko online. Hal ini, dapat membantu para pelaku usaha untuk lebih sukses menjalankan bisnisnya secara online.
Beberapa waktu yang lalu, penulis sempat melakukan wawancara kepada beberapa teman-temannya yang dilakukan secara online.
Teman-temannya tersebut bernama Andini, Lutiya, Indriani, Martha, Indah, Ibnu, Ayu, Ifa, Arizky, Ababil, Rizal, Yanu, dan Anggita.
Dari wawancara tersebut penulis memperoleh beberapa kesimpulan yakni:
Pertama, e-commerce adalah bentuk transaksi barang maupun jasa dengan menggunakan media elektronik. Didalamnya terdiri dari market place, pembeli, penjual, dan payment.
Contohnya adalah Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Sociola, JD. ID, Tiktok Shop, Grab, dan Gojek.
Kedua, gratis ongkir (ongkos kirim) merupakan fitur promo bebas biaya pengiriman yang diberikan kepada seorang pelanggan. Biasanya diaktifkan ketika event suatu market place.
Terdapat dua komponen yang dapat dijadikan patokan untuk menentukan ongkos kirim suatu produk yaitu, berat barang dan jarak antara penjual dan pembeli.
Ketiga, flash sale merupakan diskon besar-besaran yang ditawarkan penjual dengan stok produk dan waktu yang terbatas.
Keempat, kelebihan dan keuntungan dari adanya fenomena ini adalah meningkatkan mood, lebih hemat budget, dan dapat memperbaiki gizi terutama untuk anak kos.
Kelima, kerugian yang diperoleh dari adanya fenomena ini adalah meningkatnya daya konsumtif masyarakat, kurangnya bersosialisasi, dan keterlambatan ekspedisi barang.
Dari riset wawancara yang penulis lakukan, 9 dari 10 orang memilih untuk berbelanja ketika hanya terdapat event promo gratis ongkir dan flash sale saja. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya tawaran diskon besar-besaran dari toko maupun market place sendiri.
Sedangkan, satu dari sepuluh orang memilih untuk berbelanja ketika tak hanya terdapat event promo gratis ongkir dan flash sale saja.
“Wong aku ape tuku kok, ko gak sido lek ngenteni gratis ongkir. Kan ngenteni sui”. Sanggah Anggita.
Menurutnya dari realita yang terjadi di lingkungan masyarakat, ketika kita membutuhkan suatu barang akan muncul secara tiba-tiba. Namun, ketika terdapat event gratis ongkir dan flash sale kita tak terlalu urgent membutuhkan suatu barang tersebut.
Alhasil mau tidak mau, suka tidak suka. Jika kita sudah sangat kepepet ingin membelinya kita akan membelinya juga. Demikian, secuil kata demi kata yang dapat penulis sampaikan.
Tentang adanya fenomena gratis ongkir dan flash sale yang sedang marak disemua sektor kalangan masyarakat. Terutama untuk sebagian anak muda zaman now.
Tak lupa penulis sampaikan terimakasih untuk kakak-kakak pembina UKM griya cendekia dan Bapak Usman Roin selaku pemateri dalam RTL ke 2. Karena telah membersamai penulis dalam merampungkan project artikel ini.
Penulis adalah Anggota UKM Penalaran dan Penulisan Griya Cendekia dan Mahasiswi Prodi Farmasi UNUGIRI Bojonegoro