Buku karya anak bangsa tak kalah dengan buku luar negeri lho, Nabs. Sejumlah buku bahkan mampu menarik perhatian banyak khalayak. Hal yang menjadi indikasi bahwa kualitas penulis di Indonesia semakin meningkat.
Dalam artikel ini, saya mau kasih 5 rekomendasi buku karya anak bangsa yang sayang banget untuk tidak dibaca. Jika pun kalian tidak bisa menghabiskan judul-judul tersebut, setidaknya kalian sudah pernah mendengar judulnya. Wqwq
Berikut ini 5 buku karya anak bangsa yang wajib Nabsky baca.
1. Supernova
Supernova adalah novel seri berjumlah 6 buku karangan Dewi Lestari. Dewi lestari atau yabg akrab disapa dengan nama pena Dee ini menerbitkan supernova pertama kali di tahun 2001, dengan sub judul Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, lalu disusul dengan terbitnya Akar di tahun 2004, Petir di tahun yang sama (2004), Partikel di tahun 2012, Gelombang di tahun 2014, dan terakhir adalah Intelegensi Embun Pagi di tahun 2016.
Novel ini bisa dikatakan sebagai juaranya fiksi ilmiah di Indonesia. Saya benar-benar harus mengatakan bahwa serial supernova ini adalah yang terbaik yang pernah saya baca. Ia masih menjadi salah satu novel Indonesia dengan penjualan terbaik. Serinya bahkan mencapai 10ribu eksemplar. Terlepas dari jumlah penjualan, toh meskipun tidak sebanyak itu, saya tetap akan mengatakan ini seri novel fiksi ilmiah yang luar biasa bagus.
Untuk rekomendasi, satu seri terbaik ada di tulisan pertama: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Seri ini menceritakan tentang dua pasangan sejenis dengan perbedaan latar belakang ekonomi yang kemudian saling jatuh cinta, Dimas dan Reuben. Pasangan yersebyt kemudian membuat novel roman bersama yang mereka namai dengan, “Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”.
2. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas
Eka Kurniawan, penulis yang tidak diragukan lagi kemampuannya dalam bercerita. Dia adalah narator terbaik dari semua buku di Indonesia yang saya baca. Novel-novelnya bercerita tentang kehidupan orang-orang biasa.
Jika kebanyakan orang mengatakan Cantik Itu Luka sebagai karya terbaik Eka, saya tetap akan berpegang teguh pada SDRHDT. Judul yang amat cukup panjang ya? Betul. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini bercerita tentang laki-laki yang kemaluannya tak bisa ‘berdiri’, Ajokawir. Kalau kamu merasa novel ini adalah novel yang erotis, hilangkan pemikiran itu. Sama sekali bukan. Bahkan, novel ini dimaknai secara berbeda oleh banyak pembaca.
3. Bakat Menggonggong
Penulis yang satu ini adalah favorit saya. Dea Anugrah. Selain karena kemampuannya dalam menulis, Dea tergolong penulis berbakat yang begitu muda (dan ganteng. Hehe). Ada tiga karyanya yang sudah dibukukan, dan bakat menggonggong adalah salah satu yang terbaik menurut saya. Bakat Menggonggong terdiri dari 15 kumoulan cerita pendek.
Di dalam buku ini, Dea memakai banyak sekali teknik bercerita. Seperti sedang mempermainkan pembacanya demi tetap duduk menyimak cerita-ceritanya. Gaya penulisannya detail, seolah menghadirkan pembaca pada situasi yang ia ciptakan.
Salah satu judul dalam cerita pendek di bukunya tersebut adalah Kisah Sedih Kontemporer (XXIV). Sebelum kalian bertanya, saya jawab dulu. Iya, ada banyak cerita pendek dengan judul Kisah Sedih Kontemporer sehingga dipisahkan dengan angka romawi sebagai pembeda. Cerita tersebut mengisahkan tentang Rik, seorang penulis yang mati karena paru-parunya berair. Di tangan Dea, kisah kematian tidak diceritakan dengan melankolis. Ia menarasikan kematian dengan biasa, cenderung sinis memandang kehidupan.
“Rik, temanku, adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair, dua tahun lebih cepat daripada perkiraanku. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair, dua tahun lebih cepat daripada perkiraanku, tanpa pernah dipedulikan orang.”
4. Srimenanti
Baru resmi diterbitkan satu bulan yang lalu, novel Srimenanti garapan Joko Pinurbo (Jokpin) ini sudah naik cetak untuk kedua kalinya. Novel yang cukup tipis tersebut termasuk yang sangat dinanti-nanti oleh penggemar Jokpin.
Seperti puisi-puisi Jokpin, Novel yang baru saja ia terbitkan ini juga berbicara hal-hal sederhana, kata-kata sederhana yang akrab dengan keseharian namun jarang digunakan penulis-penulis lain, seperti celana, kamar mandi, kopi. Ketika kalian membacanya, segera kalian akan merasakan sesuatu seperti, “Jokpin banget!”. Hehe
5. Cacing di Lorong Yargusec
Buku satu ini sangat istimewa karena digarap oleh anak-anak muda progresif Bojonegoro. Buku yang terdiri dari 20 cerita pendek ini dicetak secara terbatas, jika kamu pernah membacanya, berarti kamu adalah satu dari sekian banyak orang yang beruntung.
Buku ini diterbitkan oleh Nuntera sebagai peringatan satu tahun komunitas besar di Bojonegoro. Cerpen-cerpennya dikurasi oleh empat orang pemuda-pemudi yang mendaku diri sebagai Panitia Alam Semesta (PAS), yakni utusan dari Dewan Alam Semesta (DAS). Dari puluhan novel yang terjaring, hanya 20 yang dipilih untuk diterbitkan. Proses pemilihannya pun melalui penyaringan yang cukup ketat, bahkan konon mendatangkan Alien dari negeri seberang.
“Jangan keluar rumah saat turun hujan,” begitu bunyi satu dialog dalam cerpen berjudul Varsha. Cerpen yang berkisah tentang hujan ini jugalah yang keluar sebagai juara pertama, mengalahkan Gadis yang Melintasi Galaksi dan Carmen.
Itu tadi Nabs, 5 rekomendasi buku lokal yang layak Nabsky baca. Setidaknya buku-buku tersebut bisa menemani malam minggumu yang (kali aja) sepi. Hehe