Tidak hanya potensi alam dan pariwisata, Bojonegoro memiliki banyak hal untuk menjadi kota yang dirindukan. Itu diucapkan founder Good News From Indonesia (GNFI), Akhyari Hananto pada (5/3/2019).
Akhyari menyempatkan hadir dalam acara bercakap santai bertema Kabar Baik dari Bojonegoro, yang dihelat di aula Gedung Bakorwil Bojonegoro. Menurut Akhyari, Bojonegoro sangat layak dikenal. Hanya, memang butuh upaya.
Banyak perihal potensial di Bojonegoro. Hanya, belum banyak yang tahu. Ketidaktahuan akan perihal baik, tentu bukan kesalahan. Sebab semua butuh dikabarkan. Karena itu, mengabarkan hal baik adalah kunci.
City Branding, kata Akhyari, bisa terbentuk oleh berbagai macam faktor. Selain potensi yang ada di dalam daerah, juga kemauan untuk mengemas dan mengabarkannya. Tanpa itu, tentu mustahil daerah bisa dikenal banyak orang.
“City Branding kayak jualan jeruk. Untuk membikin orang tertarik, jeruk harus manis dan fresh dan ditawarkan secara menarik,” ucap pria yang juga mendirikan Good News From Southeast Asia itu.
Dari pengamatan Akhyari, asal dibranding dengan cara yang tepat, Bojonegoro sangat potensial menjadi kota yang dikenal masyarakat luas. Tentu dikenal untuk dirindukan. Sebab, selain potensi alam yang mengagumkan, juga memiliki infrastruktur memadai. Meski, tentu saja, butuh peningkatan.
Kota-kota branded seperti Bandung, Jogja maupun Banyuwangi, bisa dikenal karena dibranding dengan cara yang sesuai. Terlebih, secara kreatif. Bojonegoro pun bisa. Asal sejumlah komponen tersedia.
Akhyari mengungkapkan, di seluruh kota di dunia, tempat paling dicari adalah kota. Setidaknya, 50 persen pengunjung akan menanyakan kondisi sebuah kota. Alasannya, kota bisa dijadikan tempat berbelanja.
“Kota adalah tempat yang pertamakali dikunjungi wisatawan,” ungkap dia.
Dan untuk membranding kota, ada sejumlah unsur harus terpenuhi. Yakni, kebersihan, pedestrian dan keberadaan taman. Kota identik 3 hal tersebut. Jika salah satu unsur saja tidak ada, tentu bakal sulit merindukan dan mengingat kota tersebut.
Karena itu, pemerintah bertugas melayakkan kota untuk layak dikenal. Harus ada advokasi kepada pemerintah setempat untuk bisa melengkapi sejumlah unsur agar kota memang layak dibranding dan dikenal.
Sebab, yang mampu mengkondisikan dan merawat kota menjadi bersih, pedestrian bisa dilewati dan memiliki taman, tentu pemerintah. Meski, poin memiliki taman tidak bersifat saklek karena memang butuh lahan untuk bisa membikinnya.
Sejauh ini, Bojonegoro fokus pada optimalisasi peran wisata. Meski, sebenarnya, itu bukan satu-satunya. Bojonegoro masih bisa dibranding sebagai Kota Sejarah, Kota Kebudayaan atau bahkan Kota Digital. Semua masih berpotensi untuk Bojonegoro.
“Banyak potensi yang bisa dimaksimalkan di Bojonegoro,” ucapnya.