Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Apa Kabar Kaum Terpelajar?

Ruri Fahrudin Hasyim by Ruri Fahrudin Hasyim
November 19, 2020
in Cecurhatan
Apa Kabar Kaum Terpelajar?
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Memproduksi kaum terpelajar tak ubahnya menciptakan sekrup kecil mesin diesel kapitalisme yang maha besar. 

Meski tiap 17 November diperingati sebagai Hari Pelajar Internasional, kaum pelajar tetap saja berkewajiban belajar saban hari. Karena belajar sendiri tidak cuma di bangku sekolah dan kuliah, di langgar (musholla) ataupun pesantren bagi kaum sarungan. Tapi realita yang ada di sekitar kita, yang kita temui setiap hari, bisa jadi pelajaran yang tak kurang berharga.

Dari pembelajaran kita selama ini, pasti akan terbangun sebuah impian. Tapi sebentar dulu, jangan-jangan impian kaum pelajar itu pada akhirnya berjarak dengan kondisi sosio-kultural masyarakat, halnya langit dan bumi. Dari sini, maka belajar tentang keadaan hari ini menjadi penting, agar ilmu dan impian kita tak sia-sia di makan jangkrik, seperti ngechat di grup ketika tak ada yang balas, jadinya krik krik..

Mari kita bersafari ke perjuangan kaum pelajar sewaktu dulu. Saat peringatan Hari Kemerdekaan Ceko (Cekoslovakia) pada 28 Oktober 1939, muncul demontrasi besar yang digawangi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Charles untuk menyerukan perlawanan terhadap Fasisme Nazi dan akibat tindakan kompromis pemerintah borjuis Ceko.

Bukannya suara mereka didengar, justru direpresi habis-habisan oleh aparat negara. Hingga terjadi penembakan terhadap massa-aksi, seorang buruh pembuat roti Veclac Sedlacek dan seorang anggota Serikat Nasional Pemuda Sokol, Jan Opletal, yang kemudian meninggal.

Sewaktu pemakaman Jan Opletal pada 11 November 1939 dihadiri banyak mahasiswa dan buruh anti fasis, tiba-tiba suasana pemakaman berubah menjadi gelombang besar gerakan yang mengecam rezim fasis.

Hal ini membuat pemerintah pusing tujuh keliling yang berujung penutupan seluruh kampus, lalu terjadi penangkapan mahasiswa sebanyak 1.200 orang dan dikirim ke kamp-kamp konsentrasi, bahkan ada 9 demonstran yang terdiri dari seorang dosen dan 8 mahasiswa diganjar mati tanpa proses hukum.

Dari peristiwa ini, maka setiap tanggal 17 November selalu diperingati sebagai Hari Pelajar Internasional (International Student Day), yang kali pertama digelar oleh Dewan Pelajar Mahasiswa Internasional di London pada tahun 1941. Selanjutnya diteruskan oleh Serikat Mahasiswa Internasional bersama serikat-serikat mahasiswa nasional di Eropa.

Api peringatan itu turut menyala di negeri kita, dengan semangat yang sama yakni melawan segala bentuk penindasan manusia atas manusia. Seperti gelombang pembangkangan sipil oleh kaum pelajar bersama buruh dan petani yang turun jalan di Jakarta, Jogja, Malang, Surabaya, Gresik, Bojonegoro, dan daerah lainnya, pada 17 November 2020 kemaren. Untuk menyerukan Mosi Tidak Percaya kepada rezim oligarki, dan terus menekan pemerintah untuk mencabut Omnibus Law.

Karena semangat demikian sebetulnya telah lama mengakar di tanah dan air Indonesia. Ingatlah perjuangan kaum terpelajar melawan penjajah pada awal abad 20-an, ada seruan boikot hingga pembakaran kebun tebu oleh buruh-buruh tani yang motori Tirto Adhi Soerjo (cucu Bupati Bojonegoro Tirtonoto II) dengan surat kabar Medan Priyayi dan organ Serikat Islam. Lalu di tahun 1926, muncul lagi pemberontakan serentak di beberapa daerah yang diorganisir oleh tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kaum santri diam-diam juga tak mau ketinggalan, KH Wahab Chasbullah segera saja mewadahi kaum sarungan dalam organ Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) di tahun 1916. Semangat kebangsaan melawan Kolonialisme Belanda senada dengan jargon Hubbul Wathan Minal Iman (terj. cinta tanah air adalah sebagian dari iman) yang kerapkali digaungkan tiap kali pertemuan. Hingga adanya Resolusi Jihad santri yang diserukan Hadlratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari untuk menghadang agresi militer Belanda-Inggris yang merupakan pemenang Perang Dunia II, sehingga meletuslah Pertempuran Surabaya sepanjang Oktober-November 1945.

Secara dialektik, memang impian dan cita-cita itu lahir dari problem-problem kehidupan, bagaimana relasi kuasa bekerja melanggengkan dan memperparah jurang ketimpangan. Sehingga kaum terpelajar yang sadar akan membersamai kaum tertindas sebagai agensi perubahan, untuk mewujudkan cita-cita tentang keadilan, sebagai anti-tesis dari ketidakadilan.

Maka yang terakhir, ingin sekali kita sama-sama bisa menyapa kaum pelajar di seantero Indonesia dari berbagai latar belakang. Bagaimana kabarmu wahai kaum terpelajar? Kalian tertarik dengan bujuk rayu segelintir elit bisnis-politik (oligarki) akan masa depan? Atau lebih memilih bersama rakyat banyak untuk menciptakan masa depan? Dan keadaan esok harilah yang akan menjawab.

Tags: Kaum pelajarOmnibus LawPelajar Pejuang

BERITA MENARIK LAINNYA

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)
Cecurhatan

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo
Cecurhatan

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan
Cecurhatan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021

REKOMENDASI

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

April 15, 2021
Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

April 14, 2021
Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021
Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

April 11, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved