Mencintai alam bukan hanya sekadar tren, tapi sudah menjadi gaya hidup. Banyak orang yang mendedikasikan dirinya sebagai pencinta alam sekaligus aktivis lingkungan. Tak terkecuali para pemuda di Bojonegoro yang tergabung di komunitas pencinta alam.
“Jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu,”
Kalimat tersebut tentunya tidak asing di telinga. Bukan cuma tak asing, tiga hal di kalimat itu bisa dibilang menjadi sebuah kode etik yang harus selalu dipegang teguh oleh para pencinta alam.
Soe Hok Gie pernah berkata “Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengan alam”.
Kita disadarkan bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu manusia patut menjaga kelestarian alam, menjaga hubungan baik antara “Alam dan Manusia” dengan tidak merusak alam.
Tidak merusak berarti juga akan mencintai. Mencintai alam. Apakah alam harus dicintai sebagaimana kekasih? Dan bagaimana komunitas pecinta alam di Bojonegoro yang berisikan para pemuda ini memaknainya semua itu?
Di Bojonegoro sendiri banyak tumbuh komunitas atau organisasi yang mengatasnamakan pecinta alam. Terutama dikalangan mahasiswa dan siswa SMA. Banyak Himapala dari kampus dan Sispala dari SMA sederajat.
Salah satu contohnya adalah Faruq Afrianto. Dia adalah ketua Argopala (Asosiasi Mahasiswa Universitas Bojonegoro). Menurut dia Alam juga hidup, bagian dari yang Tuhan ciptakan. Tentunya, alam memberi manfaat, bahkan mensejahterakan sebagian besar hidup manusia.
Pemuda yang sering dipanggil Fay ini juga mengungkapkan, “Alamkan dari bumi ini, bumi ini sudah ada jutaan tahun yang lalu sebelum kita ada, dia semakin menua, semakin tua semakin renta, sudah semestinya yang tua itu dilestarikan dan dijaga”.
Kesadarannya tentang mencintai alam ia lampiaskan dalam berorganisasi di Argopala. “Awalnya sih, dari hobi. Hobi menjelajah dan berpetualang. Mengaplikasikan hobi pada hal yang positif. Dengan ikut UKM pecinta alam ini, selain menambah banyak saudara, tentunya bertambah pengetahuan tentang lingkup alam hidup”. Ungkap Fay.
Pemuda yang suka fotografi ini juga bercerita tentang pengalaman unik selama berpetualang, “Pengalaman banyak sih. Setiap menjelajah ke berbagai tempat, bakal selalu dapat teman baru, dan ilmu baru pastinya. Di rimba, kami bersaudara”, katanya.
“At least, we save earth – earth save us”, pesan terakhir Fay ketika kami bertanya tujuannya bergabung dengan Argopala.
Tim Jurnaba.co juga bertemu dengan Kukuh Dwi Hariyadi. Ia adalah mantan ketua Gemapala (gerakan mahasiswa pecinta alam) dari STIE Cendekia. Sebagai mahasiswa pencinta alam, Kukuh punya banyak pengalaman dalam hal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.
Kukuh mendeskripsikan alam itu bagian dari hidup kita sehari-hari. Contoh kecilnya adalah pohon. “Kita seolah sering meremehkan pohon yang tumbuh secara bebas, banyak orang-orang sekarang yang hanya menebang tapi tak mau menanamnya lagi, Padahal itu sumber dari oksigen yang kita hirup,” ujar Kukuh.
Setiap tahun, Gemapala melakukan aksi pencabutan paku di pohon pinggir jalan kota Bojonegoro. Acara itu merupakan cara Gemapala untuk menjaga kelestarian lingkungan di Bojonegoro dan sekitarnya.
Pemuda memang punya peran penting dalam menjaga lingkungan. Tak hanya terbatas pada pemuda pencinta alam saja. Pelestarian lingkungan juga harus digelorakan kepada semua masyarakat. Lingkungan yang terjaga akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Cintai alammu seperti kamu mencintai kekasihmu. Karena sesungguhnya alam akan lebih memberikan manfaat lebih banyak jika kamu ikut melestarikannya.