Momen bahagiaku adalah menulis. Karena banyak sekali kejadian yang sayang bila tidak diabadikan, hanya karena keenggananan menulisnya.
Sulit rasanya untuk mendefinisikan apa itu “bahagia”. Karena setiap individu pasti memiliki versi “bahagia” yang berbeda-beda. Bila bahagiamu adalah makan pentol, belum tentu itu bahagia bagiku. Karena bahagiaku itu kamuuuu. Uuwuuww~ (Tapi boong).
Nabs, bahagia itu sederhana aja sih. Ada begitu banyak hal yang bisa membuat bahagia. Bahagia itu bukan pada objeknya. Bukan karena banyak uang, bukan karena punya mobil mewah. Tetapi, bahagia itu bagaimana cara kita mensyukuri apa yang kita punya.
Bila bahagia itu karena banyak uang, apakah orang miskin tidak bisa bahagia? Ukuran bahagia itu bukan dari materi, melainkan apa yang dibangun dari hati. Karena letak kebahagiaan yang sesungguhnya itu ada di dalam hati. Seperti kamu yang ada di dalam hatiku. Haisss~
Bagiku, aku selalu bahagia. Meskipun terkadang sedih, aku tetap bahagia. Hahh?? Sedih kok bahagia?? Preeettttt! Sedih ya sedih aja kelless!
Nabs, jadi gini ya maksud aku. Bukan berarti kalo kita sedih itu ya sedih. Justru aku bahagia karena bisa sedih. Coba aja kalau aku ndak bisa sedih? Justru akutu malah sedihh, gaiss. Kamu paham ndak sih? Emang ya kamu tu ndak pernah peka!
Simple aja sih, cukup dengan menulis aku bisa bahagia. Ya, momen bahagiaku adalah menulis. Dengan menulis, aku tidak akan lupa. Dengan menulis, aku bisa menuangkan apapun yang ada di dalam pikiran dan hati.
Dengan menulis, batinku merasa damai. Dengan menulis, jiwaku menjadi tentram. Dan menulis itu merupakan pekerjaan yang abadi. Seperti quotes yang paling fenomenal ini;
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” -Pramoedya Ananta Toer-
Dengan menulis, kita bisa meninggalkan jejak. Dengan menulis, dapat menjadikannya warisan. Menulis merupakan bukti bahwa kita itu ada. Kita itu hidup. Berkat menulis, kita menjadi tempe. Ehh, maksudnya tahu.
Kalau saja tidak ada tulisan, apakah kita bisa membaca? Dengan adanya tulisan itulah kita bisa membaca. Nah, itulah sebabnya mengapa bahagiaku adalah menulis.
Aku suka menulis entah apapun itu dan bagaimanapun keadaannya. Entah menulis ketika sedang senang, bahkan menulis ketika sedang patah hati. Hiks.. Hiks..
Lohh, jangan salah! Justru ketika aku patah hati, akan sangat mudah aku merangkai kata. Seolah-olah akutu langsung dapat wahyu tanpa perantara malaikat. Xixixi.
Aku punya banyak banget cerita dalam hidupku. Aku ingin hidupku itu penuh warna dan penuh makna. Bagaimana caranya? Ya dengan menulis lah. Karena banyak sekali kejadian yang sayang bila tidak diabadikan, hanya karena keenggananan menulisnya.
Apalagi, aku punya cita-cita menulis sebuah buku novel. Kenapa kok novel? Karena aku pengen mengabadikan kisah hidupku. Juga untuk mengabadikan cintaku ke kamu kok. Awww~
Nabs, ketahuilah bahwa menulis buku itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh jiwa yang besar, dan patah hati yang sangat dalam. Hmm, minta doanya aja deh. Hehehe~
Aku juga doakan kalian, semoga kalian baik-baik saja, ya. Yang pasti semoga kalian bahagia selalu. Karena bahagia tak perlu mewah. Cukup sederhana saja. Tidak serumit apa yang terlintas dalam angan. Hidup bahagia!!