Sejumlah produk unggulan Jawa Timur muncul di pergelaran Jatim Fair 2019. Satu di antaranya adalah batik dengan pewarna alami dari Ponorogo. Batik tersebut jadi produk yang dipamerkan pada Jatim Fair 2019.
Adalah Dian Fajar Riono, warga Kabupaten Ponorogo yang mengembangkan batik dengan pewarna alami. Pria yang akrab disapa Fajar ini hadir di Jatim Fair 2019 di Grand City Mall untuk memamerkan karya-karyanya.
Kebanyakan batik di Indonesia memang dibuat dengan menggunakan pewarna buatan. Selain lebih mudah, pengerjaannya juga jadi lebih cepat. Namun, Fajar enggan mengikuti tren tersebut. Ia mencoba mengembangkan batik dengan pewarna alami.
Fajar menggunakan beberapa tanaman alami sebagai pewarna. Antara lain kulit mahoni, daun bungur, secang, dan tanaman indigo. Tanaman-tanaman tersebut diolah sedemikian rupa hingga siap jadi bahan pewarna.
Alasan utama kenapa Fajar lebih memilih menggunakan pewarna alami adalah faktor lingkungan. Dengan pewarna dari bahan alami, lingkungan sekitar jadi lebih aman. Dengan pewarna alami, kain batik yang dibuat juga bakal mencegah iritasi kulit.
Usaha kain batik Fajar dimulai dari 2011 silam. Ia mulai membangun usaha yang dulu juga dikembangkan oleh nenek moyangnya dulu. Nenek moyang Fajar dulunya adalah seorang pebatik.
“Dulu nenek saya seorang pebatik, tapi tak diteruskan oleh ibu saya. Terus saya akhirnya tertarik untuk melanjutkan bersama kakak,” ujar pria paruh baya tersebut.
Butuh waktu yang cukup lama bagi Fajar untuk mengembangkan usaha batiknya. Setelah jatuh bangun selama 5 tahun, batik buatan Riono mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat dan dinas terkait.
Hingga akhirnya pada 2017, Fajar diajak berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mengembangkan usaha batiknya tersebut. Usaha yang dirintis oleh Riono pun mulai menemui titik terang.
Lewat campur tangan dinas terkait, Fajar juga mendapatkan koneksi ke Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur. Setelah bergabung dengan asosiasi tersebut, Fajar bisa lebih leluasa dalam mengenalkan sekaligus memasarkan batik pewarna alami Ponorogo buatannya.
Pemasaran batik pewarna alami dari Fajar ini memang terbilang luas. Tak hanya di Jawa Timur saja, tapi sudah sampai ke Provinsi lain, termasuk Jakarta. Batik Fajar juga sempat dibawa ke luar negeri untuk dipamerkan.
“Untuk pemasaran sudah ke luar provinsi. Kemarin sempat dibawa ke Belanda dan China, tapi hanya untuk dipamerkan,” jelas pria yang usianya sudah menginjak setengah abad lebih tersebut.
Harga batik dengan pewarna alami bikinan Fajar sangat variatif. Kisaran harganya 350 sampai 7 juta. Harga yang terbilang cukup mahal. Namun, semua berbanding lurus dengan kualitas yang didapatkan.
“Yang bikin mahal adalah proses pengerjaannya karena cukup rumit. Terutama saat proses pewarnaannya,” jelasnya.
Ke depan, Fajar berharap agar semakin banyak pengrajin batik yang menggunakan bahan alami ramah lingkungan. Sehingga, batik dengan pewarna alami bisa lebih berkembang dan jadi pilihan utama masyarakat Indonesia.