Sampah plastik kerap jadi masalah. Selain banyak ditemui dibuang sembarangan. Ia juga lama terurai. Fenomena penemuan bungkus Indomie terombang-ambing di lautan selama 19 tahun sempat viral.
Nabs, penemuan sampah itu juga mengajarkan kita banyak hal. Selain harus membuang sampah pada tempatnya, plastik juga mengajarkan kita agar kuat menjalani ombang-ambing kehidupan.
“Agustus nanti indonesia akan berumur 74 tahun. Namun, pagi ini saya menemukan bungkus indomie yang bertuliskan dirgahayu indonesia ke-55. Saya merenung sejenak karena perbedaannya 19 tahun jadi bungkus ini terombang ambing di laut sampai hanyut ke bibir pantai selama 19 tahun,” tulis Fia dalam akun twitternya.
Cuitan akun @selfeeani ini menarik perhatian publik. Tak hanya netizen dunia nyata bahkan ranah dunia virtual juga ramai. Cuitan Nona Fia ini terkait dengan sampah plastik. Foto ini diambil ketika Fia sedang mengambil data untuk penelitiannya.
Cuitan mahasiswi tingkat akhir ini mengingatkan kita. Betapa bahayanya keberadaan sampah plastik. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke 2 Sebagai penyumbang sampah plastik setelah Cina.
Cuitan Fia sempat mendapat respon dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Tanpa banyak komentar Menteri Susi meretweet cuitan Fia. Juga mengundang banyak komentar dari netizen. Beramai-ramai netizen memberikan komentar terhadap cuitan Nona Fia.
Masalah sampah plastik memang masih menjadi momok utama di Indonesia. Dilanisir dari laman tirto.id peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, Jenna Jambeck. Dalam Jurnal Science, di 2015 menjelaskan hasil penelitiannya mengenai jumlah sampah plastik yang ada di laut.
Dari estimasi 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik produksi 192 negara di seluruh dunia pada tahun 2010, diperkirakan terdapat antara 4,8-12,7 juta MT masuk ke lautan lepas.
Dari jumlah tersebut, Indonesia menjadi peringkat kedua negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yaitu sebesar 3,2 juta MT. Cina menempati urutan pertama sebesar 8,8 juta MT dan disusul oleh Filipina diperingkat ketiga yaitu sebesar 1,9 juta MT.
Masyarakat di wilayah pesisir masih banyak menggunakan produk kemasan plastik. Terutama kemasan plastik ukuran kecil. Daya beli dan konsumsi kemasan sachet menjadikan sampah plastik banyak terdapat di laut.
“Banyak masyarakat yang hidup di wilayah sekitar pantai di Indonesia. Daya beli mereka membuat konsumsi kemasan sachet di wilayah pesisir menjadi banyak,” kata Jenna Jambeck dalam diskusi Break Free from Plastic, di Kantor Walhi, Jakarta, Senin (12/6) dikutip dari tirto.id.
Lama penguaraian sampah plastik memiliki dampak bahaya bagi lingkungan sekitar. Tak hanya di darat saja. Sampah plastik juga mencemari kehidupan laut. Kalau kamu ingat beberapa pekan lalu.
Dengan ditemukannya penyu yang hidungnya tersumbat oleh sampah plastik. Belum lagi paus yang terdampar mati. Dengan kondisi tubuh yang dipenuhi sampah plastik. Semua itu disebabkan oleh sampah plastik.
Jangan Hanya Menyalahkan Sampah Plastik
Namun tidak adil rasanya jika sampah plastik tersudutkan. Melihat dari sudut pandang lain. Setiap kerugian pasti terdapat juga sebuah keuntungan. Agar semuanya serba seimbang.
Lalu apa keuntungan dari sampah plastik? Kalau kamu bisa melihat peluang. Sampah plastik bisa dijadikan media untuk mengasah kreatifitas. Dengan daya imaji tinggi sampah plastik bisa kamu jadikan sebuah karya.
Seperti pigura dari sedotan, tempat pensil bahkan lukisan hingga pakaian. Siapa tahu dari hasil karya tangan kamu bisa menjadi sebuah peluang usaha. Bahkan sekarang pun banyak tempat bank sampah yang mendaur ulang sampah plastik menjadi karya tangan.
Di Bojonegoro, terdapat tempat yang mendaur ulang sampah plastik. Salah satunya di kawasan Mojodeso, Bojonegoro. Bank sampah di Mojodeso ini mendaur ulang plastik menjadi karya tangan yang menarik.
Mulai dari lampu tidur, hiasan bunga hingga bentuk aksesoris lainnya. Hasil karya ini juga menarik perhatian. Bahkan tempat ini banyak menerima pesanan. Hingga kewalahan untuk proses produksinya. Karena jumlah SDM yang terbatas.
Sampah plastik yang ramai diperbincangkan itu memberi kita contoh tentang survive. 19 tahun sendiri terombang ambing di tengah lautan. Dan ia tetap kuat.
Sebagai manusia, kita juga tak kalah survive. Teman saya misalnya, 34 tahun sendiri dan terombang-ambing kehidupan juga masih bisa survive dengan terus mengasah kreatifitas dalam dirinya. Hehe