Hidup harus selalu selaras dengan alam, itu kutipan yang saya ambil dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang baru selesai saya baca.
Beberapa bulan lalu ketika saya merasa lelah dengan media sosial, saya memutuskan untuk tidak membuka media sosial selama satu minggu. Sebetulnya niat awal tidak demikian, saya ingin menjauhkan diri dari Smartphone. Namun saya tidak bisa menyelesiakanya karena pekerjaan.
Sebetulnya banyak manfaat ketika bisa menyelesiakanya itu, pikiran seseorang akan menjadi lebih tenang karena tekanan yang tidak diharapkan sudah berkurang. Saya menyebutnya itu tekanan tidak nyata.
Sebagai contoh adalah, ketika sedang asik scroll media sosial sebetulnya manusia sedang tertekan dengan tuntutan untuk mendapatkan kesenangan dari dunia maya.
Jika itu hanya berlaku beberapa saat dan tidak konstan, itu tidak masalah. Namun bagaimana jika hal tersebut menjadi sebuah hal yang membuat candu, maka risikonya adalah, ketika kehilangan waktu untuk melakukan itu (scroll media sosial) maka akan mengganggu pikiran. Menjadi sebuah gangguan yang tidak sehat.
Meski terkadang melakukan itu memberikan edukasi, namun jika berlebihan juga tidak menjadi baik. Salah satu hal baik contohnya adalah, ketika saya menonton video yang membuat pernyataan seperti berikut:
“Bagaimana jika saat kamu mengerahkan atau menyandarkan seluruh kehidupan kamu kapada teknologi karena tergiur dengan kemudahanya lalu kemudian teknologi itu dihentikan oleh pemilik atau orang yang berkuasa atas seluruh teknologi? kamu akan mengalami cultural shock.” Meski pernyataan itu kurang enak di dengar, namun saya kira kita perlu mempersiapkanya.
Ketika saya menulis ini, saya tiba-tiba berpikir sebuah konspirasi antara hal di atas. Yaitu tentang menghilangnya teknologi berkaitan dengan Covid-19.
Bagaimana jika munculnya sebuah virus Covid-19 itu adalah sebuah rekayasa yang dibuat agar semua orang menggunakan teknologi, setelah orang-orang ini merasa nyaman, maka mereka yang membuat rekayasa mengambil semua teknologi, atau menjualnya dengan harga tinggi.
Oh ya agar lebih relevan, rekayasa ini bisa saja bertujuan untuk menggapai orang-orang yang masih gagap atau mungkin jauh dari teknologi.
Apakah saya berpikir terlalu jauh? mungkin iya untuk orang lain, tapi yang saya pikir ini bisa jadi. Munculnya sebuah teknologi baru menjadi sebuah prestasi pada awalnya, kemudian seakan menjadi sebuah perlombaan antar ilmuwan, perusahaan hingga negara.
Tahap selanjutnya adalah muncul sebuah istilah atau teori disrubsi. Saya kutip dari sebuah situs yang cukup relevan, Disrupsi teknologi dimaknai sebagai sebuah perubahan fundamental akibat perkembangan sistem teknologi digital, yang mana teknologi digital atau robot mulai menggantikan dan mengubah peran serta pekerjaan manusia.
Disrupsi ini memiliki dua bilah mata yang sama-sama tajam, satu bilah memberikan kemudian untuk membelah sekat-sekat yang dianggap kuno, satu bilah lagi memberikan efek malas dan candu karena kemudahan yang diberikan teknologi tidak dapat dikelola dan disikapi dengan baik.
Sebelum ditemukanya telepon seluler, orang-orang perlu menggunakan kurir untuk mengurimkan pesan. Pesan-pesan tersebut biasanya ditulis di kertas, kulit pohon atau pun kulit hewan.
Pada waktu itu karena memang teknologi yang ada hanyalah kurir, pengirim pesan hanya bisa menunggu sampai surat tersebut tiba atau dibalas.
Mungkin waktu yang diperlukan untuk itu semua adalah beberapa hari hingga minggu, bahkan bulan. Dalam kondisi demikian, untuk menunggu hingga surat tersampaikan dan terbalas, aktivitas orang-orang berjalan pada umumnya.
Mereka yang berkebun akan tetap berkebun, yang berternak akan tetap berternak. Aktivitas orang-orang tetap berjalan sesuai dengan teknologi yang ada di waktu itu.
Hingga tiba pada waktu telepon pertama ditemukan dan ditemukan oleh oleh Alexander Graham Bell. Telepon pertama yang menggunakan listrik dan kawat untuk bisa menyambungkan telepon agar bisa berkomunikasi jarak jauh. Kehidupan dimasa tersebut berjalan lebih cepat dibandingkan dengan masa ketika masih saling berkirim surat.
Akitivitas manusia dapat dihemat dan lebih efisien karena tidak perlu lagi membayar kurir untuk berkirim surat, tidak perlu lagi menunggu beberapa minggu untuk menerima balasan surat.
Meskipun tidak semua orang dapat memiliki telepon kabel, namun dimasa itu telah lebih maju dari pada masa sebelumnya.
Orang-orang yang memiliki telepon umumnya adalah orang-orang yang memiliki kepentingan atau orang-orang yang terpadang di waktu itu.
Memasuki era kini, hampir semua orang telah memiliki telepon yang lebih modern. Telepon ini juga telah lebih canggih dengan fitur-fiturnya yang mempermudah banyak kegiatan manusia.
Telepon ini juga disebut dengan smartphone, atau telepon cerdas. Smartphone ini adalah teknologi yang kecanggihanya telah berlipat ganda jika dibandingkan dengan telepon kabel yang pertama kali ditemukan.
Tidak hanya bisa berkomunikasi dengan orang lain secara langsung, smartphone juga dapat berkomunikasi dengan menampilkan wajah secara langsung. Banyak sekali kemudahan dan fitur yang bisa diakses dengan smartphone ini.
Segalanya terasa lebih cepat karena kemudahan-kemudahan yang diberikannya. Inti dari pembahasan tersebut mengerucut pada; setiap era memiliki teknologinya masing-masing. ketika era surat, kehidupan berjalan sebagaimana mestinya pada era itu. Kehidupan tidak berjalan dengan begitu cepat.
Semuanya serba manual dan konvensional. Namun di era tresebut yang namanya ketergantungan pada teknologi tidak nampak. Jika pun ada hanya segelintir orang saja. Kehidupan di era itu tidaklah secepat dan sepadat sekarang.
Pada era yang masih terbatas pada kurir, benturan-benturan budaya dan informasi masih bisa di kontrol. Berbeda jauh dengan era kini, teknologi yang semakin maju membuat komunikasi berjalan lebih cepat, benturan informasi dan budaya menjadi lebih sulit untuk dikontrol.
Perubahan yang ada pada selalu memberikan dampak pada masing-masing era. Namun luar biasanya dampak teknologi di era ini adalah, percepatan yang terjadi beserta ketergantungan terknologi tidak dirasakan oleh sebagian besar penggunanya. Baik itu teknologi konvensional atau pun modern, keduanya sama-sama memiliki kekuranganya masing-masing.
Banyak yang menganggap konvensional tidak maju karena dianggap kurang cepat dan dan efisien. Sementara modernisasi menjadi sebuah solusi yang mendukung adanya percepatan kehidupan manusia, sejalan dengan percepatan karena modernisasi, risikonya adalah timbul ketergantungan teknologi hingga eksploitasi secara tidak langsung.