Tak kalah dengan kota lain, Bojonegoro juga melahirkan konten kreator handal. Dia lah Ajik Rohmansyah, konten kreator yang berasal dari bilangan Basuki Rahmat, Bojonegoro. Ia melahirkan aneka konten kreatif dalam bentuk foto dan video.
Kalimat “get ready to run, go somewhere to learn” akan menyapa setiap pengguna sosial media Instagram ketika mengunjungi laman fotografi lanskap @luciddrem milik Ajik Rohmansyah.
Ajik adalah konten kreator asal Bojonegoro yang kini lebih sering belajar di Malang. Belajar dalam hal ini tidak hanya sekolah, kuliah, namun juga sinau urip melalui fotografi lanskap.
Menurutnya, memotret saat ini tidak hanya mementingkaan feed atau kesesuaian dalam platform Instagram. Setiap destinasi memiliki kekhasan masing-masing. Kekhasan yang menjadi identitas setiap destinasi itulah yang Ajik coba suguhkan dalam setiap hasil fotonya.
Perpaduan antara cahaya, momentum, dan alam itu sendiri memiliki relasi magis. Sayang apabila harus dipaksakan untuk menjadi seragam tone-nya dengan potret destinasi yang lain. Ia berusaha untuk tidak merubah tekstur, warna, dan karakter dari potret setiap destinasi yang dia ambil.
Untuk memotret, Ajik melakukan survey yang tidak hanya dilakukan sekali. Ini penting untuk mengamati momen dan angle terbaik dari suatu destinasi. Sebab ia ingin menangkap momen alam. Yang tidak dapat dihasilkan tanpa mempelajari karakter alam itu sendiri.
Membahas tentang destinasi paling istimewa di hati Ajik. Bromo menjadi jawaban yang pasti. Bagi Ajik, Bromo tidak hanya indah dan magis, namun juga menjadi catatan sejarah awal Ajik memperlajari fotografi secara mendalam.
Komunitas fotografi di kampus mengajak Ajik berproses untuk mengenal fotografi yang baik. Destinasi tidak hanya menjadi objek foto, namun tempat untuk belajar. Berkomunikasi dengan alam, dan menghasilkan foto yang tidak hanya menuangkan romantisme hasil akhir.
“Fotografi kan bermacam-macam. Ada fotografi lifestyle. Fokusnya ke manusia, termasuk street photography. Ada juga fotografi landscape. Fokusnya ke alam, biasanya cenderung naturalist. Menangkap momen alam,” terang Ajik.
Ajik ingin mengikrarkan diri sebagai fotografer adventure dan landscape. Belum diikrarkan, namun akan salah satu titik tolak dalam perjalanannya.
Harapan kedepannya, Ajik tidak hanya menunjukkan hasil foto, namun juga proses dibalik hasil foto itu sendiri. Menghargai proses, survey, mengamati momentum.
”Memotret alam itu relatif lebih sulit. Tidak seperti fotografi lifestyle yang menarik karena ada aktivitas manusia yang bercerita disana. Memotret alam berarti fotografer itu sendiri yang harus mengenali, meresapi, dan menemukan momentum terbaik dari suatu destinasi,”
Itulah yang membuat Ajik semakin semangat menabung konten untuk proyek pribadi. Yaitu membukukan potret lanskap dari destinasi di Jawa Timur. Tentunya tidak hanya menyuguhkan hasil foto yang indah. Namun juga kisah perjalanan dibalik foto terebut.
Tokoh yang menginspirasinya hingga saat ini adalah Chris Burkard, fotografer majalah surfing yang juga menceritakan tentang kisah-kisah dibalik foto itu sendiri.
Bagi netizen budiman yang sering bertanya “ini dimana?”, “fotonya pakai kamera apa?”, atau “ini ngeditnya gimana?” mungkin akan berpikir ulang ketika membaca kisah di balik karya ini.
Menurut pengamatan Ajik, yang mana juga saya sepakati. Kebanyakan penikmat konten visual di Indonesia lebih berfokus melihat hasil. Dari sini bisa dilihat bahwa dibutuhkan edukasi bagi konsumen konten di Indonesia.
Oleh karena itu, Ajik ingin membagi kisah tentang usaha yang dilakukan untuk mendapatkan suatu foto. Ajik berupaya untuk menjawab sarkasme beberapa netizen (kurang) budiman yang menganggap remeh seraya berkomentar “ah ini pasti foto editan”.
Ajik mencoba menjawab sarkasme semacam ini dengan karya. Tentunya demi menjadi seorang pencipta konten yang mau menerima kritik. Dan menjadikannya tantangan. Terutama tantangan untuk membagikan pemahaman yang konstruktif.
Menanggapi perihal edit mengedit dalam fotografi. Ajik menganalogikan hasil foto raw atau mentah dari kamera sebagai sayuran. Sayuran ini memang bisa dimakan mentah. Tapi bagi beberapa orang, tentu akan terasa hambar. Nah, perlu proses memasak disana.
Sayuran harus dimasak dan dibumbui. Kalau foto, dimasak dan dibumbui lewat aplikasi Photoshop, Lightroom atau yang lain. Tentunya agar menjadi makanan yang maknyus, untuk disajikan melalui platform sosial media.
Ajik telah mengalami perjalanan yang panjang. Mulai dari belajar dengan modal kamera pinjaman. Berproses melalui kepanitian sebagai Pubdekdok. Hingga momentum traumatis ketika ia kena tipu toko online penjual kamera. Menjadi Ajik saat ini.
Ajik yang memotret alam sebagai bentuk mensyukuri nikmat Tuhan. Berproses dengan alam, dan mencoba menuangkan keindahan itu melalui foto lanskap. Saat ini, karyanya tidak hanya menjadi konten Instagram pribadi.
Ia juga sempat mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan perusahaan start-up di bidang travelling. Ajik mengungkapkan, karyanya saat ini tidak hanya mengantarnya jalan-jalan. Namun menjadi jalan karir yang menyenangkan.
Nah, dari Ajik kita bisa belajar bahwa hobi adalah wadah yang sangat luas untuk dieksplorasi. Dalam hobi, kita bisa mengolah cinta, ketekunan dan kreativitas menjadi penghidupan.