Sebab, sesuatu yang dilakukan secara tidak sadar, kadang lebih menentramkan.
Sherlock Holmes pernah berkata jika otak manusia itu seperti almari. Jika terlalu banyak memasukkan perkara yang sia-sia, perihal yang lebih penting justru sulit dimasukkan di dalam kepala.
Manusia tempat salah dan lupa menjadi sebuah adagium yang menggambarkan betapa lupa mirip kesalahan. Saat kita sedang melupakan sesuatu, bisa jadi kita sedang melakukan kesalahan.
Kau lupa jika seharusnya bangun pagi karena harus menghadiri pertemuan penting. Apa yang kau lakukan, tentu sebuah kesalahan. Sebab, kau mengabadikan sikap tidak profesional terhadap waktu.
Kasus sederhana itu menunjukkan bahwa lupa adalah kesalahan yang harus dihindari. Tapi, dalam konteks tertentu, lupa juga menjadi perkara yang diam-diam kita harapkan terjadi di dalam otak kita.
Misalnya, suatu hari kau melakukan kesalahan pada seseorang. Dan kau berusaha melupakannya, karena jika kau ingat, rasanya kau seperti mempermalukan dirimu sendiri di depan banyak orang.
Namun, seperti halnya mengingat, proses melupa yang model seperti itu juga sulit. Sebab, apa yang ingin kita lupakan kadang justru teringat karena saat sedang sadar ingin melupa, sesungguhnya kita sedang mengingat.
Sialnya, dunia digital dan keberadaan internet seolah mempersulit proses melupa. Ia memperpanjang sebuah momen. Sehingga, proses melupa kian berat dilakukan. Karena, internet mampu menyediakan masa lalu yang bisa kita tengok kapan saja.
Tapi, apakah proses lupa tidak bisa dilakukan? Tentu tidak. Lupa tetap bisa terjadi secara alami. Lupa menjadi perkara yang niscaya ketika banyak hal-hal baru mengisi ingatan kita. Terlebih, ketika kita menemukan sesuatu yang kita anggap lebih penting daripada apa yang ingin kita lupakan.
Professor of Internet Governance and Regulation dari University of Oxford, Viktor Mayer Schonberger, dalam sebuah buku berjudul Delete: The Virtue of Forgetting in the Digital Age berargumen bahwa sepanjang sejarah manusia, manusia hanya mengingat hal-hal yang benar-benar penting dan melupakan sisanya.
Menurut Schonberger, lupa bukan kesalahan dalam evolusi manusia. Tanpa diminta, otak melupakan apa yang tidak lagi relevan dengan masa kini kita. Ingatan manusia terus-menerus direkonstruksi. Ingatan tidak disimpan dalam kondisi murni, tetapi diubah seiring waktu untuk membantu orang mengatasi disonansi kognitif.
Misalnya, orang bisa melihat masa lalu yang buruk dengan lebih cerah hari ini, atau mengabaikan kenangan konflik masa lalu dengan seseorang yang sekarang dekat dengannya. Ini keberkahan dari proses melupa.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka yang terlalu terikat pada masa lalu akan sulit untuk hidup dan menjalani masa kini. Melupa mencipta ruang untuk sesuatu yang baru dan memungkinkan orang melampaui apa yang sudah mereka ketahui, mereka prediksi.
Seperti diungkapkan Schonberger dalam sebuah esai di The Conversation, kita patut bersyukur karena pikiran manusiawi kita telah mengembangkan mekanisme yang cukup efektif untuk menyeimbangkan antara mengingat dan melupakan.
Untungnya, untuk melupa, manusia tidak melakukannya dengan sadar. Sesungguhnya, otak menghapus ingatan untuk kita, terutama, saat kita tertidur.
Betapa baik otak pada kita. Otak merekomendasi mana yang harus kita ingat dan mana yang harus kita lupa, tanpa kita sadari. Bukankah sesuatu yang dilakukan secara tidak sadar, kadang lebih menentramkan?
Kau tak sadar sedang menggencet tangan temanmu saat membuka pintu rumah. Saat temanmu berteriak kesakitan, kau buru-buru minta maaf dan mengatakan jika kau tidak sengaja. Itu artinya, kau menggencet tangan temanmu secara tidak sadar.
Coba bayangkan, andai kau tahu ada jari tangan di dekat pintu, apakah kau tega membuka pintu secara mendadak, yang artinya akan menggencet tangan seseorang? Sebagai manusia, tentu kau tidak akan melakukan itu. Di situlah kenikmatan melakukan sesuatu secara tidak sadar.
Dalam sebuah jurnal bikinan Bjorn Rash dengan judul About Sleep’s Role in Memory yang sempat dipublish di psychology.org, menyajikan sebuah temuan bahwa ingatan menjalani proses konsolidasi sistem saat kita sedang tidur.
Sistem ini, tentu jauh dari sempurna. Sebab, kita masih sering lupa hal-hal yang ingin kita ingat, dan justru ingat hal-hal yang tidak lagi kita butuhkan. Akan tetapi, sistem ini bekerja dengan cukup baik untuk membuat kita berpikir, memutuskan, dan bertindak di masa sekarang.