Ramadhan ini bisa kamu gunakan untuk lebih dekat dengan ibu. Menghabiskan waktu bersama untuk menyiapkan hidangan buka puasa. Bersyukurlah kamu yang masih memiliki sosok ibu.
Pada ramai bahas buka puasa di luar nih. Biasanya memasuki pertengahan puasa, ajakan untuk berbuka puasa akan berdatangan. Dari grup SD, SMP, SMA, Kuliah hingga grup-grup lain yang tidak terdaftar.
Niat mau menabung eh malah buntung di tengah perjalanan. Gegara meski spend uang untuk kegiatan ini. Buat kamu yang berlebih sih tidak jadi masalah. Lha buat yang pasti pas, ini jadi agak mikir juga.
Lagian buka di rumah juga lebih enak, bukan begitu kawan-kawan?
Pilihan tetap ada di tangan kamu sih. Mau pilih buka di luar atau di rumah. Mungkin ini sedikit ajakan untuk yang tinggal di rumah dengan keluarga. Coba kamu tilik kembali, begitu besar perjuangan ibu untuk menyiapkan hidangan buka puasa.
Di tengah aktivitas berpuasa, ibu rela mati-matian mengkombinasikan panas udara dan api kompor dapur. Kamu yang sambat gegara panas cuaca seperti Bojonegoro ini apa kabar? Tidak malu apa dengan para ibu yang bergelut dengan panas kuadrat.
Perlu keahlian super untuk bisa seperti ibu. Di tengah rasa haus dan dahaga, ibu tengah berhadapan dengan bahan kudapan lezat. Tanpa harus mencicipi bagaimana rasa kudapan tersebut. Belum lagi pergelutan antara rasa haus dan dehidrasi akibat panas cuaca dan kompor menyala.
Hebatnya, tanpa adanya proses mencicipi, masakan tetap terasa enak. Luar biasa bukan insting dari men-setting bumbu dan rempah ibu. Sungguh tepat hingga tidak mengubah rasa meski tidak dicicipi dulu.
Tak hanya sekadar menyiapkan sajian untuk buka puasa. Tengah malam saat kamu tidur, ibu juga lebih dulu bangun untuk mempersiapkan sajian sahur. Terbersit keikhlasan dalam sebuah menu sajian yang dihidangkan. Agar semua anggota keluarga bisa beribadah bersama.
Bersyukurlah kamu yang masih memiliki sosok ibu. Selalu memberi kasihnya tanpa pernah sedikitpun berharap kembali. Menjadikan sebuah fragmen kehidupan bagi diri kamu. Kalau kamu kulik kembali, porsi peran ibu sangatlah besar. Laiknya berkah di bulan suci Ramadhan yang juga teramat besar ini.
Terlihat romantis bukan, momen Ramadhan ini bisa kamu gunakan untuk lebih dekat dengan ibu. Menghabiskan waktu bersama untuk menyiapkan hidangan buka puasa. Momen ini terjadi setahun sekali, jadi tinggal pintar-pintarnya kamu untuk memanfaatkan momen ini.
Kalau membayangkan hal ini, saya sendiri jadi lebih yakin, untuk tetap memilih berbuka puasa di rumah saja. Buka di rumah saja karena masakan ibu terasa enak. Enak dalam makna sesungguhnya, penuh perjuangan dalam mengolah demi menyiapkan berbagai sajian hidangan demi anaknya.
Buat yang lagi memadu kasih dan sedang membangun asmara dua-dua. Buka puasa di rumah juga bisa kamu jadikan momen untuk mengenalkan si dia pada keluarga kamu. Jadi tidak perlu repot reservasi meja resto ditambah lamanya menunggu menu susulan yang datang.
Bisa juga kegiatan menyiapkan hidangan buka puasa. Kamu jadikan sebagai kegiatan ngabuburit bersama ibu di rumah. Kamu bisa seru-seruan bareng ibu untuk menyiapkan menu buka puasa.
Buat kamu yang laki-laki, coba bayangkan, bisa melihat si dia masak sama ibumu adalah pemandangan yang surgawi. Buat kamu yang perempuan, bisa melihat si dia makan bersama bapakmu adalah pemandangan surgawi.
Proses berbuka yang seperti itu, sekaligus melatihmu merasakan bagaimana rasanya menjadi bapak dan ibu di tengah puasa sambil menyiapkan menu berbuka.
Buka di rumah bisa membuat kita jadi lebih hemat. Kita bisa menabung dan sisihkan sebagian tabungan untuk bayar zakat. Bisa juga buat kasih amplop bagi yang punya ponakan adik sanak saudara dan handai taulan saat lebaran nanti.
Tapi, ini tidak memaksamu harus buka di rumah dan menolak ajakan buka bersama di luar dengan teman-teman. Hanya, bagi saya, berbuka di rumah jauh lebih surgawi dibanding berbuka di luar rumah.