Seekor buaya tua sedang mengambang di tepi sungai yang tenang. Pedro namanya. Ia dikenal sebagai pemburu ulung. Namanya tersohor di antara buaya-buaya lain di tempat tersebut.
Pada hari itu juga, muncul buaya yang lebih muda. Rico namanya. Buaya muda tersebut berenang di samping Pedro yang tengah bersantai menikmati hari.
“Aku mendengar bahwa Anda adalah pemburu paling ganas di semua dasar sungai. Tolong, ajari aku caranya.” kata buaya kecil itu ke buaya yang lebih besar.
Terbangun dari tidur siang yang panjang dan menyenangkan, Pedro menatap Rico dengan salah satu mata reptilnya. Tidak berkata apa-apa dan kemudian tertidur kembali di atas air.
Merasa frustrasi dan tidak dihargai, Rico berenang ke hulu untuk mengejar beberapa ikan lele.
“Aku akan menunjukkan kehebatanku padanya,” pikirnya dalam hati.
Kemudian setelah itu, buaya muda belia tersebut kembali ke hadapan Pedro si buaya tua yang masih tidur. Rico kemudian mulai memamerkan kepadanya tentang perburuannya yang berhasil.
“Aku menangkap dua ikan lele gemuk hari ini. Apa yang sudah kau tangkap? Tidak ada? Mungkin kau tidak sehebat itu. ”
Pedro memandang ke arah buaya muda. Tidak berkata apa-apa. Memejamkan mata lagi dan terus mengapung di atas air.
Sekali lagi, Rico itu marah. Dia tidak bisa mendapat jawaban dari buaya tua yang dianggap sesepuh itu. Dia berenang untuk kedua kalinya di hulu untuk melihat apa yang bisa dia buru.
Setelah beberapa jam meronta-ronta, dia bisa memburu burung bangau kecil. Sambil tersenyum, ia menyimpan burung itu di rahangnya dan berenang kembali tempat Pedro. Ia bersikeras menunjukkan padanya siapa pemburu yang sebenarnya.
Ketika buaya muda itu memutari belokan, ia melihat Pedro masih mengambang di tempat yang sama di dekat tepi sungai.
Namun, sesuatu telah berubah. Seekor rusa besar sedang menikmati minuman sore hanya beberapa inci di dekat kepala Pedro.
Dalam satu gerakan secepat kilat, buaya tua itu melesat keluar dari air, menggigit leher rusa besar itu dan menariknya ke bawah sungai.
Buaya muda yang berenang dengan burung kecil yang tergantung dari mulutnya tampak menyaksikan buaya tua menikmati makanan mewahnya. Buaya muda itu pun bertanya kepadanya, “Tolong … katakan padaku … bagaimana … bagaimana kau melakukan itu?”
Lewat mulut yang masih penuh dengan daging rusa besar, buaya tua itu akhirnya menjawab.
“Aku tidak melakukan apapun.”
…
Cerita tentang buaya tersebut berasal dari artikel di Medium.com yang ditulis Aytekin Tank. Dia adalah pendiri lembaga survei Jotform yang berbasis di Amerika Serikat. Cerita singkat tersebut menggambarkan bahwa menjadi sukses dan sibuk adalah dua hal yang berbeda.
Kita semua harus bertanya pada diri sendiri apa misi dan tujuan kita sebenarnya. Apakah menjadi yang tersibuk atau yang paling bisa membuat dampak terbesar? Dalam bekerja atau melakukan sesuatu hal.
Aytekin Tank menganjurkan untuk memberi ruang pada otak kita untuk berpikir dengan menjauh dari kesibukan sehari-hari dan tidak melakukan apa-apa. Dengan begitu, kita bisa memiliki waktu untuk menemukan ide-ide baru yang fresh.
Pendiri Microsoft, Bill Gates punya cara unik untuk melahirkan ide-ide baru nan brilian. Dalam suatu waktu, dia memilih pergi menyendiri dan tak melakukan apa-apa selama seminggu penuh ke tempat terpencil yang jauh dari keramaian.
Sejenak, Bill Gates meninggalkan perusahaan, rekan kerja, teman, bahkan keluarganya. Cara ini sering dilakukan oleh Bill Gates ketika ingin melahirkan ide baru untuk Microsoft. Gates menyebut aktivitasnya tersebut dengan konsep Think Weeks. Dalam setahun, Bill Gates melakukan Think Weeks dua hingga tiga kali.
Kita sering mengatakan kepada diri sendiri bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita harus terus aktif dan “bertarung” dengan yang lain. Namun, terkadang lebih baik menutup mata dan menunggu dengan sigap. Tunggu, sampai rusa besar muncul, seperti buaya tua di awal cerita tadi.