Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Budaya Literasi di Skena Musik Underground Bojonegoro

Mahfudin Akbar by Mahfudin Akbar
29/09/2018
in JURNAKULTURA
Budaya Literasi di Skena Musik Underground Bojonegoro

Di salah satu sudut area terbuka pada hari bebas kendaraan, sejumlah pemuda duduk bersila sembari menggelar lapak baca gratis. Bersama komunitas literasi lainnya, mereka memajang puluhan majalah. Bukan sembarang majalah, para pemuda yang tergabung dalam kelompok Cah-cah Kolektif tersebut memejang Zine.

Cah-cah Kolektif merupakan sekumpulan pemuda progresif yang sering mengadakan pagelaran musik Punk maupun Hardcore. Genre musik tersebut memang tak banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat Bojonegoro. Namun siapa sangka, skena musik bawah tanah atau Underground di Bojonegoro bisa terus berkembang lewat tangan dingin mereka.

Tak hanya aktif di skena musik, Cah-cah Kolektif juga punya andil dalam membangun budaya literasi di Bojonegoro. Cara mereka pun cukup sederhana, yakni membuat Zine atau bentuk lain dari sebuah majalah. Zine yang mereka buat pun diberi nama Klandesteen. Menurut salah satu anggota Cah-Cah Kolektif, Bhagas Dani Purwoko, Klandesteen memiliki arti gerilya.

“Klandesteen merupakan plesetan dari klandestin yang mempunyai arti gerilya. Semangat gerilya itu yang kami terapkan dalam pembuatan zine ini. Klandesteen ini juga berfungsi sebagai alat propaganda untuk menunjukkan eksistensi skena kami ke khalayak,” ujar Bhagas Dani.

Proses pembuatan Klandesteein Zine sendiri berlangsung cukup lama. Dibutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk merampungkan proyek tersebut. Beberapa orang menyumbang tulisan dan juga art work. Hingga akhirnya, pada awal Desember 2016, edisi pertama dari Klandesteen Zine rilis.

Salah satu topik utama dari edisi pertama Klandesteen adalah opini Bhagas Dani mengenai stigma skena Underground masa kini. Sebagai orang yang terlibat aktif di skena musik Underground Bojonegoro, Bhagas merasa bahwa musik Punk dan Hardcore masih dicap buruk oleh sebagian besar masyarakat. Kegelisahan pemuda kelahiran 1992 itu pun dituangkan dalam bentuk tulisan yang ada pada Klandesteen Zine.

“Stigma buruk itu memang tak bisa dilepaskan. Orang-orang awam masih memandang penampilan luar yang terlihat bengis dan brutal. Padahal, banyak energi positif yang bisa kita dapatkan dari skena Underground ini,” tambah Bhagas Dani.

Untuk makin mengenalkan Klandesteen, Cah-cah kolektif juga sering membuat lapak baca di acara musik Underground atau biasa disebut dengan gigs. Tak jarang mereka bertemu dengan pembuat zine lain dan kemudian bertukar pikiran mengenai budaya literasi pada skena musik Underground.

Budaya zine sendiri sudah lama tercipta di kalangan musik underground dunia. Tujuan dibuatnya zine juga cukup sederhana, yakni mengenalkan skena musik mereka ke khalayak yang lebih luas. Oleh karena itu, bentuk dari zine cukup sederhana dan mudah dibawa kemana-mana.

Bhagas Dani menambahkan jika Cah-cah Kolektif ingin membangun budaya positif di tengah cibiran masyarakat awam. Lewat Klandesteen, alumnus Universitas Negeri Malang tersebut ingin menunjukkan bahwa skena Underground juga bisa beropini lewat tulisan.

Zine dan musik Underground memang sangat lekat satu sama lain. Dalam skena musik bawah tanah, keberadaan zine memang terbilang lumrah. Zine dijadikan sebagai salah satu bentuk perlawanan mereka. Melalui tulisan-tulisan kritis, mereka juga ingin mengungkapkan opini dan juga pendapatnya secara bebas.

Tags: BudayaHardcoreKolektifmusik bawah tanah
Previous Post

Kiprah Desainer Jersey Sepakbola Asal Bojonegoro

Next Post

Tren Motor Tua di Kalangan Anak Muda Bojonegoro

BERITA MENARIK LAINNYA

Ekspedisi Sotasrungga: Tafakuran Mata Air dan Ficus Raksasa
JURNAKULTURA

Ekspedisi Sotasrungga: Tafakuran Mata Air dan Ficus Raksasa

28/04/2025
Bale Lantung: Mercusuar Peradaban Kalangwan
JURNAKULTURA

Bale Lantung: Mercusuar Peradaban Kalangwan

26/04/2025
Pagerwesi, Fakta Peradaban Kuno Bojonegoro
JURNAKULTURA

Pagerwesi, Fakta Peradaban Kuno Bojonegoro

19/04/2025

Comments 3

  1. Pingback: Soe Hok Gie dan Budaya Literasi Indonesia – Jurnaba
  2. Pingback: Madness Day, Event Metal Bojonegoro di Awal 2019 – Jurnaba
  3. Pingback: Musisi EDM ini Besar Lewat Skena Musik Underground Bojonegoro – Jurnaba

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anyar Nabs

Dua Kiai yang Menyejukan Hati

Dua Kiai yang Menyejukan Hati

25/05/2025
UKM Teater Lintang Giri Sukses Persembahkan Gandari

UKM Teater Lintang Giri Sukses Persembahkan Gandari

25/05/2025
Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati

Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati

24/05/2025
Membudayakan Menghadiahi Buku

Membudayakan Menghadiahi Buku

24/05/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Penerbit Jurnaba
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • PUBLIKASI
  • JURNAKOLOGI

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: