Gresik identik warung kopi. Tapi, belum afdol jika ke Gresik tak mampir ke bukit Putri Cempo. Sebuah bukit yang tak hanya menawarkan kopi. Tapi juga sensasi menyesap kopi di tempat tertinggi.
Udaranya hangat. Semilir angin tak hanya mampu dirasakan kulit, tapi juga didengar telinga. Kepulan asap kopi, terlihat berdesakan dengan cahaya lampu yang menerobos ruang hampa cahaya. Asap dan cahaya tampak menari-nari bersama.
Di bawah naungan awan kecoklatan, puluhan anak muda terlihat asyik berbincang di depan meja. Mereka bergerombol. Ada yang berempat. Berlima. Hingga berdua saja. Semuanya menikmati kopi dan menikmati dingin malam di tempat yan tinggi.
Bersama seorang pemuda bernama Firmanudin Bahtiar, saya mencoba menyusuri dua dari tiga tempat ngopi yang berada di puncak bukit Putri Cempo. Selain menawarkan kopi yang sedap. Ketiga kedai kopi di puncak Putri Cempo juga menawarkan view yang manis dipandang.
Firman bercerita pada saya. Bukit Putri Cempo mulai benar-benar ramai pada 2014 lalu. Meski, sebenarnya, kawasan itu sudah mulai dikunjungi sejak lama. Banyaknya kedai modern yang di bangun di atas bukit dan di jalan sepanjang menuju bukit, kian memicu ramainya kawasan itu.
“Antara 2014 dan 2015 kawasan ini mulai ramai dikunjungi. Sebelumnya memang hanya bukit biasa,” ucap pemuda 24 tahun itu.
Firman menjelaskan, meski dulu belum ramai kedai seperti saat ini, kawasan bukit Putri Cempo sudah ramai dikunjungi. Selain dikunjungi karena pemandangannya sangat indah, juga dikunjungi untuk keperluan berziarah.
Di bukit Putri Cempo, terdapat dua makam yang sangat sering dikunjungi para peziarah. Yakni, makam Putri Cempo dan makam Sayyid Abdurrahman. Dua sosok wali yang berkait erat dengan Sunan Giri.
“Kawasan ini namanya bukit Putri Cempo (Pucem) karena memang dekat dengan makam Putri Cempo,” imbuh Firman.
Nabs, kawasan Putri Cempo (Pucem) memang terkenal indah sejak lama. Posisinya yang tinggi, membikin pengunjung bisa melihat Kota Gresik dari atas. Terlebih, keberadaan tempat ngopi berbagai mazhab (cafe, kedai, warung), membikin kawasan itu kian seru untuk dikunjungi.
“Dari tempat ini, kita memang bisa melihat Kota Gresik secara jelas di bawah,” ucapnya sambil menunjuk deretan bangunan yang ada di bawah bukit.
Bersama Firman, saya sengaja berangkat ke lokasi cukup malam. Berangkat dan naik ke bukit pukul 10 malam dan turun bukit hampir jam 1 dini hari. Kami sengaja berada di atas hngga lokasi benar-benar sepi.
Meski berada di dataran cukup tinggi, cuaca di lokasi tidak terlalu dingin. Tapi juga tak terlalu panas. Suasananya benar-benar pas: hangat. Di tempat ini, Gresik tak terasa seperti kota industri.
Lokasi Putri Cempo tak sulit dikunjungi. Jika kau berada di pusat kota (Jalan Raya Kebomas), tinggal belok ke arah Jalan Sunan Giri. Ya, benar sekali. Ini jalan menuju kawasan makam Sunan Giri.
Nabs, sebelum sampai ke kawasan makam, ada sebuah jembatan yang akan kau lintasi. Beberapa hembusan nafas dari jembatan itu, ada pertigaan Jalan Perum Giri Asri Ngargosari. Lalu belok kiri.
Sekitar seratus meter dari jalan tersebut, tepatnya di sebelah kiri jalan, ada gapura makam Putri Cempo. Masuklah. Jika kau beruntung, ada bulan purnama yang tersenyum tepat di ujung jalan, seolah menyapamu.
Di kanan-kiri jalan itulah, matamu akan dimanjakan banyak cafe berbasis pemandangan menawan. Puluhan cafe besar macam Pujlos dan Giri Hill berdiri gagah di tempat itu. Namun, itu belum puncak.
Jika ingin mengunjungi puncak tertinggi, kau harus melanjutkan perjalanan. Naik ke atas. Dengan tak menanggalkan pemandangan yang teramat menawan. Di puncak bukit, ada 3 tempat ngopi yang amat syahdu. Namanya; Topview, Tower dan yang paling lama berdiri: Pucem.
Tepat pukul 12.00 — sesaat sebelum kami turun ke bawah — kami mengunjungi kedai Pucem. Kedai paling lama di puncak bukit Putri Cempo. Kami cukup beruntung karena bertemu langsung dengan pemilik kedai yang akrab disapa Iwan.
Seperti namanya, kedai Pucem memang diambil dari singkatan Putri Cempo. Sebab, lokasinya hanya berjarak 100 meter dari makam Putri Cempo. Bahkan, tepat di sebelah kedai Pucem terdapat makam Sayyid Abdurrahman.
Iwan bercerita pada kami, dia membuka kedai Pucem sejak 1997. Di zaman itu, kawasan bukit sudah banyak yang mengunjungi. Terutama para peziarah. Namun, kondisi bukit kian ramai circa 2014. Di tahun itu, kedai-kedai modern mulai didirikan.
“Bikin kedai ini sejak sekitar 1997. Daerah sini semakin banyak cafe mulai 5 tahun terakhir,” kata Iwan yang juga juru kunci di daerah tersebut.
Sebagai sosok yang paling lama membuka kedai di tempat tersebut, pria 48 tahun itu bercerita, bukit tersebut memang awalnya bukit biasa. Dikenal karena keberadaan dua makam wali di tempat itu.
Tapi, kata dia, kalau saat ini, memang banyak pengunjung. Tidak hanya yang ingin ziarah. Tapi juga berkunjung untuk menikmati suasana dan sajian kopi. Para pengunjung pun datang dari berbagai daerah.
“Mayoritas para pekerja industri. Karena itu, saat malam Minggu pasti lebih ramai,” ucapnya.
Nabs, hampir semua kopi yang dijual di kawasan Pucem, memang jenis kopi Gresik. Atau kopi kasar. Dan memang, kopi jenis itu paling khas di Gresik. Bahkan jika tidak di kawasan Pucem pun, kopi kasar memang paling mendominasi.
Jika Nabsky ke Gresik, tak ada salahnya menyempatkan diri untuk singgah ke bukit Putri Cempo. Selain menawarkan kopi yang enak disesap, suasana dan pemandangan yang tersaji juga benar-benar sedap.