Sejak mendekati momen pemilu hingga dilaksanakannya pemilu, bahkan hingga resmi dikeluarkannya hasil resmi oleh KPU, jagad sosmed ramai memperbincangkan politik.
Tapi, ya, mentok di pembahasan pemilu saja. Hashembuh lah~
Cuitan, status, maupun story diisi dengan dukungan, cacian, pembelaan, hingga sindiran satir. Empat gelintir manusia saja kok ya bikin gaduh sampai langit ke-tujuh.
Jelas hora umum! Nonton TV isinya aksi massa blablabla. Buka twitter isinya hujatan blablabla. Buka facebook isinya analisis politik blablabla…kepala saya mendadak lebih pusing ketimbang harus mengerjakan skripsi.
Di tengah arus kuat yang mendorong sebagian besar masyarakat untuk membicarakan dan memusatkan perhatiannya pada politik, tentu ada minoritas (seperti saya ini) yang merasa benar-benar jenuh dengan pemberitaan mengenai konflik Pemilu.
Tapi tenang saja. Se-minoritas apapun, golongan ini masih lebih banyak daripada mereka yang tidak menonton Game of Thrones alias GOT kok. Saya se-minoritasnya minoritas. Sudah tidak nonton GoT, suka jenuh sama obrolan tentang pemilu lagi. Huhu
Di tengah kejenuhan mengenai konflik-konflik pemilu dan terganggunya kinerja beberapa aplikasi sosial media seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook (alias down), ternyata ada hal-hal yang bisa dilakukan sebagai sarana rekreasi.
Momen seperti ini bisa kita manfaatkan untuk sejenak meletakkan ponsel (tapi diletakkannya setelah membaca dan membagikan artikel ini ya, Nabs. Qiqi), dan menikmati dunia di hadapan kita.
Setelah sekian lama kepalamu tertunduk pada layar ponsel, terpancing amarah dengan isu yang beredar di media sosial, ini saatnya kita meluangkan waktu untuk duduk bercengkerama dengan keluarga, tetangga, juga teman-teman.
Jangan takut untuk diabaikan, karena di saat-saat seperti ini, semua mengalami nasib yang sama. Sama-sama tidak bisa berselancar ke dunia maya (kecuali anak twitter. Wkwk).
Mau apa mereka kalau wadah eksistensi mayanya lagi down? Qiqi
Kalian bisa memulai pembicaraan tentang gorong-gorong yang sudah penuh sampah, misalnya. Lalu merencanakan sebuah perubahan besar (tapi dimulai dari yang kecil dulu ya, Nabs).
Dari pembicaraan soal sampah di gorong-gorong, kamu bisa mengajak warga setempat untuk bergotong-royong membersihkan sampah. Setelahnya, kamu yang merasa lelaki muda harapan bangsa, bisa membagikan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah dan upaya dunia untuk melakukan diet plastik.
Wah, ini yang lagi hits, diet kantung plastik. Dengan melakukan kegiatan sosial seperti itu, kamu sudah setara dengan Hamish Daud. Itu tuh, suami Mbak Raisa yang super anggun nan cantik bagai bidadari.
Hamish ini kan juga diet straw alias sedotan dan mengurangi penggunaan plastik. Selain mirip Hamish, kamu juga bisa jadi seperti Nicholas Saputra, si ganteng yang juga gemar mengajak followernya untuk berdiet plastik. Wawww!
Sedang kamu-kamu yang cewek, iya kamu. Kamu bisa sekeren Prisilia Nasution dan juga Nadine Chandrawinata. Mereka-mereka ini adalah artis yang sering mengkampanyekan diet kantung plastik.
Atau Cinta Laura Kiels yang jadi brand ambassadornya The Body Shop Indonesia. Itu, Nabs, brand kosmetik yang kerap mendukung gerakan untuk mencintai alam. Betapa kerennya kamu sebagai anak muda.
Kelak ketika tua, kamu bisa dengan bangga bercerita pada anak-cucumu bahwa, setidaknya, kamu pernah melakukan sesuatu yang berharga dalam hidup yang singkat ini. Widiiih, merinding nggak tuh?
Hari Fitranto, Dosen muda Ilmu Politik di Universitas Airlangga dalam satu mata kuliahnya pernah berkata demikian, “Politik lingkungan itu jauh di atas politik ekonomi dan segala macamnya.” Bahkan jauh melebihi kemanusiaan itu sendiri. Kenapa demikian?
Karena ini lah satu-satunya tempat kita tinggal dan hidup. Jika Bumi yang sudah memberi kita rumah dan makanan ini telah rusak, bagaimana manusia akan hidup? Itu mengapa dikatakan bahwa politik lingkungan jauh di atas kemanusiaan.
Jika negara tidak bisa hadir dalam permasalahan lingkungan, yang bisa dikatakan, sudah kritis ini, maka kita anak-anak muda inilah yang harus bertindak, Nabs. Kita bisa mulai membawa tas untuk berbelanja guna mengurangi kantung plastik.
Selain itu, kita bisa mulai menggunakan sedotan yang bisa digunakan kembali. Sekarang banyak tuh sesodar stainless atau berbahan karet begitu. Atau bisa juga kuta contoh caranya Mas Hamish dengan memakai dahan tumbuhan. Back to nature, Nabs.
Satu gerakan kecil yang dilakukan oleh segelintir orang secara terus-menerus akan jauh lebih signifikan daripada beribu gerakan besar yang hanya dilakukan musiman. Bukan begitu, Nabs?
Jadi, kapan kamu akan memulai satu langkah baru?