Sarapan dan harapan beda tipis. Sama-sama merasakan. Yang satu merasa kenyang. Satunya kenyang kegelisahan.
Perjalanan kali ini sungguh sangat berbeda. Dari sekian lama tak merasakan kabin truk canter. Kini kembali mencicipi rasa di kabin truk canter. Tentu bak truk di belakang tidak kosong. Ada sekitar 2 ton cabe.
Dari Kota Bojonegoro ke Gresik. Di Gresik saya mampir ke garasi dan mengecek kondisi truk. Saya tidak menjadi supir. Hanya saja menjadi teman bercanda dan pembantu sopir.
Truk melaju cepat. Dari arah Gresik menuju tempat pengambilan cabe. Cabe akan dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Nah, tentu tak sepele. Laju truk cabe yang sering dianggap ugal-ugalan, kini saya di dalamnya.
Dari tempat pengambilan cabe, sang sopir melaju cepat ke arah Jalan Pantura. Rpm truk terlihat 100Km/jam. Mata saya sudah tak berani melihat rpm tersebut. Dan hanya obrolan pada sopir yang saya lakukan.
Di dalam kabin tampak ngeri. Hati saya dag dig dug ser. Truk harus melaju kencang karena dikejar waktu. Jam 4 sebelum subuh kami harus sampai di Pasar Induk Kramat Jati.
Keseharian sopir truk cabe sangatlah. Tapi, semua itu demi sesuap nasi. Jika dibilang itu bahaya. Ya memang bahaya, tapi ada keluarga dan orang-orang yang ingin kita buat bahagia.
Truk melaju ke arah Tol. Kini kecepatan semakin menambah. Melihat waktu sudah malam. Disusul truk-truk lain. Jalan tol menjadi ladang konvoi oleh truk saat malam hari.
Kelap-kalip lampu strobo dan liverry truk menjadi ciri khas. Tidak hanya itu. Interior truk sangat nyaman. Jadi, bisa dipastikan di dalam kabin sungguh tidak membosankan. Tapi, masih ketar-ketir.
Konvoi berjalan tertib. Truk tampak indah dihiasi dengan livery berbagai macam. Ada yang tulisan, gambar tokoh. Bokong truk menunjukkan harapan. Ya memang harapan, tapi harapan baik. “Utamakan Sarapan Jangan Harapan”
Aktivitas Pagi Hari di Pasar Induk
Sebelum matahari menampakkan sinarnya. Para kuli panggul sudah menunjukkan wajahnya. Dia tampak bersiap-siap. Jika truk-truk bermuatan sudah datang. Dia sudah siap.
Para bos-bos tengkulak dengan santai sembari duduk di samping ruko. Para pedagang sudah siap dengan barang dagangan yang ada di toko. Sembari ngucap “laris-laris”.
Truk cabe melintas di Pasar Induk Kramat Jati jam 4 subuh. Para tengkulak sudah menyambutnya. Dan bapak-bapak kuli panggul siap mengeksekusi.
Setelah semua itu selesai. Para sopir segera keluar dari Pasar Induk. Guna tidak menggangu aktivitas. Sebab, lahan yang digunakan berjualan tidak terlalu luas.
Pukul 9 pagi sudah, truk cabe kini mulai keluar dan kembali melanjutkan perjalanan menuju arah pulang. Ada yang nyambi muat kayu, papan, lemari dan lainnnya.
Itulah sedikit gambaran ihwal truk cabe dan Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Demikian wasallam.