Untuk menunjang produktivitas dalam bekerja, diperlukan distraksi. Khususnya pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ruang imajinasi seperti; nggombalin pacar, nggambar, ndesain, nulis konten, atau ngedit video.
Mengapa perlu distraksi? Ya, biar nggak sepaneng. Biar nggak tegang otaknya. Sebab, jika otak terlalu tegang, ide-ide kreatif bakalan enggan mampir. Kalau mampir saja enggan, gimana mau singgah dan menetap? Hmmm
Bagi pencandu ambient seperti saya, distraksi yang saya pilih tentu saja adalah musik. Tapi untuk menunjang pekerjaan, nggak sembarang musik yang bisa saya putar. Perlu adanya penyusunan playlist yang sesuai.
Menyusun playlist lagu bukanlah perihal sepele. Perlu adanya pendalaman moment. Selain itu kamu juga harus lihai mendeteksi suasana hati. Sebab, suasana hati bisa jadi variabel terpenting dalam urusan peplaylistan ini.
Misal, kalau kamu sedang low mood, perbanyak lagu-lagu yang nge-beat nan ceria biar lebih semangat. Sebaliknya, jika kamu sedang terburu-buru dikejar deadline, perbanyak lagu-lagu chill, biar nggak gedandapan, biar nggak stress.
Istilah playlist atau daftar putar dikenal masyarakat seiring berkembangnya teknologi digital. Khususnya di ranah audio-video. Istilah playlist semakin dikenal dengan munculnya format lagu seperti mp3, wav, flac dan pemutar musik virtual seperti winamp, windows media player, dan jet audio.
Nabs, seni menyusun lagu, sejatinya sudah kita kenal sejak lama. Dan seiring perkembangan zaman, nama dan fungsi pun telah mengalami banyak pergeseran.
Sebelum beredar teknologi audio digital, mungkin kamu hanya kenal istilah playlist di radio. Namun, playlist-playlist ini sudah ditentukan oleh sang DJ.
Dan kamu sebagai pendengar, nggak punya kuasa untuk mengubah susunan lagu, bilamana ada yang kurang sreg di kupingmu.
Kalau ngotot pengen denger sebuah lagu, mungkin kamu bisa membeli album fisik berupa kaset. Dan kaset, kau tahu, adalah paketan lagu dari seorang musisi yang telah fix urutannya.
Nggak bisa diclong-clong. Kecuali kamu sabar nge-FF atau nge-RWD tape-mu. Atau bisa juga kamu memanfaatkan teknologi pensil/pulpen untuk memilin pita kaset.
Belum lagi kalau kamu bosan dengan isi kaset tersebut, kamu harus telaten ganti tape dengan kaset lain. Duh, ribet.
Dari berbagai kesulitan inilah muncul istilah album kompilasi. Boom! Ya, istilah album kompilasi tentu tak asing bagi kamu yang pernah hidup di zaman kaset. Album kompilasi adalah sebutan untuk kaset yang isinya terdiri dari gabungan lagu dari beberapa musisi.
Umumnya, beberapa perusahaan rekaman banyak menjual album kompilasi. Biasanya mereka membuat album berdasarkan tema atau tangga lagu yang sedang hits di radio.
Namun, lantaran jiwa kreatifmu itu nggak mau diatur-atur, alih-alih nurut kompilasi pabrikan, kamu justru bikin album kompilasi sendiri. Jelas kamu ingat kan masa-masa di mana kamu beli kaset kosong terus nongkrongin radio SBI FM sambil dua jari stand by di tombol rec+play?
Ya, album kompilasi buatanmu sendiri tentu lebih memuaskan. Selain dapat meredam hasratmu untuk tenggelam dalam ambient, kamu juga bisa memberikan album ini kepada gebetanmu sebagai hadiah.
Kini, teknologi digital telah semakin berkembang. Kosmos internet yang melingkupi, semakin mempermudah laku hidup manusia. Tak terkecuali urusan peplaylistan. Tak perlu merekam atau pun mendownload lagi untuk bisa menyusun playlist lagu. Yang kamu perlukan hanyalah Spotify.
Nabs, dalam hidup, kita selalu menemui momen-momen spesial. Momen-momen tersebut adalah kompilasi moment yang tersusun membentuk playlist hidupmu saat ini.
Ada baiknya jika momen-momen yang telah kamu lalui tersebut kamu rekam menjadi sebuah kenangan. Kenangan yang dapat kamu putar untuk menunjang produktivitasmu dalam bekerja hari ini. Selamat bekerja, Nabsky~
Pertama dimuat pada 25/2/2019