Bisnis kopi di Bojonegoro memang menarik banyak perhatian. Contohnya saja Billy Herba Setyawan, eks pelayar yang membangun bisnis kedai kopi di bumi Angling Dharma.
“Selama aku bisa melakukan apa yang aku suka, aku sangat bersyukur”
Kalimat itu adalah harapan yang dilontarkan oleh pemuda tambun berambut gondrong. Pemuda itu adalah Billy Herba Setyawan. Orang ini lebih akrab disapa Billy.
Billy termasuk contoh jawaban akan pertanyaan apakah pekerjaan harus linier dengan pendidikan. Banyak pemuda yang bingung terkait dunia pekerjaan. Setidaknya, pernah muncul dalam kepala “Setelah lulus nanti, aku akan kerja dimana?”
Billy adalah alumni STIMART jurusan Nautika. Setelah lulus dari kampus pelayaran tersebut, Billy sempat melakukan pengembaraan di lautan selama dua tahun. Pemuda kelahiran 30 Agustus 1994 tersebut memiliki pengalaman menahkodai dua kapal dalam dua kali pelayaran.
Tepatnya, Billy lulus dari pendidikannya pada 2016. Kala itu, pemuda alumni SMA Negeri 1 Bojonegoro ini berusia 23 tahun. Pada saat itu, dia berencana untuk berwirausaha pada usia 30 tahun. Untuk mewujudkannya, dia perlu menyiapkan modal dari hasil bekerja selama berprofesi sebagai nahkoda.
Namun, bukan hanya badai di lautan yang menerpa kapal. Muncul pula badai keresahan yang menerpa perasaan Billy. Keresahan tersebut kemudian menjadi pertimbangan yang amat mendalam baginya.
”Ada rasa takut, apakah nantinya di usia 30 itu cara berpikirku masih sama dengan usia 24 tahun?” kata pemuda yang tinggal di Jalan Munginsidi, Kampung Baru Gang I, Desa Sukorejo, Bojonegoro.
Selama mengenyam pendidikan di Kota Semarang, Billy sering menjelajahi berbagai kota untuk belajar kopi. Dia mulai belajar tentang kopi di salah satu kafe ternama di daerah Jogja. Hal itu sering dia lakukan saat liburan semester. Menurutnya, liburan perlu dimanfaatkan untuk menjelajah minuman hitam di berbagai kafe di daerah-daerah.
Bahkan, Billy juga sempat belajar tentang kekopian di Banjarmasin dan Makassar. Kebetulan, kedua tempat tersebut merupakan destinasi pelayaran saat masih bekerja sebagai nahkoda kapal.
Berawal dari situ, Billy memutuskan untuk menahan kontrak kerja dari profesi di dunia pelayaran. Keputusan besar tersebut dia ambil sekitar September 2017. Sepulang dari pelayaran terakhir, dia mulai menjalankan bisnis kopi di rumah. Itu karena dia sangat suka dan begitu antusias terhadap kopi.
Billy membuat sendiri nasi bungkus untuk dititipkan di beberapa warung kopi di Bojonegoro. Itu dia lakukan sendirian di rumah. Selama ini, Billy memang tingga sendirian. Ayahnya meninggal sejak dia duduk di bangku SMA dan ibunya meninggal saat dia sedang praktek berlayar. Sedangkan kakaknya tinggal di luar kota dan berprofesi sebagai Angkatan Udara.
“Saat itu usahanya jualan kopi di rumah dan nasi kucing yang aku titipkan ke warung. Semuanya aku lakukan sendirian,” tukas pemuda yang ramah dan hobi bercanda tersebut.
Pada saat yang bersamaan itu, Billy juga usaha mebel kecil-kecilan. Dia membuat perabot kursi dan meja untuk kebutuhan kafe. Meja dan kursi tersebut berbahan kayu jati dan mahoni. Itu juga dia lakukan sendiri di rumahnya. Modal yang dia gunakan adalah hasil dari bekerja di pelayaran.
“Lumayan lah hasilnya. Tapi sementara aku freeze dulu. Sekarang perlu fokus di Selasar dulu,” kata pemuda yang mengagumi sosok Hitler ini.
Ketika masih SMA, Billy sempat berjualan nasi bungkus dan gorengan di sekolah. Tentu saja dia menjualnya secara klandestin. Agar tidak ketahuan, dia menyembunyikan dagangan itu di dalam mesin sepeda motor. Kebetulan, dia menggunakan “motor cowo” untuk berangkat ke sekolah. Beberapa kali dia pernah ketahuan guru di sekolah.
“Saat itu kan bapak sakit dan ekonomi berada di pundak ibu, jadi ya harus belajar mandiri,” kata Billy.
Pada 20 Desember 2018, Billy mulai membuka kafe dengan nama Selasar. Menu yang disajikan adalah kopi dengan olahan manual brew. Selain itu, dia juga menjual biji kopi hasil roasting sendiri. Produk kopi miliknya itu dia jual dengan nama Copitalist.
Menurut Billy, pendidikan dan pekerjaan tidaklah harus bersifat linier. Segala bentuk pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan individu setelah lulus nanti. Sedangkan pekerjaan merupakan premis yang berbeda.
Untuk itu, sosok Billy adalah contoh bahwa pekerjaan tidak harus linier dengan pendidikan. Jangan pernah berhenti mengejar mimpi. Selama hal itu bisa dikejar, maka kejarlah. Sudah saatnya para generasi mulai bersiap untuk mengerjakan sesuatu. Bukan pada kemana nantinya, tapi tekankan pada apa yang akan diperbuat nantinya. Tentu demi masa depan yang semakin cemerlang dan bahagia.