Kontingen Bojonegoro berada di peringkat 10 besar perolehan medali Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur 2019. Bojonegoro berada di posisi 10 dari 38 Kabupaten dan Kota, dengan raihan 13 emas, 13 perak, dan 21 perunggu. Apakah hasil ini sesuai dengan harapan?
Berada di posisi 10 perolehan medali tentu bukan jadi sesuatu yang buruk bagi Bojonegoro. Terlebih persaingan antar kontingen terbilang sangat ketat. Tak mudah untuk sekadar mendapatkan medali perunggu di Porprov VI Jawa Timur.
Jika dibandingkan dengan Porprov sebelumnya di Banyuwangi pada 2015 lalu, raihan kontingen Bojonegoro tahun ini mengalami peningkatan. Dari 8 emas di 2015, jadi 13 emas di 2019.
Dibandingkan Porprov Banyuwangi, posisi Bojonegoro juga meningkat satu strip. Dari peringkat ke-11 di 2015 menjadi peringkat ke-10 pada 2019.
Cabor andalan seperti Panahan dan Angkat Besi jadi lumbung medali kontingen Bojonegoro. Panahan menyumbang 2 emas dan 2 perunggu. Sedangkan Angkat Besi memberikan 3 emas, 3 perak, dan 6 perunggu.
Meski capaian medali dan prestasinya meningkat dari penyelenggaraan sebelumnya, hasil di Porprov VI Jawa Timur sebenarnya meleset dari target yang ditetapkan KONI Bojonegoro. Target 18 emas dicanangkan Ketua KONI Bojonegoro, Ali Mahmudi sebelum pergelaran Porprov dimulai.
“Kami targetkan 18 medali emas. Namun bisa saja bertambah karena peluang kita cukup besar sebagai tuan rumah,” ujar Ali Mahmudi kepada Jurnaba.co pada 4 Mei 2019 lalu.
Target yang dicanangkan di awal adalah 18 emas. Namun yang terealisasi hanya 13 emas saja. Jadi, terdapat selisih 5 medali emas antara target awal dan hasil nyata di lapangan.
Beberapa cabang olahraga yang diproyeksikan mendapat medali emas belum bisa memenuhi ekspektasi. Misalnya, Kempo, Catur, Taekwondo, dan Anggar. Keempat cabor tersebut diharap mampu sumbang medali emas. Tapi sayang, emas dari empat cabor tersebut tak bisa direalisasikan.
Persaingan ketat dan merata jadi alasan utama mengapa empat cabor tersebut tidak bisa memenuhi target emas. Contohnya di cabor Kempo yang diproyeksikan mendapatkan 2 emas dan 4 perak.
Di lapangan, Kempo hanya mampu menorehkan 1 medali perunggu untuk kontingen Bojonegoro dari kelas Embu Beregu Putri. Kabupaten Malang (8 emas, 7 perak, 1 perunggu), Kota Surabaya (6 emas, 3 perak, 2 perunggu) dan Kabupaten Pasuruan (2 emas, 2 perak, 2 perunggu) jadi yang terbaik di cabor Kempo.
Kontingen Bojonegoro juga tidak bisa memaksimalkan keuntungan sebagai tuan rumah. Ada beberapa cabor yang dipertandingkan di Bojonegoro yang sejatinya bisa menyumbang medali emas. Seperti Catur dan Anggar. Sayangnya, kedua cabor tersebut belum bisa memenuhi target yang dicanangkan.
Di dua hari terakhir pelaksanaan Porprov Jawa Timur VI, Bojonegoro tidak bisa menambah jumlah perolehan medali secara signifikan. Bahkan di hari terakhir, Bojonegoro tak mendapatkan medali sama sekali.
Hasil itu membuat kontingen Bojonegoro turun dari posisi ke-8 pada perolehan medali jadi posisi ke-10 di hari terakhir penyelenggaraan Porprov Jawa Timur VI. Kontingen Bojonegoro disalip Lamongan dan Banyuwangi yang terus mendulang medali di saat-saat terakhir.
Bagaimanapun juga, raihan 13 emas, 13 perak, dan 21 perunggu adalah sesuatu yang harus disyukuri. Semua atlet telah memberikan penampilan terbaiknya untuk Bojonegoro. Kerja keras atlet, pelatih hingga official wajib diapresiasi.
Hasil di Porprov VI Jawa Timur harusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi KONI Bojonegoro untuk menentukan langkah ke depan. Apalagi Porprov Jawa Timur kini diadakan tiap 2 tahun sekali. Saatnya membuat program dan perencanaan yang matang demi prestasi olahraga Bojonegoro.