Waduk Grobogan di Desa Bendo, Kecamatan Kapas menjadi destinasi wisata baru di Bojonegoro. Waduk ini banyak dikunjungi wisatawan lokal saat akhir pekan. Sabtu, 8 Desember lalu, waduk ini digunakan sebagai lokasi Fesitival D’Demit. Iya, Demit. Hiii ~
Ketika memasuki Desa Bendo, kita akan disuguhi pemandangan pohon salak yang cukup lebat. Bendo memang terkenal dengan buah salaknya seperti Desa Wedi dan Tanjungharjo. Di kanan dan kiri jalan, sangat banyak pohon salak. Hal ini membuat perjalanan terasa teduh.
Area wisata berada di seberang jembatan Waduk Bendo. Sebelum melewati jembatan, pengunjung perlu membayar tiket masuk. Tiket ini dimaksudkan untuk biaya kebersihan sebesar Rp2 ribu.
Ketika memasuki jembatan, kita dapat melihat pemandangan yang indah. Dari atas jembatan berwarna-warni ini bisa kita lihat warga lokal yang mencari ikan dengan cara memancing.
Setelah menyebrangi jembatan, kita akan langsung menemui pintu gerbang masuk yang menarik. Gerbang ini terbuat dari potongan kayu yang disusun rapi berbentuk melingkar.
Selain itu, terdapat pula dermaga untuk berswafoto. Dermaga dengan ayunan di ujungnya, serta dermaga yang menjulang tinggi berbentuk seperti kapal besar.
Tempat ini biasa digunakan pengunjung untuk berswafoto bersama. Di belakannya terdapat persawahan yang sangat luas berhiaskan burung kunthul yang banyak berterbangan.
Sabtu malam kemarin, di Waduk Grobogan ada Fesitival D’Demit. Banyak keunikan di Festival D’demit ini. Mulai dari lomba fashion show kostum hantu, kesenian gamelan, dan pertunjukan dari Mbah Jo, paranormal Bojonegoro.
Menurut salah satu panitia, Kuswandoko, D’Demit sendiri adalah singkatan yang berarti Dari Desa Membangun Indonesia Tercinta. Acara ini digelar bertepatan dengan penerimaan hadiah lomba wisata terbaik tingkat Bojonegoro.
“Acara di festival D’Demit ini bermacam-macam. Ada fashion show demit, bazar jajanan tradisional dan juga drama komedi,” ujar Kuswandoko.
Selain acara di atas panggung, terdapat pula bazar jajanan tradisional. Penjualan jajanan tradisional ini dikemas dengan menarik. Penamaan jajanan ini pun menggunakan istilah yang berhubungan dengan hal-hal mistis dan menyeramkan.
Misalnya driji kunthilanak, jalangkung ibadah, ndas wereng, dan genderuwo ngantuk. Serem nan aneh ya, Nabs. Hiiii
Meski namanya sangat mengerikan, jajanan ini merupakan jajanan khas tradisional seperti cenil, cetot, gethuk, dan lain sebagainya.
Untuk membeli jajanan ini, pengunjung tidak boleh menggunakan uang biasa. Alat tukar yang digunakan untuk transaksi adalah dengan potongan bambu. Bentuknya menyerupai uang logam jaman dahulu yang terdapat lubang di tengahnya.
Sebelum membeli jajanan tersebut, pengunjung bisa menukarkan uang dengan koin bambu yang disediakan oleh panitia. 1 koin bambu senilai uang sebesar Rp 4 ribu.
Pengunjung tempat wisata Waduk Bendo ini pun cukup ramai saat akhir pekan. Bahkan, saat ada Festival D’demit, tempat ini sangat padat pengunjung.
Pemandangan yang disuguhkan di tempat ini sangat indah. Fasilitasnya pun cukup komplit. Kebersihannya pun terjaga dan sangat cocok untuk bersantai bersama keluarga.
Festival D’demit merupakan pagelaran unik yang beda dari yang lain. Harapannya, festival ini bisa membantu mengenalkan Waduk Grobogan yang menjadi wisata andalan di desa Bendo.
Kalau Nabsky bingung mau kemana saat akhir pekan, Waduk Grobogan di Desa Bendo, Kapas ini bisa jadi pilihan.
Comments 2