Barang bekas yang sudah tak terpakai biasanya berakhir di tempat sampah. Namun di tangan seorang seniman bernama Gestri Kuratno, barang bekas bisa disulap menjadi karya yang punya nilai jual tinggi.
Gestri Kuratno adalah seniman seni rupa di Kota Bojonegoro. Aktivitas sehari-harinya mengolah bahan bekas dijadikan berbagai karya seni. Hal itu dia lakukan di tempat kecil miliknya, di bilangan warung Taman Bengawan Solo (TBS).
Pria paruh baya yang akrab disapa Pak Rat ini memanfaatkan berbagai barang bekas. Mulai dari kayu, triplek, papan, kertas, plastik hingga daun-daun kering bisa dia jadikan bahan kerajinan.
Barang-barang tersebut ia dapatkan dari sekitar Sungai Bengawan Solo. Kadang juga dari tempat pembuangan atau sisa-sisa bongkaran. Menurutnya, itu karena barang tersebut mudah didapat dan cukup murah untuk dijadikan bahan.
“Apa saja yang ada di sekitar sini. Ada kayu, papan bekas, gedebog, plastik bekas, daun-daun. Pokoknya barang bekas.” ujarnya menjelaskan.
Bapak satu anak ini lahir pada 19 Desember 1961 dari keluarga seniman. Saat itu, bapaknya seorang wartawan militer dan kakeknya seorang seniman batik.
Sejak kecil, Pak Rat sudah sangat dekat dengan dunia seni. Ketika duduk di bangku SD, sudah suka menggambar. Namun saat SMP, dia mulai menemukan keahlian khusus di bidang seni rupa.
Pada 1993, Pak Rat mulai menekuni bidang seni rupa, khususnya seni cukit. Setelah itu, dia hijrah ke Jakarta karena terlibat dalam sebuah proyek pembangunan. Kemudian, setelah masa reformasi, kembali ke seni rupa pahat. Tidak hanya itu, pada 1999 hingga 2002, dia sempat membuat layangan hias sebagai karya untuk diperdagangkan.
Pada 2010, Pak Rat membikin Galboro Art Work di area Taman Bengawan Solo. Tempat ini menjadi tempat tinggal sekaligus workshop karya seninya. Secara umum, karya seninya berupa patung pahatan kayu dan juga lukisan.
“Saya kalau membuat patung ya begitu. Tapi sekarang ini saya juga memikirkan nilai fungsinya agar bisa dijual. Tidak hanya sebagai pajangan saja.” ungkapnya saat ditemui di galerinya.
Pada 2013 lalu, dia mulai menggunakan limbah sebagai bahan baku. Sehari-hari, Pak Rat mencari bahan dan membuat karya seninya di sekitar Galboro Art Work. Memilih bahan baku dari limbah karena ekonomis. pasarannya gampang karena murah dan tidak rumit untuk dicari.
“Kalau yang didapat kayu atau papan ya saya pahat. Kalau ketemunya plastik atau kertas saya jadikan lukisan.” Tuturnya.
Karya seni yang Pak Rat buat ini bukan sekadar hobi, melainkan untuk mencukupi kebutuhan hidup berdasarkan keahlian yang dia miliki. Bahkan, dia memiliki pelanggan dari luar kota seperti Jogjakarta, Solo, Semarang, Surabaya dan beberapa kota lain.
Biasanya, pelanggan dari luar kota tersebut memesan ke Pak Rat. Tidak hanya karya seni rupa dalam bentuk patung atau lukisan, melainkan juga kerajinan dan aksesoris lain.
“Kalau pesanan dari luar kota itu biasanya tongkat, aksesoris, hiasan dan kerajinan yang memiliki nilai fungsi. Bukan sekadar pajangan seni saja.”
Selama ini, Pak Rat memang berkarya dengan melukis dan memahat. Banyak yang bilang dia seniman surealis. Menurut Pak Rat sendiri, dia mengikuti trend seni dalam berkarya untuk alasan ekonomi.
“Berkarya tapi kalau tidak bisa dijual ya mau dapat pemasukan dari mana? Soal kebutuhan dan makan kan harus dipenuhi.” tutupnya.
Comments 1