Haul Kiai Sanusi Mbarangan yang dilaksanakan pada Jumat, 24/11/2023, jadi momen bahagia bagi masyarakat Dusun Mbarangan, Desa Kuncen Padangan. Dalam kegiatan itu, warga sekitar saling berjumpa dan silaturahim bersama.
Tahlil bersama dilaksanakan di pemakaman umum Mbarangan, tepatnya di lokasi yang dikenal Pundung Serut Widara — lokasi yang berada di bagian Timur Laut (pojok utara-timur) Makbaroh Mbarangan. Di tempat itulah, Kiai Sanusi beserta keluarganya disemayamkan.
Suasana syahdu mirip Hari Raya terlihat sepanjang acara. Banyak orang-orang tua yang selama ini berada di dalam rumah saja, sejenak keluar untuk ikut berkumpul di lokasi Makbaroh Mbarangan. Berbagai golongan usia pun hadir untuk ikut berpartisipasi dalam acara.
Haul Mbarangan merupakan acara kirim doa untuk para leluhur yang dilakukan oleh segenap warga Dusun Mbarangan Desa Kuncen Padangan. Seperti halnya acara Haul pada umumnya, tradisi acara semacam ini dilakukan tiap setahun sekali.
Baca Juga: Kiai Sanusi Mbarangan, Berdakwah Lewat Debus dan Ilmu Kanuragan
Haul Mbarangan dihadiri para sesepuh, kiai, dan masyayikh dari Padangan. Khususnya dari Desa Kuncen Padangan. Tradisi Haul sempat hilang dan tak dilaksanakan selama puluhan tahun. Karena itu, kini dimunculkan kembali dalam rangka mempertebal tradisi islam Aswaja An-Nahdliyah.
Selain menjadi ajang silaturahim dan perjumpaan warga, acara Haul Mbarangan juga diniati untuk mengambil ibrah (pelajaran) dari perjuangan para leluhur. Dalam hal ini, mengambil pelajaran dari figur Kiai Sanusi Mbarangan, kiai pemuka dusun dan pendiri Peguron Mbarangan.
Sohibul Haul, Kiai Sanusi Mbarangan, dikenal dengan nama Kiai Buyut Mbarangan. Ia memiliki nama lengkap Kiai Sanusi bin Syahid bin Syihabuddin. Beliau ulama yang membuka dusun dan menyebarkan islam di Dusun Mbarangan, melalui pendirian tempat bernama Peguron Mbarangan.
Kiai Sanusi Mbarangan hidup pada abad 19 M, antara 1840 – 1910 M. Beliau menyebarkan islam tak hanya dengan mengajar ngaji. Tapi juga mengajar pencak debus dan ilmu kanuragan. Ini alasan Dusun Mbarangan sempat dikenal sebagai tempat yang identik dengan pencak debus. Khususnya seni debus yang bernama Pencak Mbarangan.
Kiai Sanusi juga dikenal sebagai kiai pejuang yang melakukan perlawanan pada Penjajah Belanda. Di antara ajaran dan wasiat Kiai Sanusi Mbarangan adalah pentingnya menjalankan sholat 5 waktu, melazimkan wirid, dan selalu memperbaiki hubungan dengan Allah SWT.
Peguron Mbarangan, tempat yang pernah didirikan Kiai Sanusi, kelak menjadikan nama Dusun Mbarangan dikenal sebagai wilayah keramat yang jadi titik konsentrasi para pejuang islam. Khususnya para ahli pencak debus yang melakukan perlawanan pada kaum penjajah Belanda.
Haul Kiai Sanusi Mbarangan atau Haul Mbarangan tak hanya jadi ajang perjumpaan dan silaturahim antar warga. Tapi juga menjadi momen penting untuk menauladani sikap istiqomah dan perjuangan para leluhur Dusun Mbarangan, khususnya Kiai Sanusi Mbarangan.