Meski tidak tahu namanya dan tidak kenal, mbah itu selalu melontarkan senyuman setiap kali saya mendatanginya, tentu dengan tujuan membeli dagangannya.
Ada nasi campur aneka lauk, nasi horeng, mie goreng dan sebagainya yang sudah terbungkus rapi dengan kotak plastik dengan harga belasan ribu.
Mbah ‘Gubeng Lama’ (MGL) ini adalah istilah saya sendiri dan tidak memerlukan persetujuan dari para pembaca, jika meminjam kalimat ketua umum parpol beberapa waktu lalu ‘urusan gue, itu hak prerogatif saya’ hehehe.
Mbah Gubeng Lama ini tidak berubah tempat berdagangnya, selalu di depan indoma*t sebelah pintu keluar staiun Gubeng Lama Surabaya.
Meski saya juga tidak tahu pasti jadwal dagangnya, tapi setiap saya berangkat kuliah dan harus ganti kereta, saya selalu menyempatkan waktu untuk menghampirinya dan membeli dagangannya.
Sedekah pada sesama itu seperti mengerjakan tugas akhir, tidak usah menunggu waktu luang, tapi luangkanlah waktu mengerjakannya (jika untuk sedekah ditambah, sisihkan sedikit rejeki kita untuknya).
Demikian Profesor saya yang sekaligus promotor 2 saya memotivasi saya untuk segera menyelesaikan tahapan tugas akhir.
Sebenarnya selain alasan ‘numbasi’ dagangan MGL di jam pindah kereta itu memang saatnya makan sore dan saya belum makan dari kota asal saya. Hehehe.
Saya membuat tagline sendiri untuk dagangan MGL; lezat, murah, dan berkah.
Sengaja saya sematkan kata berkah karena saya yakin ini mbah-mbah sedang mencari nafkah dengan cara yang sah dan tidak memilih mengais rejeki yang salah.
Salahsatu guru saya pernah ‘dawuh’, jangan malu untuk sedekah sedikit agar kamu tidak ’eman’ saat sedekah banyak. Dawuh itu sederhana tapi selalu saya ingat untuk saya aplikasikan.
Tidak mahal dagangan MGL, saya membelinya tanpa menawar, jika ada lebihan kembalian saya sedekahkan. Kecil memang tapi tetap saja itu uang dan bisa dimanfaatkan oleh MGL.
Lhoh sedekah kok diomongkan, kok ditulis berarti tidak ikhlas? ‘aku ndak urus ikhlas’ toh dawuh guru saya lagi, saat kamu tidak peduli ikhlas/tidak, saat itulah kamu ikhlas.
Di akhir tulisan ini, saya ingin mengingatkan mahasiswa-mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan tugas akhir seperti saya, apa yang pernah disampaikan promotor saya beberapa waktu lalu:
Ide itu tidak ditunggu, tapi dicari. Disertasi yang baik adalah disertasi yang selesai sesuai deadlinenya. Salam