Sejarah hampir saja dimonopoli kaum lelaki. Sebab, istilah sejarah adalah History, bukan Herstory. Untungnya, ada story medsos yang mampu gilas dominasi lelaki dalam catatan sejarah.
Kenapa history? Bukan herstory? Padahal, his dan hers dalam kaidah bahasa Inggris, merupakan possesive pronoun yang menyatakan kepemilikan. Ini menunjukan bahwa sejarah dimiliki lelaki. Bukan perempuan.
Tapi kita wajib tahu bahwa history berasal dari bahasa Yunani: historia, yang berarti pengetahuan yang diperoleh melalui sebuah penyelidikan, atau studi tentang masa lalu.
Sampai di sini, kita paham bahwa penggunaan kata ‘his‘ dalam history bukan monopoli bahasa Inggris. Bahkan pada bahasa asalnya, Yunani, sudah ada his-nya. Jadi entah kenapa pakai history, bukan herstory.
Sedang secara harfiah, kata sejarah berasal dari bahasa Arab: sajaratun, yang berarti pohon. Kita tahu, dalam pohon keluarga, pihak laki-laki selalu memegang peran dominan dibanding pihak perempuan.
Sampai di sini, kita juga tahu bahwa dalam sajaratun pun, pihak lelaki memang lebih dominan. Sebagai pihak yang keberadaannya dititeni lebih dahulu, daripada pihak perempuan.
Sejarah, sampai di titik ini, hampir saja dimonopoli kaum lelaki. Sebab, istilah sejarah adalah History, bukan Herstory. Untungnya, ada story medsos yang mampu gilas dominasi lelaki dalam catatan sejarah.
Tulisan ini tentu hampir saja menyimpulkan bahwa dalam sejarah, peran lelaki selalu lebih dominan dibanding perempuan. Untungnya, ada yang namanya fitur story di media sosial (story medsos). Sehingga dominasi lelaki memang harus diakhiri.
Baik story WA, Story IG maupun Story FB, menyelamatkan kaum perempuan atas dominasi lelaki dalam sejarah. Sebab, keberadaan media sosial dengan fasilitas story-nya, mampu menjadi pengeras suara bagi ketidakadilan yang dialami perempuan.
Jika zaman dahulu perempuan selalu ditindas dan sering menerima perlakuan tidak adil (sehingga dari sana muncul gerakan sosial berorientasi kesetaraan gender: feminisme) dan karena itu dominasi lelaki harus diakhiri.
Sebab, keberadaan fitur story, harusnya mampu membuat kaum perempuan punya keberanian untuk berkisah dan bercerita. Sehingga dari cerita itu, bala bantuan bisa berdatangan.
Tapi, sayangnya, serupa apa saja yang pernah tercatat dalam sejarah peradaban manusia, segala hal yang digunakan secara berlebihan pastinya tidak baik. Fitur story dalam medsos yang digunakan secara berlebihan, justru sering memicu masalah.
Karena itu, menjadikan fitur story secara tidak berlebihan adalah satu di antara banyak cara untuk menjadikan perempuan sebagai sosok yang selamat dari sejarah atau history peradaban manusia.