Dinosaurus punah karena tak suka berdiskusi. Jadi, diskusi adalah cara melawan kepunahan.
Nama AW Saiful Huda tentu sudah akrab di telinga muda-moody Bojonegoro sebagai sosok aktivis panutan kaum muda. Lelaki akrab dipanggil Om AW tersebut, identik forum diskusi dan giat sosial. Ia juga sohibul wilayah dari NGO progresif, Bojonegoro Institute (BI).
Di dunia pergerakan, Om AW tentu bukan orang sembarangan. Namanya masyhur sebagai pemuda yang amat konsisten bergerak di bidang sosial dan giat pemberdayaan. Kecintaannya pada diskusi dan pembahasan ilmu pengetahuan, membuatnya dijuluki sebagai Bapak Diskusi Bojonegoro.
Tentu julukan itu tak berlebihan. Sebab, cukup banyak lingkar diskusi yang sempat Om AW pandegani. Dari diskusi santai berbasis warung kopi, hingga diskusi serius yang membahas gegap gempita teokrasi. Hingga tiap tempat yang ia diami, konon bermetamorfosis menjadi forum diskusi.
Di tengah-tengah kesibukannya, Tim Jurnaba sempat menginterview figur penting Kota Bojonegoro itu. Uniknya, ia minta diwawancara lewat Telepati. Sebab, menurutnya, Telegram kurang maksimal dalam menjaga privasi. Berikut hasil wawancara Tim Jurnaba dengan sosok Om AW Saiful Huda.
Selamat malam, Om Haw gimana kabarnya baik?
Waduh. Ini bukan Gerbang Antar Dimensi, Bro. Kok dipanggil Om Haw. Salah frekuensi ya?
Sinyal telepati agak gangguan karena mendung. Bentar-bentar. Ini kayaknya sudah pas. Test test… kedengar nggak?
Iya. Sip. Sudah kedengar jelas suaranya. Kabar baik, Bro. Gimana-gimana, mau diskusi soal apa ini? Kebetulan aku ada bacaan yang enak didiskusikan nih. Tapi memang akhir-akhir ini agak sulit nyari teman diskusi ~
Lagi sibuk apa nih, Om AW?
Biasa, Bro. Baca-baca buku dan nonton film. Dua hal ini merupakan implementasi dan kontekstualisasi secara langsung dari konsep literasi lho, Bro. Saem.. hal ini penting dilakukan untuk melatih ketelatenan dalam mengamati fenomena kehidupan sosial.
Wah, gimana tu maksudnya?
Ini era skip world, zaman skip-skip medsos. Jadi mulai jarang orang yang mengamati sebuah objek secara mendalam. Nah, baca buku dan nonton film itu metode perlawanan terhadap skip world atau cara kerja yang tergesa-gesa. Ini melatih kita untuk tetap mendalam ketika mengamati segala sesuatu.
Keren-keren… BTW Om AW sering ngobrol soal data. Bahkan identik dengan data. Itu gimana maksudnnya?
Jadi gini, data itu sekumpulan keterangan atau fakta yang dibuat dengan kata-kata, kalimat, simbol, angka, dan lainnya. Data juga diartikan sebagai keterangan atau deskripsi dasar yang berasal dari obyek ataupun kejadian. Intinya, data itu bahan. Analogi kasarnya, data itu semen dan batu bata bagi bangunan peradaban manusia pasca modern. Mau bikin apa aja, pasti butuh data, tidak mungkin tidak. Untuk mengintervensi sesuatu, kan butuh acuan. Nah, data adalah acuan itu.
Ini alasan data jadi barang mahal ya?
Bener banget. Di era metaverse mendatang, data itu kayak emas. Ia seperti mutiara dengan nilai transaksi yang sangat besar. Ini alasan kenapa kita harus sering-sering membahas dan mendiskusikan masalah data. Sebab, data sangat penting. Sehingga data kita kelak nggak dicuri orang yang tidak bertanggung jawab.
Ini alasan interview via Telepati…
Iya, sih. Ini kan era penuh pengawasan. Ngerasa nggak sih kita kayak selalu diawasi dan dicurigai gitu. Jadi udah mirip kayak pengintaian massa dan pengendalian pola pikir manusia yang ada di Nineteen Eighty-Four nya George Orwell kan? Dan satu-satunya medium yang aman dari pengintaian para “Polisi Pikiran” adalah Telepati. Sebab, tak ada toko cakra, yang ada toko pulsa. Jadi konsep komunikasi kita tak diperjulbelikan. Sehingga aman dan tak mampu dimanipulasi.
Bentar-bentar. Ini sinyal cakra tiba-tiba gangguan. Lagi di toilet ya? Keluar dulu!
Aseemmm… tau aja kalau aku di toilet. Oke-oke ini keluar ke halaman kantor. Sambil aku lanjutin ya. Jadi kalau kita lihat konsep distopia dalam cerita Nineteen Eighty-Four nya George Orwell, memang tempat paling aman agar tak mendapat pengintaian para Polisi Pikiran ya toilet sih. Hehe
Orwell menyelesaikan tulisan ini pada 1949, dengan prediksi kejadian tahun 1984, dan terjadi pada era 2015. Menurut Om AW, adakah peran prekognision di sini?
Itu bagian dari kecerdasan Orwell sih. Ini juga jadi alasan kenapa nama Orwell dijadikan sebuah kata sifat. Orwellian adalah kata sifat dengan makna situasi yang merusak kesejahteraan dan keterbukaan masyarakat. Iya, kan? Tapi kalau masalah prekognision, retrokognision, dan psikometri ini asli keahlianmu, Bro. Ini bidangmu banget. Harusnya yang menjelaskan ya awakmu leh. Mosok aku?
Nggak, maksudku, prekognision, retrokognision, dan psikometri ini memang punya hubungan erat sama “konsep data” yang kita bahas di awal.
Sik sik… kudu mbok jelasne sik..
Tapi dipahami dulu harus pakai konsep fisik, bukan metafisik. Sebab, istilah-istilah di atas memang identik perkara metafisik. Tapi menurutku sih bisa juga dianalisa secara fisik. Contone, prekognisi kan identik kemampuan mengintip masa depan. Ini proses membaca tanda-tanda dari berbagai macam data, dan membuat sebuah analisa tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Retrokognisi sebaliknya, proses membaca tanda dan data, lalu membuat analisa tentang kemungkinan yang telah terjadi di masa silam.
Kalau psikometri?
Ini kan semacam komunikasi dengan hewan, tumbuhan, dan benda mati. Jadi setiap benda adalah kumpulan molekul yang menghasilkan gelombang yang bisa merekam peristiwa. Rekaman-rekaman peristiwa dari molekul benda inilah, yang konon bisa dibaca dan dianalisa para pengguna konsep psikometri.
Menginterview tiang bendera, pohon tumbang, hingga pagar rumah orang, adalah bagian dari itu ya?
Beda lah.. kalau itu “Metafiksi” wqwq ~
Opo iku, Bro?
Sik sik, aku sing wawancara. Balik lagi, kok bisa punya hobi diskusi itu gimana?
Diskusi itu bukti bahwa kita manusia. Dinosaurus punah karena nggak suka berdiskusi. Jadi, diskusi itu perlawanan agar kita nggak punah.
Tapi sampai teman diskusinya ketiduran, bangun, ketiduran lagi, bangun, dan diskusi masih berjalan?
Iya, itu menunjukan bahwa effort kita untuk melawan kepunahan sangat kuat. Nah, kalau yang ketiduran pas diskusi itu karena dia memang hobi tidur, Bro.
Jadi bener ya, mau bikin Partai Diskusi Indonesia Perjuangan?
Kalau itu soal waktu sih. Bisa iya, bisa enggak. Tapi kalau disingkat jadinya kok nggak enak ya. Nggak usah wes wqwq ~
**Sinyal cakra menghilang, mungkin Om AW sedang ke toilet.