Dalam kehidupan terkandung plus (kelebihan) dan minus (kekurangan) yang menyertai. Begitupun pembelajaran dalam jaringan (daring) di masa pandemi.
Corona virus disesase atau yang kerap disebut Covid-19, masuk di Indonesia pada tahun 2020. Gejala -gejala Covid-19 diantaranya sesak nafas, batuk, demam kurang lebih 10 hari. Covid-19 ini dianggap cepat sekali menular.
Hal ini menyebabkan beberapa aktivitas diberhentikan dan diwajibkan dilakukan di rumah seperti bekerja dan belajar dari rumah. Masa pandemi yang saat ini tak kunjung usai, memang menyulitkan aktifitas masyarakat, dengan berbagai aturan yaitu dengan menjaga jarak, memakai masker, dan lain sebagainya.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ekonomi masyarakat dan utamanya dunia pendidikan.
Karena proses penyebaran Covid-19 sangat cepat, tentunya sangat berbahaya apabila anak-anak sekolah tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, Kemendikbud RI mengambil kebijakan untuk melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring).
Pembelajaran daring dilakukan mulai dari kalangan SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta. Dengan adanya pembelajaran daring (online), khususnya anak – anak Sekolah Dasar (SD) merasa kesulitan dan terbebani.
Nabs, banyak anak yang susah menerima materi. Mengapa demikian? Karena dalam pembelajaran daring, anak-anak dengan usia dibawah 10 tahun dituntut untuk mandiri sedangkan mereka masih membutuhkan tentor ataupun guru untuk pengawasan.
Pembelajaran daring menyebabkan kedisiplinan siswa menurun, hal ini terbukti bahwa anak- anak yang biasanya pagi sudah berangkat ke sekolah sedangkan dengan kondisi pandemi Covid-19 mewajibkan belajar di rumah mereka menyepelekan.
Belum lagi yang orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya sedangkan anak merasa tidak mendapat perhatian hingga anak tersebut mudah bosan dan tidak belajar, Nabs.
Selain dari siswa sendiri, dari pihak orang tua juga mengeluh dengan adanya pembelajaran daring. Mengapa demikian? Karena dengan pembelajaran daring (online) yang dilakukan melalui beberapa aplikasi seperti sifajargoro, via zoom, e-learning, dan lain sebagainya membuat orang tua yang belum mengenal teknologi harus lebih dulu belajar gadget, selain itu banyak orang tua yang mengeluh tentang kuota.
Selain dari orang tua, seorang guru pun kesulitan dalam memberikan nilai. Sebelum terjadi Covid-19 ada anak yang mempunyai daya berpikir lebih dan ada anak yang memiliki daya berpikir kurang.
Dalam belajar daring, anak yang memiliki kemampuan daya berpikir kurang tersebut hasil tugasnya selalu bagus karena yang mengerjakan di rumah orang tua. Hal seperti ini menyebabkan seorang guru bingung dalam memberikan nilai karena belum mengetahui kemampuan anak secara langsung.
Namun, selain dari adanya dampak negatif dari pembelajaran daring (online) juga timbul dampak positif. Dampak positif dengan adanya pembelajaran daring antara lain siswa terlatih mandiri, siswa terlatih menggunakan teknlogi, menambah wawasan dan pengetahuan siswa, selain itu waktu dan tempat lebih fleksibel, Nabs.
Solusi untuk mengatasi belajar daring agar anak tidak mudah bosan yaitu pertama dari orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam proses belajar keberhasilan seorang anak. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaanya paling tidak sejam dua jam harus mampu mendampingi belajar anak selama di rumah.
Kedua, sebagai orang tua harus memberikan tempat yang nyaman untuk proses belajar. Ketiga, orang tua harus memberikan hadiah kepada anak agar anak semangat belajar.
Dengan pembelajaran daring (online) yang sudah berjalan hampir 2 tahun ini, semoga Covid-19 segera berakhir agar kegiatan belajar bisa kembali normal (tatap muka) seperti sedia kala. Orang tua dan guru wajib mendampingi dan mengawasi selama mereka beraktifitas.
Hal terpenting, tetap selalu menjaga kesehatan selama belajar daring. Untuk anak- anak yang kemampuan menerima materi menurun tetap semangat belajar agar kelak mampu seperti teman-teman yang lainnya.
________
Penulis adalah Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI)