Membangun sebuah usaha tentu tidak mudah. Terlebih jika dimulai dari nol. Butuh perjuangan dan usaha yang keras. Konsistensi juga sangat diperlukan. Seperti yang dialami oleh pasangan pemilik Rumah Ipus Handcraft.
Pasangan bernama Iwan Adhi Prasetyo dan Siti Nur Banin adalah pemilik Rumah Ipus Handcraft. Rumah kerajinan ini sudah terbilang cukup berhasil. Namun, siapa sangka dibalik kesuksesan Rumah Ipus saat ini terdapat cerita yang mengharukan?
Iwan dan Banin sudah merasakan jatuh bangun tersungkur bangkit membangun bisnis keluarga kecil mereka. Kisah mereka pun dapat menjadi insipirasi bagi kita semua.
Kisah ini bukanlah cerita sedih yang perlu ditangisi. Ini adalah kisah haru yang sangat mungkin menginspirasi. Jika pun perlu menangis, tangisan bahagialah yang menyulutnya. Mungkin air mata itu akan menggenang di lesung pipit senyuman para Nabsky yang membaca. hehehe…
Pada 2009, Iwan merupakan mahasiswa yang memiliki kekurangan fisik. Hal itu akibat kecelakaan saat bermain sepak bola sewaktu kecil. Penanganan yang tidak benar membuat mata sebelah kanan tidak bisa melihat. Gangguan penglihatan yang serius dia rasakan sejak SMA.
Memasuki awal dunia perkuliahan, Iwan dan Banin bertemu di suatu event olahraga catur. Kebetulan mereka berdua adalah atlet catur saat kuliah. Mereka tak menyangka bahwa mereka sama-sama putra daerah dari Bojonegoro. Tak lama setelah itu, mereka berdua semakin dekat.
“Kami ketemunya di Jember. Saat itu ada event. Kebetulan kan sama-sama atlet catur.” kata Banin.
Kekurangan fisik yang dimiliki Iwan sempat menghambat perkuliahannya. Dia harus meninggalkan kota perantauan untuk terapi pengobatan di rumah. Pada 2013 Iwan sempat mencoba usaha berternak ayam petelur di rumah. Sedangkan Banin membuat usaha masker organik secara online setelah lulus kuliah tahun 2014.
Di tahun 2015, keduanya memutuskan untuk menikah. Setelah menikah, mereka tinggal di Surabaya. Iwan kembali melanjutkan kuliahnya. Banin menemaninya sambil berdagang masker organik.
Selain membantu mengerjakan skripsi suami, Banin juga kesana kemari melayani order pelanggan. Pada September 2016, Iwan pun menyelesaikan perkuliahan dan dinyatakan lulus.
“Saya ngurus skripsi sambil hamil dan ngerjakan orderan di Royal Plaza. Orang yang sidang juga saya sendiri, mas.” kata perempuan kelahiran 1991 itu.
Pada 2016 itu, usaha ternak ayam milik Iwan mengalami masalah besar. Kandang ayamnya di demo oleh warga sekitar. Hal ini memaksa pria kelahiran 1990 tersebut untuk menutup kandang ayamnya.
Sebelumnya, Iwan sering mengalami kerugian akan usaha ayam petelur. Namun kali ini dia benar-benar harus menutupnya. Itu membuat pasangan ini merasa cukup frustasi.
Kejadian tersebut memaksa mereka berdua untuk memutar otak. Berusaha memikirkan usaha untuk melanjutkan hidup. Setelah lulus, orang tua Iwan menyarankan mereka untuk bekerja. Namun, apa daya? Kekurangan fisik Iwan membuat dia sadar akan kesempatannya bekerja di perkantoran.
Seperti angin surga yang bertiup, Banin mendapat rekomendasi dari temannya untuk bekerja di bidang kerajinan. Awalnya dia tidak berani meng-iya-kan. Dia merasa tidak memiliki keterampilan dalam kerajinan. Istri Iwan itu pun memutuskan untuk belajar terlebih dahulu.
“Kan malu ya misal sudah dapat rekomendasi dari teman, ternyata akunya tidak bisa.” ujar Banin.
Mulai dari belajar membuat bantal jarum pentul, Banin pun memberanikan diri untuk menjualnya. Ternyata sempat laku saat dia jual kerajinan tersebut. Akhirnya, akun instagram produk masker organik diganti menjadi Rumah Ipus Handcraft. Usaha kerajinan yang baru itu mereka kerjakan bersama-sama.
Di usia kehamilan 7 bulan, Banin sudah memiliki 2 karyawan. Ketika menjalani proses kelahiran anak pertama, mereka menambah 3 karyawan lagi. Dari situlah awal kisah dari Rumah Ipus Handcraft yang saat ini sudah berkembang pesat. Selain produk kerajinan, mereka kembangkan lagi dengan studio foto, buku edukasi dan home decoration.
“Dalam waktu sesingkat itu, kami melewati ra karo karoan kejadian.” pungkas ibu 1 anak ini.
Menurut pasangan yang kerap disapa Mas Ipus dan Mbak Ipus ini, mendirikan usaha tidaklah seperti yang dibayangkan. Ada perjuangan besar yang dilalui dalam prosesnya.
Selain butuh ketelatenan, secara personal juga harus berkemauan keras. Mau atau tidak, harus berusaha membuktikan kepada orang lain bahwa kita pun bisa seperti mereka.