Alkisah di negeri Taiwan, tepatnya di daerah Nantun, kota Taichun. Terdapat seorang kakek tua yang ingin menikmati usia senjanya di desa. Dia merupakan pensiunan tentara asal Tiongkok. Masa mudanya ia lewati dengan mempertaruhkan nyawa di perang Tiongkok – Jepang kala Perang Dunia II.
Kala dunia mencapai kondisi damai. Tinggallah ia di wilayah Nantun. Bersama dengan 1200-an keluarga pensiunan tentara lainnya. Empat dekade berlalu, keluarga pensiunan tentara di wilayah tersebut perlahan berkurang.
Ada yang memutuskan untuk pindah. Ada pula yang meninggal di desa tersebut. Hingga tersisa sekitar 11 keluarga yang menempati desa tersebut.
Rupanya jalan hidup tidak semudah memasukkan paku ke dalam botol. Ia harus menghadapi kenyataan pahit. Bahwa desa yang ditinggalinya selama puluhan tahun akan digusur pemerintah Taiwan.
Pada 1990-an, atas nama modernisasi wilayah desanya. Ia dan 11 keluarga lainnya dipaksa menerima sejumlah uang ganti rugi dan pindah ke tempat lain.
Kakek tua itu menolak untuk tunduk. Ia menolak menyerahkan satu-satunya tempat di Taiwan yang ia sebut sebagai rumah. Ia memutar otak untuk bisa bertahan di rumahnya. Ia kemudian mengisi hari-harinya dengan menggambari rumah dan lingkungan sekitarnya.
Dengan warna-wana vibrant, ia seakan meneriakkan protes pada pemerintah Taiwan. Merah, biru, kuning, dan padu padan warna mencolok lainnya.
Hingga suatu hari mahasiswa dari kampus lokal menemui kegiatan kakek tua ini. Kemudian membuat kampanye untuk tetap melestarikan kampung tradisional yang diubah menjadi kampung pelangi itu.
Ialah Huang Yung-Fu, kakek tua yang kini dijuluki sebagai rainbow grandpa atau kakek pelangi. Ia menunjukkan bahwa bahasa protes tidak hanya disampaikan dengan kata-kata atau tindakan yang keras. Guratan tinta warna-warni yang dibalut seni juga bisa ia gunakan sebagai tanda menolak kebijakan pemerintah kala itu.
Tidak hanya berhasil mencegah terjadinya penggusuran, Nabs. Rainbow Grandpa mampu menyulap lingkungan rumahnya menjadi destinasi wisata unik di Taichun, Taiwan. Wisatawan lokal, mancanegara, banyak berdatangan untuk menyaksikan keindahan lukisan, sekaligus mengabadikan momen di sana.

Refleksi kisah Rainbow Grandpa bagi kondisi Indonesia saat ini
Aksi Rainbow Grandpa dapat diklasifikasikan sebagai bentuk Non-Violent Direct Action (NVDA). NVDA atau aksi langsung tanpa kekerasan ini merupakan satu dari beberapa strategi untuk mengkampanyekan suatu isu. Kampanye ini yang kemudian memiliki tujuan untuk menolak suatu kebijakan pemerintah maupun perusahaan.
NVDA merupakan satu dari beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengangkat suatu isu untuk membuat perubahan. Seperti yang dikutip dari website organisasi Greenpeace International yang bergerak di bidang kampanye Mobilization Lab.
Dengan NVDA, individu dan kelompok orang dapat merubah atau menghentikan kegiatan atau keputusan perusahaan, pemerintah dan aktor lain yang menyebabkan kerugian.
Tindakan langsung tanpa kekerasan ini dapat meningkatkan kualitas debat di ranah publik. Seiring dengan meningkatkan debat di ranah publik. Maka isu yang diangkat semakin melibatkan banyak orang. Secara simultan, ini akan memprovokasi tindakan dari mereka yang memiliki kekuatan untuk mengubah hukum dan kebijakan.
Dapat dikatakan bahwa aksi sederhana dari satu orang dapat memberikan efek kepak sayap kupu-kupu bagi banyak orang lain. Satu langkah sederhana dapat menjadi aufklarung atau pencerahan bagi yang lain. Efeknya adalah lebih banyak orang yang peduli dan memperjuangkan isu yang sama.
Kamu tentu familiar dengan nama Gandhi dan Martin Luther King, Jr yang biasa dijadikan kutipan-kutipan yang mendamaikan sekaligus menginspirasi, Nabs? Mereka adalah beberapa contoh dari figur-figur besar yang menggunakan strategi NVDA ini.
“Kekuatan tidak datang dari kapasitas fisik. Itu datang dari kemauan yang gigih,”
Mari kita meresapi ungkapan Gandhi yang satu ini. Rasanya kalimat ini begitu sederhana, namun mengandung letupan semangat yang besar. Jika ditelaah, kemauan yang gigih muncul dari tujuan yang gigih. Sedang tujuan yang gigih pun muncul dari state of mind atau keadaan pikiran yang gigih.
Pikiran yang gigih inilah yang kemudian menguatkan kapasitas fisik kita. Lelah, letih, lesu tak akan terasa apabila tujuan dan pikiran kita telah dikuatkan. Sama halnya dengan aksi sederhana yang dilakukan Rainbow Grandpa.
Di usianya yang senja kala itu, yakni di umur 90an tahun. Rainbow Grandpa mampu menyulap lingkungan rumahnya menjadi kanvas lukisan raksasa. Kita bisa mengatakan bahwa Rainbow Grandpa mampu menduplikasi dan mengimplementasikan strategi ini dengan ciamik.
Dari refleksi ini, kita tahu, Nabs. Dengan atau tanpa disadari, satu langkah yang baik dapat mengantarkan kita pada tempat tujuan yang baik pula. Rainbow Grandpa pun mungkin tidak tahu jika goresan catnya mampu mencegah penggusuran lingkungan rumahnya.
Ia hanya tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang dapat mengalihkan pikirannya dari hal-hal negatif. Sekaligus mengekspresikan rasa cinta dan keterikatannya pada lingkungan rumahnya.
Lalu, bisakah strategi ini digunakan untuk menyuarakan aspirasi rakyat pada pemerintah, Nabs. Kita tak pernah tahu. Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Satu hal yang harus disadari adalah, perjuangan tidak boleh berhenti. Satu langkah kecil tidak akan luput oleh perhatian semesta. Biarkan nantinya semesta yang mendukung dengan kejutan-kejutan istimewanya. Panjang umur perjuangan!