Ladies Drago Tifoso merupakan salah satu elemen suporter Persibo Bojonegoro yang semua anggotanya perempuan. Mereka hadir mendobrak paradigma lama tentang perempuan di dunia sepakbola.
Bagi yang sering menonton Persibo berlaga di stadion, pastinya tak asing pemandangan perempuan yang ikut menyorakkan semangat di tribun utara stadion Bojonegoro.
Tanpa rasa ragu dan malu, mereka membaur bersama dengan suporter dari kalangan laki-laki. Tujuan mereka sama: memberikan dukungan penuh kepada Pesibo Bojonegoro.
Lalu, bagaimana proses terbentuknya Ladies Drago Tifoso ini?
Tim Jurnaba.co berkesempatan bertemu dengan salah satu sosok yang punya andil dalam lahirnya Ladies Drago Tifoso. Ia adalah Afifah Febhi. Menurutnya, Ladies Drago Tifoso terbentuk untuk mewadahi anggota Drago Tifoso dari kaum perempuan.
Ketika Persibo kembali berkompetisi pada 2017 setelah vakum 3 tahun, jumlah suporter di Tribun Utara melonjak drastis. Terutama dari kalangan kaum hawa. Agar ada wadah khusus, dibentuklah Ladies Drago Tifoso yang bernaung langsung di bawah Drago Tifoso Curva Nord.
Ladies Drago Tifoso ingin mengubah paradigma bahwa perempuan hanya jadi pemanis tribun saja. Hal ini dibuktikan dengan teriakan dan nyanyian tak kenal lelah Ladies Drago Tifoso ketika pemain Persibo berjibaku di atas lapangan.
Bahkan ada yang berada di atas pagar stadion setinggi 5 meter untuk mengibarkan giant flag. Ini adalah tanda totalitas tanpa batas yang ditunjukan Ladies Drago Tifoso kepada tim kebanggaan.
“Ladies Drago Tifoso punya agenda untuk mengajak lebih banyak perempuan penggemar sepakbola untuk mau datang dan mendukung Persibo di tribun. Cara yang kita lakukan selama ini lebih pada ajakan personal dulu. Nanti, kalau sudah kerasa semangatnya di tribun, pasti akan gabung,” ungkap Ebhi.
Perempuan yang sudah hobi nonton sepakbola sejak kecil ini juga menyuarakan tentang isu catcalling. Catcalling alias celetukan, suitan dan godaan yang bersifat iseng ini sebenarnya menjadi salah satu keengganan tersendiri bagi perempuan. Tidak hanya di tribun. Catcalling sering dilakukan di area publik lainnya.
Ladies Drago Tifoso mulai menyuarakan perlawanan pada bentuk sexual harassment paling mendasar ini. Tentunya tidak sendirian, karena didukung oleh peran laki-laki di Drago Tifoso. Bersama, mereka mencoba mementahkan catcalling dengan merespon secara langsung ketika ada suitan yang meresahkan.
“Biasanya kalau ada yang kayak gitu kita sorakin balik. Kita bilang kalau nggoda kayak gitu kampungan. Dan di tribun ini, tentunya kita harus mendukung Persibo dengan cara yang berkelas,” ujar Ebhi.
https://www.instagram.com/p/BhDUM4DnXFV/
Selain melakukan edukasi kultural semacam itu. Ladies Drago Tifoso juga memiliki agenda yang terbilang rutin. Mereka biasa melakukan kopi darat setidaknya dua minggu sekali. Tidak hanya untuk ajang silaturahmi dan bersosialisasi. Namun juga untuk merencanakan kegiatan sosial atau memperingati momentum Persibo.
“Dalam waktu dekat ini, kita sedang berencana bikin video untuk memperingati ulang tahun Persibo,” terang Ebhi. Hal ini sekaligus untuk menunjukkan bahwa ada atau tidaknya pertandingan, semangat Ladies Drago Tifoso untuk Persibo tetap ada.
Peran perempuan dalam sepakbola tidak bisa dikecilkan. Perempuan tidak sekadar sebagai pemanis saja, namun sudah jadi sosok yang ikut menggerakkan industri sepakbola dunia.
Tidak dapat dipungkiri, dalam dunia yang sudah mengakomodasi kesetaraan. Perempuan juga bisa masuk ke ranah yang sebelumnya terasa tabu. Termasuk dalam ranah sepakbola dan pendukungnya. Khususnya di daerah, yang terkadang masih mengemban paradigma lawas.
Ladies Drago Tifoso hadir untuk mendobrak paradigma lama tentang perempuan di dunia sepakbola. Semangat Ladies Drago Tifoso agaknya jadi pelecut bagi para pemain Persibo Bojonegoro ketika bertanding di lapangan. Terus Ngadek Jejek Neng Nggurinem ya, Ladies!!