Minggu (24/2/2019) kemarin, lagi pada ramai bahas LaLaLa Festival. Buat kamu yang belum tahu, LaLaLa Festival merupakan acara konser musik besar di Indonesia. Uniknya konser ini diadakan di hutan. Hmm
LaLaLa Festival digelar sabtu (23/2/2019) di Orchid Forest, Bandung. Bukannya membuat senang belasan ribu penonton, pergelaran ini justru jadi bahan pergunjingan. Pasalnya acara ini menuai banyak kritik karena amburadul. Hingga akhirnya meramaikan kancah dunia maya.
Banyak kritik dari para penonton. Mulai dari akses hingga shuttle yang tidak jelas. Mungkin saja ini disebabkan koordinasi panita yang kurang maksimal. Sehingga menimbulkan cerita keluhan dari penonton.
Kalau bicara soal ini jadi teringat Woodstock 1969. Sambutan guyuran hujan juga menyambut Woodstock dan LaLaLa Festival. Bedanya, Woodstock digelar selama 3 hari. Sedangkan LaLaLa Festival hanya sehari. Bisa kamu bayangkan Nabs bagaimana kondisinya.
Soal akses juga dikeluhkan penonton LaLaLa Fest. Penonton harus jalan kaki kurang lebih sejauh 3 km. Lalu tidak ada arah penunjuk jelas untuk menuju panggung main event. Satu lagi transportasi yang kurang koordinasi dengan pihak panitia.
Rasa kesal penonton makin naik. Ketika pihak LaLaLa Fest menghapus komentar kritik di Instagram LaLaLa Fest. Penonton menilai kalau pihak LaLaLa Fest tidak bisa menerima kritik. Belum lagi kualitas sound panggung utama juga buruk. Sehingga suara tidak terdengar tidak begitu jelas.
Konser dengan konsep alam terbuka memang lagi digandrungi. Di Bojonegoro sendiri ada acara konser musik seperti ini. Seperti Jazz Bengawan. Acara yang mengusung tema musik Jazz ini. Diselenggarakan di lapangan pinggir Bengawan. Dengan nuansa teduh nan syahdu.
Ide acara Jazz Bengawan ini muncul dari pemuda setempat. Pemuda Ledok, Bojonegoro mengusung ide ini. Karena lokasi mereka yang berdampingan dengan Bengawan Solo.
Tak cukup hanya sebuah konsep. Akhirnya para pemuda mengolah dan saling koordinasi satu sama lain. Hingga acara Jazz Bengawan menjadi acara tahunan Bojonegoro.
Karena sudah banyak menerima kritik. Jadi saran saja bagi pihak LaLaLa Fest. Terlebih untuk koordinasi antar panitia. Panita sebenarnya bisa juga melibatkan pemuda setempat. Dan melibatkan warga sekitar. Ajak mereka kerja sama untuk berkenan menjadikan rumahnya sebagai tempat singgah.
Jadi penonton yang datang dari luar kota bisa sejenak menginap dekat lokasi. Bisa jauh-jauh hari datang sambil menikmati suasana alam yang berbeda. Atau mungkin berkenan untuk kolaborasi dengan jurnaba. Nanti bisa didiskusikan bersama.
Lalala Jurnaba lalala Jurnaba hee ~