Trotoar punya fungsi yang penting bagi masyarakat Bojonegoro. Selain sebagai jalan untuk pedestrian, trotoar juga jadi penghias kota. Namun sayangnya, di Bojonegoro trotoar kerap disalahgunakan. Penyalahgunaan tersebut membuat trotoar jadi rusak hingga berlubang.
“Sebodoh-bodohnya keledai tidak akan jatuh 2 kali pada lubang yang sama.”
Mungkinkah lubang trotoar akan membuat manusia menjadi keledai? Mungkin saja. Pasalnya, trotoar merupakan jalur para pejalan kaki. Trotoar yang berlubang akan membahayakan pejalan kaki.
Jatuh di lubang trotoar jelas tidak menyenangkan. Cidera, bisa jadi. Malu, sudah pasti. Berbeda sekali dengan jatuh cinta. Tentu saja berjuta rasanya. Siapa coba yang tak ingin merasakan jatuh cinta?
Namun, ini bukan soal jatuh cinta. Bukan pula soal jatuh bangun aku mengejarnya. Ini adalah soal kemanusiaan dan kemajuan peradaban.
Trotoar memiliki peran yang sangat penting. Peran trotoar sebagai jalur pejalan kaki. Keberadaan trotoar yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan masyarakat.
Irene Yuliana Faradiba, alumnus jurusan Planologi Universitas Brawijaya asal Bojonegoro menjelaskan, trotoar yang bagus tentu yang rindang. Namun, keberadaan pohon tak menghambat dan mengganggu pejalan kaki. Baik bagi masyarakat biasa maupun penyandang difabel.
“Semakin lebar tentu trotoar semakin bagus,” kata alumnus jurusan yang concern pada tata kota tersebut.
Irene mengatakan, yang paling penting, trotoar harus dikembalikan fungsinya sebagai jalur pejalan kaki. Dan mampu memunculkan rasa aman bagi penggunanya. Sehingga, masyarakat lebih memilih berjalan kaki daripada naik kendaraan.
Terkait kondisi trotoar di Bojonegoro, Irene mengatakan masih banyak trotoar yang bolong. Bahkan, banyak pula trotoar yang masih digunakan berjualan pedagang kaki lima (PKL). Sehingga, untuk memperbaiki trotoar, harus juga memperbaiki mindset masyarakatnya.
“Masih banyak yang bolong dan digunakan berjualan,” imbuh Irene.
Sebenarnya, jelas dia, masyarakat umum di Bojonegoro sudah tahu pentingnya trotoar. Tapi, masih banyak yang belum sadar jika dengan dipakai berjualan, ada hak pedestrian yang terganggu. Tentu, kondisi itu, harus dipahamkan pada masyarakat.
Nabs, bukankah keselamatan adalah yang terpenting ketika sedang dalam perjalanan? Masyarakat tidak perlu menyusuri tepian jalan raya. Itu sungguh amat berbahaya. Resiko kecelakaan perlu diminimalisir jika tidak bisa dihilangkan.
Selain aman, trotoar juga harus nyaman. Sebisa mungkin tidak ada gangguan bagi penggunanya. Misalnya lubang drainase, kendaraan parkir atau keberadaan kios atau warung. Itu adalah gangguan yang mengusik keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Pejalan kaki akan merasa nyaman jika trotoar bersikap ramah. Bukan cuma orang Indonesia saja yang ramah. Trotoarnya pun juga harus ramah pula. Keadaan kota merupakan cerminan masyarakatnya.
Sebagai bagian dari Indonesia, Bojonegoro harus menjadi kota yang ramah. Apalagi mayoritas adalah masyarakat Jawa. Sebagian dari ciri kota yang ramah adalah keberadaan fasilitas publik yang nyaman. Misalnya saja trotoar
Pastinya manusia jauh berbeda dibanding seekor keledai. Keledai bisa menghindari lubang yang sama. Namun, manusia berbeda. Manusia tak perlu harus menghindari lubang trotoar. Manusia harus mampu menutup lubang.
Gali lubang, tutup lubang. Kita sudah sangat mengenal istilah tersebut. Atau bahkan menjalaninya? Semoga saja tidak. Lubang tidak hanya soal hutang.
Namun, yang namanya lubang memang perlu ditutup. Baik lubang ekonomi atau lubang di hatimu. Apalagi lubang trotoar yang menyangkut urusan orang banyak.
Lubang di hati, eh di trotoar maksudnya, harus segera ditutup dan dibenahi. Selain beresiko mencelakakan pejalan kaki, bau dari selokan di bawahnya akan mengganggu pernafasan. Bau tidak enak akan terhirup sehingga merusak nafsu makan.
Saatnya mengembalikan trotoar sebagaimana fungsinya ya Nabs. Agar trotoar dapat memberikan kenyamanan kepada pedestrian atau pejalan kaki di Bojonegoro.