“Bocah sekolah kok ora gelem sinau? Tuwek arep angon wedhus?” Kalimat itu kerap didengar saat masih duduk di bangku SD. Biasanya, kalimat terucap ketika kita atau teman kita tidak mengerjakan PR. Atau, saat kita terus bermain hingga lupa belajar.
Namun, paradigma itu dipatahkan seorang pemuda asal Bojonegoro. Namanya Zulham Mirza Prabowo. Selesai melanjutkan pendidikan tinggi, pemuda memilih untuk angon wedhus: istilah Jawa yang berarti ternak kambing.
Mirza, sapaan akrabnya, mengambil ilmu perternakan jurusan produksi. Setelah lulus dari IPB pada 2013 lalu, dia sempat bekerja di perusahaan swasta. Padahal, sejak awal dia punya angan-angan untuk berternak. Dan pada 2014, dia memutuskan untuk pulang ke Bojonegoro dan berternak kambing.
“Bapak sih yang yuruh (kerja di perusahaan swasta). Biar tahu rasanya kerja di orang itu gimana.” kata Mirza.
Awalnya, Mirza berternak kambing sejumlah 30 ekor. Kemudian kambing-kambing tersebut dia gembalakan agar menjadi gemuk dan layak dijual. Kambing itu dia gembalakan di kandang miliknya yang tak jauh dari rumah.
Menurutnya, awalnya memang tidak mudah. Susah dan melelahkan. Setiap hari harus nyari rumput, memberi makan, merawat kandang dan sebagainya. Hal ini dia lakukan dengan tujuan ingin terus belajar. Kebetulan sejalan dengan ilmu yang dia pelajari saat kuliah.
“Selama ini kan punya ilmunya, tapi belum pernah mempraktikkan langsung.” ujar pemuda kelahiran 7 Mei 1990 ini.
Namun, kambing-kambing miliknya tidak untuk dikembangbiakkan. Melainkan digemukkan agar laku dijual dengan harga tinggi. Sebab, kebutuhan akan daging kambing cukup banyak. Ini merupakan peluang yang cukup besar. Misalnya untuk kebutuhan aqiqah dan hari raya kurban.
Untuk menggemukkan kambing-kambingya, Mirza juga melakukan berbagai riset. Mulai dari pakan, nutrisi, kesehatan, kebersihan kandang, semua dia lakukan sendiri. Bahkan, untuk managemen dan strategi penjualan juga dia lakukan sendiri. Hal ini dia lakukan untuk menjaga kualitas kambing dan kepuasan klien.
“Kalau klien tidak puas, itu menjadi resiko.” tukas warga Desa Margomulyo, Kecamatan Balen ini.
Setiap 3 bulan sekali, kambing-kambing tersebut dia kirim ke klien. Penjualan kambingnya tidak dia lakukan di pasar hewan. Dia memilih untuk menjalin kerja sama dengan beberapa pihak sebagai supplier. Tentu saja dengan memanfaatkan jaringan yang ada di beberapa kota lain.
Kandang perternakan miliknya bernama Agri Prima Mandiri. Saat ini, kapasitas kandang kambing miliknya mampu menampung 100 ekor. Sekali pengiriman, seluruh kambingnya bisa habis. Setelah itu, dia kembali membeli bibit kambing baru untuk digemukkan kembali.
“Keuntungannya tidak terlihat setiap hari atau bulan, tapi tiap 3 bulan.” katanya.
Anak paling bontot dari 2 bersaudara ini juga menjual pakan ternak yang dia produksi sendiri. Limbah kandang kambingnya dia manfaatkan untuk membuat pupuk tanaman. Dia pernah mendapat tawaran untuk menjadikan kandang kambingnya sebagai lokasi kunjungan wisata edukasi. Hanya, dia mengaku belum siap untuk itu.
Pria yang baru saja menikah ini sangat aktif di bidang pendidikan. Selain berternak kambing, saat ini Mirza sedang sibuk mengajar di SMKN 4 Bojonegoro. Dia juga sedang melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Universitas Brawijaya jurusan Agribisnis Perternakan.
Sosok pemuda ini bisa menjadi contoh bagi kita semua. Dunia pendidikan tidak hanya memberi bekal untuk bersaing di dunia kerja. Pendidikan juga bisa membawa kita lebih dekat dengan angan-angan. Jadi, kamu jangan sampai berhenti mengejar cita-cita ya Nabs. Karena, ada banyak jalan menuju Roma. Heee~