Simbah Muhammad Syahid bin Syihabuddin atau Mbah Muhammad atau Mbah Sayyid Kalitidu atau Mbah Syahid Kembangan, merupakan ulama asal Padangan yang berdakwah di wilayah Kembangan, Gayam, Bojonegoro. Mbah Syahid masyhur sebagai ulama pendiri Pesantren Kembangan.
Syekh al Hajj Muhammad Syahid dikenal dengan sejumlah nama. Di wilayah Malo, beliau dikenal dengan Buyut Muhammad. Di wilayah Kedungkebo Senori, beliau dikenal dengan Mbah Muhammad. Di wilayah Kalitidu dikenal dengan Mbah Sayyid. Di wilayah Padangan dikenal dengan Mbah Syahid. Sesungguhnya, itu satu orang yang sama.
Tulisan ini merupakan bagian dari riset ilmiah jejak ekspedisi Keluarga Besar Bani Padangan – Jojogan. Riset dan penelitian ilmiah ini kami tujukan untuk menauladani sisi baik dan sisi ilmiah para pendahulu agar tak dikenal dari sisi keramatnya saja.
Pada paruh kedua abad 19 M, Pesantren Kembangan yang didirikan Mbah Syahid terkenal sebagai pusat persebaran islam di pinggir sungai Bengawan Solo, wilayah Kalitidu dan Malo. Pengaruh persebarannya mencapai daerah Kalitidu, Gayam, Ngasem, hingga Malo Bojonegoro.
Seperti halnya sang ayah (Mbah Syihabuddin Betet) dan juga pamannya (Mbah Abdurrohman Klotok), Mbah Syahid ulama Hamilul Quran yang pernah menulis mushaf Quran. Namun, Mbah Syahid lebih dikenal sebagai kiai dokdeng yang mengajarkan ilmu kanuragan.
Dilihat dari kecenderungan dakwah dan berbagai macam peninggalan yang beliau wariskan, Mbah Syahid merupakan ulama penganut Tarekat Rifaiyyah. Ini dibuktikan dengan sejumlah wirid yang beliau ajarkan. Seperti Wirid Bisteguh dan Wirid Qadr, yang merupakan kearifan lokal dari Ma’ani Bismillah dan Tafsirul Suratil Qadr (identitas utama Tarekat Rifaiyyah).
Ilmu kanuragan yang beliau ajarkan, sesungguhnya sesuai zaman. Mayoritas Santri Kembangan, waktu itu adalah para pejuang. Ini alasan kenapa sampai saat ini, daerah Kembangan dan sekitarnya masyhur sebagai wilayah dengan atmosfer jadug-kanuragan.
Jika Pesantren Klotok dan Pesantren Petak masyhur sebagai punjer islam dalam bingkai keilmuan, Pesantren Kembangan masyhur sebagai punjer islam dalam bingkai jadug-kanuragan. Semuanya satu rumpun keluarga yang saling melengkapi dalam konteks perjuangan.
Nasab Mbah Syahid
Mbah Syahid bernama asli Muhammad Syahid (c. 1815-1920). Beliau lahir di Dusun Betet dan tumbuh besar di Dusun Klotok Padangan. Mbah Syahid adalah putra dari Syekh Syihabuddin al Fadangi (Mbah Syihabuddin Betet).
Nasabnya: Syahid bin Syihabuddin bin Istad bin Juraij bin Khatib Anam bin Abdul Jabbar bin Abdulloh Slarung bin Abdul Halim Tsani bin Abdul Halim Awal bin Abdurrohman Pajang bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Sayyid Ishak bin Muhammad Kabungsuwan bin Syekh Jumadil Kubro.
Sementara nasab dari jalur ibu: Mbah Syahid bin Nyai Syibti binti Syahiddin bin Sayidi bin Khatib Anom bin Abdul Jabbar bin Abdulloh Slarung bin Abdul Halim bin Abdul Halim Awal bin Abdurrohman Pajang bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Ishak bin Muhammad Kabungsuwan bin Syekh Jumadil Kubro.
Dari garis ibunya, ibu Mbah Syahid (Nyai Syibti), adalah saudara kandung Syekh Abdurrohman Klotok. Kiai Syahid Kembangan adalah keponakan Syekh Abdurrohman Klotok.
Sanad Ilmu Mbah Syahid Kembangan
Kiai Syahid lahir dan tumbuh dalam keluarga Syihabuddin. Ayahnya, Kiai Syihabuddin, memiliki 7 anak yang mayoritas para penyebar islam di wilayah Jipang Padangan. Kiai Syahid adalah anak terakhir dari 7 bersaudara.
Diantara putra-putri Kiai Syihabuddin adalah: Kiai Abdul Latif, Nyai Muhammad Jono, Kiai Abdullah Padangan, Kiai Tohir Betet, Kiai Murtadho Kuncen, Nyai Wajirah Syamsuddin Betet, dan Kiai Syahid Kembangan. Hampir semuanya berperan dalam persebaran islam.
Dalam sanad keilmuan, Mbah Syahid belajar dari ayah dan kakak-kakaknya. Mbah Syahid juga belajar langsung di Pesantren Klotok pada sang paman, Syekh Abdurrohman Klotok. Tak hanya itu, Mbah Syahid juga belajar pada para ulama abad 19, di Tanah Hijaz.
Dakwah Mbah Syahid Kembangan
Mbah Syahid mendirikan Pesantren di wilayah Kembangan Gayam sekitar 1855 M, di usia 40 tahun. Pesantren Kembangan cukup masyhur sebagai pusat pendidikan islam pada paruh kedua abad 19 M. Pesantren Kembangan juga masyhur sebagai pusat penggemblengan ilmu kanuragan.
Selain mengajar santri dengan pelajaran agama, Mbah Syahid juga mengajarkan ilmu kanuragan. Tradisi kanuragan ini, bahkan diteruskan sampai saat ini. Pengaruh dari Pesantren Kembangan cukup besar. Terutama di wilayah Kalitidu, Malo, Gayam, dan Ngasem Bojonegoro, Jawa Timur.
Di Pesantren Kembangan, kanuragan menjadi bagian dari variabel keilmuan. Santri Kembangan masyhur bisa nyuwuk dan bisa nggepuk. Ini kontekstual terhadap zaman. Sebab, kala itu mereka berdakwah dibawah kokangan senjata para penjajah.
Mbah Syahid memaknai kanuragan sebagai bagian khazanah intelektual yang tak bisa lepas dari perjuangan dakwah islam. Ini terbukti dari keberadaan kitab-Kitab Pusaka karya beliau yang hingga kini masih tersimpan.
Sampai saat ini, di sekitar berdirinya Pesantren Kembangan, ilmu kanuragan masih menjadi khazanah tradisi yang lestari. Ini alasan kenapa Kembangan, Bedahan, hingga Manukan (Gayam), masyhur wilayah ilmu kanuragan.
Santri Mbah Syahid Kembangan
Mbah Syahid Kembangan punya banyak santri. Di antara santri kinasih Mbah Syahid yang cukup terkenal, adalah KH Muntoho Padangan (Mbah Ho). Selain santri kinasih, Mbah Ho adalah keponakan dari Mbah Syahid Kembangan.
Karya Mbah Syahid Kembangan
Seperti umumnya ulama Fiidarinnur, Mbah Syahid memiliki sejumlah karya kitab tulisan tangan (manuskrip). Di antaranya Mushaf Quran, Kitab Tapal Adam, Kitab kumpulan Donga Jawa, dan kitab-kitab Fiqih. Sayangnya, pada 2007 silam, karya-karya beliau yang tersimpan di bekas lokasi Pesantren Kembangan, hilang karena banjir besar.
Keluarga Mbah Syahid
Dari catatan manuskrip yang sudah ditemukan, Mbah Syahid memiliki 3 istri. Istri pertama dikenal Nyai Klotok Syahid, berasal dari Klotok. Istri pertama wafat dan dimakamkan di makbaroh Klotok. Istri kedua Nyai Kembangan Syahid, berasal dari Kembangan. Istri kedua wafat dan dimakamkan di Tenggor.
Mbah Syahid memiliki sejumlah anak dari 2 istrinya. Dari istri Nyai Klotok dan dari istri Nyai Kembangan. Putra-putri Mbah Syahid menyebar di berbagai daerah. Berikut daftar nama putra-putri Mbah Syahid Kembangan yang sudah ditemukan, dengan konfirmasi dari Catatan Mbarangan, Catatan Petak, Catatan Kembangan, Catatan Kedungkebo, dan Catatan Panjunan.
Mbah Syahid + Nyai Klotok
1. Kiai Sanusi Mbarangan (kakek KH Ahmad Bisri Mbaru, pengurus pertama NU Padangan)
2. Kiai Jayyin Pundong
3. Nyai Siti Kasiatin Kuncen
4. Nyai Ruk Kuncen
Mbah Syahid + Nyai Kembangan
1. Kiai Nurkhazin Kembangan
2. Kiai Yakub Trembes Malo
3. Kiai Dullah Modin Betet
4. Kiai Syarif Kedongkebo
5. Kiai Khasan Tenggor
6. Nyai Hajjah Rus Panjunan
7. Nyai Hajjah Wuryati Kembangan
8. Kiai Jenal Abidin Kedungkebo
9. Kiai Abdul Qodir Kembangan
Tarekat Mbah Syahid Kembangan terkait ilmu kanuragan, masih tersimpan rapi sebagai bagian dari khazanah intelektual islam nusantara sampai saat ini. Tarekat Mbah Syahid pernah berkembang di sejumlah wilayah. Khususnya di Mbarangan Padangan, Kembangan Gayam, hingga Kedungkebo Senori.