Siapa yang bisa menolak rasa sakit hati? Ia bisa datang kapan pun, tanpa terduga dan tanpa bisa diantisipasi. Sakit hati tidak bisa ditolak. Terlebih saat diputuskan seorang kekasih. Bagaimana cara menghadapinya?
“Dari pada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini…”
Itu penggalan lirik dari satu lagu seorang legenda dangdut Indonesia. Lagu musisi bernama lengkap Meggi Zakaria tersebut berjudul Sakit Gigi. Namun, apakah benar sakit gigi lebih mending dibanding sakit hati?
Tentu tidak keduanya. Sakit gigi atau sakit hati sama saja. Bagi yang pernah mengalaminya, pasti merasakan hal yang sama. Jelas sama-sama menyiksa. Makan, minum, tidur, semuanya terasa tidak nyaman. Hilang segala varian rasa, kecuali sakit.
Siapa sih yang belum pernah merasakan sakit hati? Kamu pasti pernah kan? Tahu kan rasanya gimana? Tidak enak kan?
Rasa sakit yang menyesakkan dada tersebut tidak bisa hilang begitu saja. Dipaksa hilang pun tidak bisa. Namun, dia akan hilang dengan sendirinya, pada saatnya. Saat dimana kamu merasa sudah move on.
Menjelang move on, segalanya akan terasa berantakan. Pola tidur, pola makan, bahkan pola pikir menjadi rusak dan hancur. Segalanya berubah ke titik nol dan hampa. Rasanya seperti kita terlalu cepat lahir, bahkan sebelum big bang terjadi. Kita hidup, tapi tidak ada hukum alam yang berjalan.
Terpaan badai kegalauan patah hati harus segera dilewati. Kamu harus tetap melanjutkan hidup. Jangan sampai mencoba berpikir untuk mati. Mati dalam keadaan sakit hati itu sungguh tidak menyenangkan sama sekali.
Karena itu, Jurnaba.co akan memberikan kamu tips untuk melanjutkan hidup ditengah terpaan badai kegalauan patah hati pasca putus cinta.
Tetap Perhatikan Kesehatan
Orang galau memuat banyak pikiran. Biasanya, banyak hal yang kamu pikirkan saat galau. Tetapi, pikiran itu tidak jelas. Beban pikiran itu bisa mengacaukan otak. Rangsangan rasa lapar, haus, mengantuk bisa hilang. Padahal tetap saja tubuh membutuhkannya.
Meskipun tidak merasa lapar, kamu tetap harus makan. Jangan sampai perut kosong. Sedikit demi sedikit, doyan atau tidak doyan, perut harus terisi makanan. Jika urusan perut tidak diperhatikan, penyakit akan datang. Tentu itu akan memperparah suasana saat sakit hati.
Perbanyak minum juga bagus. Banyak pikiran, banyak pula energy yang dibutuhkan. Minum air putih harus sering dilakukan. Selain untuk memperlancar aliran darah, cairan tersebut juga sebagai stok air mata.
Ketika kita merasa hancur dan dunia gelap, menangis tetap dibutuhkan. Terlepas bagi pria atau wanita. Menangis adalah cara kamu mencuci perasaan hatimu. Menangis dapat meringankan beban. Setidaknya, kelegaan pasca menangis bisa meringankan beban.
Karena kerja otak juga berantakan, mengantuk juga tidak terasa. Meski mata merah, kering dan perih, berusaha tidur pun susah. Kalau pun digunakan untuk aktivitas lain, tubuh tidak bisa dibohongi. Rasa letih akan tetap terasa. Sedikit atau banyak.
Jika begitu, kamu bisa menggunakan waktu untuk beribadah. Setidaknya, mendekatkan diri kepada Tuhan mampu menenangkan hati. Bertahanlah dengan aktivitas tersebut hingga tertidur.
Jika masih tidak bisa tidur, jangan mencarai aktivitas berat untuk mengalihkan pikiran. Misalnya olahraga. Tentu itu tidak baik. Kondisi galau membuat tubuh lelah, jangan ditambah lagi. Kamu memang butuh fokus untuk pelarian pikiran, tapi tidak untuk olahraga.
Pikiran kacau dan suasana tidak menentu tersebut tetap harus kamu lewati. Kamu tidak bisa terlepas dari itu. Permasalahan utama atau di hati dan otak. Kemana pun kamu pergi, kamu selalu membawanya. Jadi, terus bergerak hingga sembuh adalah jalan yang harus dan pasti ditempuh.
Jika kamu mampu melewatinya, kamu akan mendapat pelajaran yang baik. Belajar dari diri sendiri termasuk penting. Setelahnya, kamu akan merasakan reward akan kemajuan dirimu. Berhasil sembuh dari penyakit akan mendatangkan kebahagiaan. Tentu tidak bisa dibayangkan.
Ikhlaskan dia untuk bersama yang lain. Sadari bahwa belum tentu dirimu paling baik untuknya. Kamu masih perlu banyak belajar. Bahagia adalah hak preogratif kamu.
Jadi, untuk kamu semua yang sedang patah hati, berjuanglah. Belajarlah dari perenungan-perenungan. Kamu harus menyadari kegelapan agar mampu melihat cahaya.