Selama ini tanaman kelor identik perihal mistis. Namun, di tangan warga Desa Bogo, Kecamatan Kapas, tanaman kelor bisa dibuat menjadi berbagai olahan yang punya nilai jual tinggi.
Desa Bogo terletak di kecamatan Kapas, sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro. Daerah yang dilintasi aliran sungai Bengawan Solo ini punya potensi alam sangat besar. Salah satunya potensi tanaman kelor yang bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam olahan bernilai ekonomis.
Kanan kiri jalan sudah terlihat banyak tanaman kelor tanaman warga saat masuki desa tersebut. Salah satu perangkat desa setempat, Mulyono, warga desa Bogo sudah mulai melakukan budidaya tanaman kelor sejak dua tahun terakhir ini. Melalui program bantuan Pemerintah Daerah.
Untuk menindaklanjuti program pemerintah tersebut, dibentuklah kelompok tani yang fokus mengembangkan budidaya tanaman kelor. Mulyono sendiri menjadi salah satu sosok penting dibalik program budidaya tanaman kelor di Desa Bogo.
Sejak 2016, Mulyono dan kelompok tani Sri Rejeki mulai mengembangkan budidaya tanaman kelor. Rumah salah satu anggota kelompok tani digunakan sebagai lahan pengembangbiakan bibit tanaman kelor.
Ada dua jenis varietas tanaman kelor yang dikembangkan di Desa Bogo. Lokal dan luar negeri. Untuk tanaman kelor luar negeri berasal dari India dan Afrika. Perbedaan dengan bibit lokal, varietas India dan Afrika lebih cepat berbuah. Dalam waktu 6 bulan, varietas kelor asal India dan Afrika sudah berbuah.
“Varietasnya ada India Afrika dan lokal. Kalau yang luar itu 6 bulan sudah berbuah. Kalau lokal butuh waktu yang lebih lama,” ungkap Mulyono.
Semua bagian dari tanaman kelor bisa dimanfaatkan. Mulai dari daun, buah, bunga hingga akarnya. Ada yang bisa diolah menjadi makanan, minuman, obat-obatan bahkan bisa menjadi bahan untuk kosmetik kecantikan.
Salah satu produk unggulan dari budidaya tanaman kelor di Desa tersebut adalah teh kantong. Produk teh yang menggunakan merk Kelorita tersebut sudah dipasarkan di berbagai daerah di Bojonegoro. Tak hanya di Bojonegoro saja, pemasaran sudah merambah daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Bahkan produk teh Kelorita ini sudah pernah diekspor ke luar negeri seperti Lithuania.
Meski berkembang dengan baik, program budidaya dan pengolahan kelor di Desa Bogo punya banyak kendala. Salah satunya mengubah pemikiran warga sekitar untuk ikut serta dalam mensukseskan program ini.
Salah seorang anggota karya tani Sri Rejeki lainnya, Novi, menceritakan jika para pemuda setempat masih sulit digerakkan. Mereka sulit mengubah mindset tentang tanaman kelor. Banyak yang memandang sebelah mata. Kebanyakan dari mereka masih berpikir pada materi secara instan saja.
“Padahal jika dilihat dengan saksama, program yang kami bangun ini punya potensi yang sangat besar,” ujar Novi.
Untuk menumbuhkan ketertarikan pemuda setempat, kelompok tani Sri Rejeki membuat berbagai terobosan. Salah satunya membuat warung dengan menu makanan yang terbuat dari tanaman kelor. Ada berbagai macam menu makanan yang bisa dibuat dari bahan tanaman kelor.
Warung yang berisi menu makanan dari tanaman kelor punya potensi menarik banyak wisatawan dari luar Desa Bogo untuk datang berkunjung. Sehingga, perekonomian warga sekitar bisa terangkat berkat keberadaan warung kelor tersebut.
Potensi besar yang dimiliki Desa Bogo memang harus mendapatkan dukungan banyak pihak. Segala upaya akan terus dilakukan demi menarik minat pemuda sekitar. Tujuannya, agar bisa bahu-membahu membuat tanaman kelor menjadi ciri khas utama Desa Bogo. Dengan begitu, berbagai sektor yang ada di Desa Bogo bisa meningkat.
Comments 1