Cinta kerap kali dimaknai secara dangkal sebatas kisah kasih dua orang manusia. Padahal, cinta memiliki makna teramat luas dan tak melulu soal bingkai nafsu dalam wujud: aku sayang kamu.
Bulan ke 2 dari 12 bulan yang ada. Dinobatkan sebagai bulan kasih sayang. Spreading of love. Jatuh pada 14 februari. Seluruh dunia merayakan momen ini. Apalagi kalau bukan hari valentine.
Mungkin semua sudah tahu. Mengapa 14 februari dinobatkan sebagai hari kasih sayang atau valentine. Tulisan ini tidak akan mengulas sejarah tentang valentine. Karena sudah banyak yang tahu sejarah valentine. Jadi buat apa juga bercerita.
Intisari dari hari valentine adalah kasih sayang. Kasih sayang tanpa adanya cinta, sama seperti matahari tanpa unsur gas mulia. Terkadang cinta juga tak selamanya bahagia. Terjadinya prahara cinta, kadang justru mengantarkan kasih sayang sepanjang masa.
Cinta bisa timbul dan berwujud apa saja. Bahkan cinta bukan hanya hubungan antar dua insan manusia. Cinta terbentuk karena adanya ketertarikan antara dua wujud. Dengan bumbu kasih sayang. Saling sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia, eh, cinta.
Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir. Kamu pasti tidak asing dengan kalimat ini kan, Nabs? Kalimat yang selalu diucapkan Panglima Tian Feng. Mungkin lebih dikenal degan nama Cu Pat Kay. Tak pernah menyerah dalam mengejar cinta.
Penderitaan cinta hanya akan lahir jika kita memaknai cinta dengan makna sempit sebagai laku imbal balik. Padahal cinta, kadang harus melupakan apa yang kita dapat dari apa yang kita berikan.
Yang butuh imbal balik bukan cinta. Tapi kasih sayang. Cinta teramat kecil jika harus dimaknai sebagai hubungan imbal balik. Tapi kasih sayang, memang harus ada timbal balik. Itu alasan kata “kasih” berdampingan dengan “sayang”.
Jika kau mencintai orang lain dan cintamu tak terbalas, lalu hatimu merasa terluka, itu bukan cinta. Itu kasih sayang. Sebab cinta adalah mekanisme memberi dan menyebar, bukan mendapatkan.
Tidak hanya manusia. Bahkan alam semesta juga memberi hatinya. Tinggal bagaimana kita, sebagai manusia, bisa menangkap sinyal cinta dari alam semesta. Cinta pada lingkungan, cinta pada hewan, cinta pada ilmu pengetahuan merupakan bagian cinta kepada alam semesta.
Cinta selalu terselip dalam cerita yang membuahkan karya. Seperti kisah cinta Cinderella dan Pengeran, Romeo dan Juliet hingga Daedalus dan Icarus. Entah bahagia atau nestapa. Semua kisahnya terangkum dengan cinta.
Cinta yang melahirkan kasih sayang, sering butuh perantara. Hingga akhirnya memunculkan sosok Cupid sebagai kurir cinta. Kita juga tahu istilah makcomblang kurir cinta dalam dunia nyata. Nada dan benda juga bisa dijadikan perantara sebagai rasa cinta.
Lahirnya insan di dunia bukan tanpa alasan. Tangis, tawa dan senyum juga menggambarkan rasa cinta ketika lahir ke dunia. Meski dunia terbilang fana. Namun dengan kehadiran cinta semua menjadi berwarna. Bila tidak ada cinta, mungkin dunia tidak lagi berwarna. Hitam putih layaknya goresan pena di atas kertas.
Berbahagialah kamu yang terlahir dan mengenal cinta. Gunakan momen kasih sayang ini untuk menyebarkan cinta. Tidak hanya memaknainya sebagai momen kasih dan sayang-sayangan.
Tidak ada yang salah dengan menyebarkan cinta. Toh dengan menyebarkan cinta, sama halnya dengan menyebarkan kebaikan. Walau sejatinya cinta bisa kamu sebarkan kapan saja.
Buat kamu yang tidak tertarik degan momen ini. Cukup melewatinya saja. Bukankah suatu hal yang membahagiakan ketika melihat insan di dunia beramai-ramai menyebarkan cinta.