Ender-ender merupakan oleh-oleh alternatif khas Bojonegoro. Jajanan yang terbuat dari ketela ini, bisa Nabsky jadikan pilihan buah tangan ketika berada di Kabupaten Bojonegoro.
Bojonegoro memiliki banyak varian produk olahan makanan. Sebagaimana jargon Bojonegoro sebagai kota produktif. Melalui UMKM, banyak terobosan baru oalahan makanan. Satu di antaranya adalah Ender-ender.
Ender-ender muncul dari tangan kreatif sosok bernama Choridj. Makanan ini merupakan camilan yang berbahan dasar dari ketela. Olahan ketela ini berbentuk pipih. Terasanya renyah saat digigit. Ender-ender Choridj ini memiliki 2 varian rasa, yaitu gurih dan manis.
Pada awalnya, Choridj mengemas ulang emping garut untuk dijual. Emping tersebut dia pasarkan ke beberapa kota di luar Bojonegoro. Namun, sayangnya emping garut memiliki bahan yang bersifat musiman. Itu membuat dia harus mencari lagi ide untuk olahan yang bahannya ada setiap saat.
Kemudian, muncul ide untuk mengolah ketela. Pasalnya, ketela bisa dipanen setiap waktu. Setiap daerah pun memiliki waktu panen yang berbeda. Ini memungkinkan dia untuk memproduksi olahan ketela setiap hari. Ketela sendiri masih belum memiliki banyak jenis olahan.
“Memilih telo (ketela) karean ada terus, tapi bentuk inovasinya masih belum muncul,” kata bapak 2 anak tersebut.

Setelah berkelana kesana-kemari, akhirnya dia bertemu dengan seorang teman lama. Dia pun bernostalgia bersama temannya. Temannya sempat menceritakan bahwa bekal sekolahnya dulu berupa ender-ender. Sejenis olahan dari ketela untuk dimakan. Itu terjadi sekitar tahun 1982 hingga 1985.
“Orang tua di sekitar Dander, Ngasem, Kalitidu gitu pasti tau kalau ditanya tentang ender-ender,” tukasnya.
Dia menceritakan bahwa dulunya ender-ender bentuknya seperti kue wingko. Bahan dasarnya dalah umbi-umbian. Orang membuat ender-ender untuk makanan harian. Ender-ender pada masa lalu memiliki kelemahan, yaitu tidak awet jika disimpan terlalu lama.
Dari situ muncul ide dari Choridj untuk menciptakan produk inovasi berupa ender-ender. Ender-ender ini harus berbeda dengan yang dahulu. Dia mempertimbangkan cara pengolahannya agar ender-ender menjadi lebih awet dan bebas kolesterol.
Setelah 1 tahun, dia menemukan ide untuk pengolahan ender-ender. Choridj sempat pergi ke Cirebon dan menemukan makanan bernama Sempe. Dia mencari tahu tentang proses pembuatan sempe. Ternyata, proses tersebut cocok untuk mengolah ketela menjadi ender-ender.
Bapak kelahiran Kediri 1966 tersebut riset produksi dan pemasaran sekitar 3 bulan. Tepat pada 13 Januari 2013 mulai mencoba memasarkan ender-ender. Pada awalnya, respon dari pembeli masih kurang bagus. Namun, melalui beberapa event di luar kota, akhirnya ender-ender bisa dikenal luas dan laku keras. Dia juga sempat mengikuti event Jakarta Fair 2015 untuk memperkenalkan produk andalannya tersebut.
Merambah Luar Daerah
Saat ini, pemasaran ender-ender sudah menjangkau 15 kota dan kabupaten di Jawa Timur. Setiap 1 hingga 2 bulan sekali Ender-ender dikirmkan ke hampir 30 toko di Jawa Timur. Bapak yang pernah usaha pupuk kambing ini juga memasarkan ender-ender secara online melalui market place.
Rumah produksi ender-ender berada di Kecamatan Kapas, Bojonegoro. Setiap hari, rumah produksi ini menghabiskan hampir 40 kg ketela untuk bahan adonan. Bahan tersebut berasal dari ketela lokal Bojonegoro. Hanya jika tidak terpenuhi, barulah membeli ketela dari luar kota. Misalnya ketela dari Magetan.
Saat ini, warga Kapas tersebut sudah memiliki 12 karyawan. Karyawan tersebut merupakan warga lokal Kecamatan Kapas.

Choridj berharap bahwa nantinya ender-ender juga menjadi produk olahan khas Bojonegoro. Selain itu, produk ender-ender juga memiliki nilai yang mampu mengangkat perekonomian warga Bojonegoro. Jadi, belum ke Bojonegoro kalau tidak mencicipi ender-ender.
“Saya ingin ender-ender menjadi satu kekhasan yang dimiliki Bojonegoro dan produk yang meningkatkan Bojonegoro,” kata bapak yang santai dan ramah tersebut.
Choridj memiliki prinsip bahwa setiap hal harus ada manfaatnya. Kita tidak boleh berhenti mencari ide baru. Harus ada hal baru yang bisa kita ambil dan pelajari. Hingga saat ini, dia terus riset untuk menemukan produk baru. Misalnya Jasingke, nasi bakar, dendeng daun singkong dan abon lele.
Ender-ender merupakan penganan khas Bojonegoro yang bisa dijadikan buah tangan. Jadi Nabs, kalau kebetulan sedang berada di bumi Anglng Dharma, jangan lupa untuk membeli jajanan khas bernama Ender-ender.