Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Kultura

Mengenal Konsep Sawah Apung sebagai Solusi Petani Masa Kini

Mahfudin Akbar by Mahfudin Akbar
09/09/2019
in Kultura
Mengenal Konsep Sawah Apung sebagai Solusi Petani Masa Kini
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Banyak opsi menanam padi yang dikembangkan di Indonesia. Berbagai inovasi pertanian terus dikembangkan. Satu di antaranya adalah metode tanam sawah apung atau floating field. Beberapa manfaat bisa didapatkan melalui cara tanam sawah apung. Seperti apa konsep tanam padi apung ini?

Buat para petani padi, bercocok tanam di lahan yang penuh dengan air atau rawa-rawa adalah pekerjaan sulit. Lahan tersebut mungkin hanya bisa ditanami saat musim kemarau saja. Kala musim penghujan tiba, lahan berubah jadi rawa-rawa sehingga sulit ditanami.

Namun belakangan ini muncul inovasi pertanian dalam metode bercocok tanam padi. Namanya, teknik budidaya sawah apung atau floating field. Lewat teknik ini, lahan rawa yang penuh dengan air tetap bisa ditanami padi secara maksimal.

Inovasi pertanian sawah apung merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi petani. Secara sederhana, konsep sawah apung ini merupakan suatu sistem budidaya pertanian dengan cara menanam padi diatas permukaan air.

Pada konsep sawah apung ini, media tanam ditempatkan pada rakit yang terbuat dari bambu. Media tanam terdiri dari campuran tanah, sabut kelapa dan jerami. Dibutuhkan jumlah rakit yang cukup banyak. Sesuai dengan luasnya lahan pertanian.

Baca juga: Merayakan panen padi organik di Desa Mojodeso

Di Bojonegoro, konsep sawah apung ini sudah diterapkan oleh petani di Desa Karangdayu, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Sebagian sawah Desa Karangdayu memang sering terkena luapan Sungai Bengawan Solo.

Menurut data dari Dinas Pertanian Bojonegoro, Desa Karangdayu merupakan salah satu desa penghasil tanaman padi yang cukup besar. Desa tersebut punya luas lahan pertanian 389 hektar yang terdiri dari  luas lahan sawah 333 hektar dan lahan tegal 56 hektar.

Produksi dari lahan pertanian untuk tanaman padi di Desa Karangdayu mencapai 8 – 9 ton per hektar. Angka tersebut merupakan angka yang dihasilkan oleh lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Namun sayang produksi tersebut hanya bisa dilakukan 2 kali dalam setahun.

Saat musim penghujan datang, lahan sawah biasanya tidak ditanami. Itu disebabkan karena luapan Sungai Bengawan Solo yang kerap membanjiri lahan pertanian Desa Karangdayu. Warga pun mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Setelah melakukan sejumlah eksperimen, konsep sawah apung ternyata cocok untuk diterapkan. Alhasil, saat musim penghujan tiba, lahan pertanian Desa Karangdayu tetap bisa ditanami padi.

Menanam padi di atas permukaan air merupakan suatu metode tanam yang baru diketahui oleh Petani Desa Karangdayu. Konsep sawah apung ini diujicobakan oleh 5 Dosen Pertanian dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo.

Penelitian ini dibantu oleh Koordianator Penyuluh Pertanian Kecamatan Baureno dan Penyuluh Pertanian Desa Karangdayu. Salah satunya adalah Enny Wahyuningsih. Sarjana Teknik Pertanian tersebut mengatakan bahwa konsep sawah apung ini diharapkan mampu memberi inspirasi kepada petani di daerah lain.

“Dengan adanya percontohan tanam padi apung di Desa Karangdayu, diharapkan dapat menginpirasi Petani daerah lain. Ini solusi tanam padi pada musim penghujan,” ujar Enny Wahyuningsih.

Manfaat dari metode ini langsung dirasakan oleh petani di Desa Karangdayu. Antara lain petani bisa memanfaatkan lahan yang lebih luas, sehingga hasilnya lebih banyak. Serta menghemat biaya. Karena konsep sawah apung membuat para petani tak perlu membajak atau menyirami lahan.

Konsep sawah apung menjadi peluang bagus bagi para petani di Bojonegoro. Terutama daerah-daerah sekitar Sungai Bengawan Solo. Dengan inovasi pertanian ini, petani tak perlu bingung lagi soal lahan yang sering banjir atau kerap tergenang air di musim penghujan.

Tags: PadiSawah Apung

BERITA MENARIK LAINNYA

Bersiaplah Jatuh Cinta dengan Menulis, Lewat Tiga Hal Berikut!
Kultura

Bersiaplah Jatuh Cinta dengan Menulis, Lewat Tiga Hal Berikut!

26/04/2022
Mengapa Menjaga Kesehatan Mental Itu Penting?
Kultura

Mengapa Menjaga Kesehatan Mental Itu Penting?

23/04/2022
Momen Tarawih: Dari Mengamankan Perut hingga Mengkondisikan Sandal
Kultura

Momen Tarawih: Dari Mengamankan Perut hingga Mengkondisikan Sandal

11/04/2022

REKOMENDASI

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

21/05/2022
Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

20/05/2022
Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

19/05/2022
Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

18/05/2022
Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

17/05/2022
Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved