Libur lebaran sudah dimulai sejak Sabtu (1/6/2019). Lalu, bagiamana dengan mudik kalian, Nabs? Sudah sampai di kampung halaman atau belum nih.
Berdasarkan kalender, Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 5 dan 6 Juni. Jadi, sekiranya nanti malam merupakan jadwal salat tarawih yang terakhir pada tahun ini.
Meski begitu, sore ini (3/5/2019), barulah Kementrian Agama RI melaksanakan sidang isbat penentuan 1 syawal. Apa kamu tidak ingin merasakah tarawih di kampung halaman?
Bagi yang sudah berada di kampung halaman, merasakan tarawih terakhir pasti cukup menyenangkan. Selain menjalani puasa bersama keluarga, tentu bisa berjumpa dengan kawan lama. Belum lagi para tetangga lama yang jarang bertegur sapa.
Untuk beberapa orang, sempat merasakan tarawih di kampung halaman adalah hal yang mengharukan. Apalagi di saat-saat terakhir Ramadhan. Pastinya kampung halaman sudah cukup ramai.
“Orang mudik sebenarnya adalah orang yang punya naluri untuk kembali kepada asal-usulnya, rindu kampung halaman, keluarga dan nuansa budaya yang membesarkan waktu ia kecil.”
Quote dari Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun tersebut terasa benar. Budaya mudik di Indonesia tidak lain karena adanya kerinduan akan kampung halaman. Kampung di mana kita memiliki ikatan psikologis yang kuat. Kampung di mana kita merasakan proses pertumbuhan dan pembelajaran.
Lalu, siapa yang tidak ingin merasakan nuansa tersebut? Jelas sekali, nostalgia akan membangkitkan suatu kekuatan spiritual yang tak bisa dijelaskan. Mungkin hanya bisa dirasakan setiap pelakunya.
Salah satunya adalah Ummas Shohibul Qolbi, pria asal Bojonegoro yang berkarir di Kota Malang. Sejak Jumat (31/5/2019), dia pulang ke Bojonegoro.
Hal itu dia lakukan demi merasakan liburan lebih lama di kampung halaman. Selain menikmati lebaran bersama keluarga, dia ingin menyempatkan untuk tarawih di kampung halaman.
“Jum’at cuma formalitas kerja, aku langsung pulang saja. Ingin buru-buru pulang biar sempat ibadah bareng keluarga,” ucap Ummas.
Menurutnya, kurang nikmat jika pulang hanya untuk momen lebaran saja. Selama ini, bekerja sebagai perantauan kurang bisa merasakan ibadah bersama keluarga.
Dulu, beribadah bersama keluarga dirasa biasa saja. Namun, ketika sudah sibuk bekerja, momen tersebut menjadi keinginan tersendiri.
“Sekarang kan sudah berumah tangga, tapi masih ada keinginan untuk beribadah bersama orang tua,” tambahnya.
Tidak semua bisa merasakan hal tersebut. Seringkali tugas dan pekerjaan menjadi alasan. Namun, siapa yang tidak ingin berlama-lamaan bersama keluarga? Terlebih dalam beribadah. Apalagi dalam momen Ramadhan yang hanya satu tahun sekali.