Ngopi memang bukan hal yang baru di Bojonegoro. Dari dulu, Bojonegoro telah dihuni oleh ribuan penyeduh dan pecinta kopi. Meskipun begitu Nabs, baru pada beberapa tahun belakangan ini muncul tren kopi baru di Bojonegoro. Seperti apa pergeserannya?
Awal mulanya, jenis kopi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Bojonegoro adalah kopi yang disangrai hingga matang sempurna, hitam pekat, atau meminjam istilah tren saat ini disebut dengan dark roast. Dark roasted coffee ini kemudian diseduh dengan cara menubrukkan kopi yang sudah digiling halus dengan air panas di dalam cangkir, yang menghasilkan kopi pahit, hitam, dan pekat.
Tahun-tahun belakangan, muncul kedai-kedai kopi baru di Bojonegoro yang menjajakan kopi single origin yang diseduh dengan berbagai metode, baik manual brewing hingga teknik brewing dengan mesin. Apa itu single origin, Nabs? Dialah biji-biji kopi yang membawa identitas jenis dan daerah asalnya. Ada dua jenis kopi, yaitu robusta dan Arabica, yang mana menawarkan rasa dan sensasi yang berbeda.
Menurut pegiat komunitas kopi Bojonegoro, serta pemilik kedai kopi Bejana, kopi jenis robusta yang memberikan rasa pahit, lebih familiar bagi penikmat kopi di Bojonegoro. Sedangkan saudaranya, kopi Arabica memberikan sensasi asam dan lebih nikmat jika dinikmati tanpa gula. Selain jenisnya, kopi saat ini turut membawa serta nama daerah asalnya. Contohnya, kopi Bali Kintamani, kopi Toraja, kopi Aceh Gayo, dan lain sebagainya.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan tren nasional, dimulai sekitar tahun 2006 ketika novel Filosofi Kopi yang ditulis Dee Lestari mulai booming. Disusul dengan tayangnya film adaptasi dari buku tersebut pada tahun 2015. Tren metode seduh yang menggunakan berbagai alat yang awalnya asing, perlahan mulai dikenal, digemari, dan menjajari nikmatnya kopi tubruk khas Indonesia.
Setelah Filosofi Kopi, perihal kopi memang menjadi lebih filosofis. Kopi menjadi lebih sakral, seakan tidak dapat diseduh dengan cara main-main, dan minumnya pun harus menghayati. Tidak heran kalau kemudian semakin banyak lagu-lagu yang menyematkan kata kopi dengan syahdunya.
Kopi sebagai komoditas maupun sebagai gaya hidup memang tidak lagi dipandang sebelah mata dan sederhana. Seperti yang dinyatakan oleh Alif Rafa, pegiat #ehayokngopi, dan Endy, pegiat kopi nusantara menyebutkan bahwa kopi telah membentuk banyak hal baru, komunitas penyeduh dan penikmat kopi, perkembangan di bidang keilmuan kopi, sorotan yang lebih terang pada petani kopi di seluruh penjuru daerah Indonesia, maupun industri kopi itu secara umum.
Bahkan, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Badan Ekonomi Kreatif juga sedang serius menggarap dan memaksimalkan potensi kopi di Indonesia. Jadi, gimana Nabs? Sudah siap untuk membawa kopi ke jenjang yang lebih serius? #ehh
Comments 3