Biar grup WA alumni nggak sekadar ngebak-ngebaki memori, tercetuslah ide membikin donasi bagi mereka yang sangat membutuhkan bantuan di tengah pandemi.
Punya grup WA yang jumlahnya banyak, kadang menjadi berkah, kadang juga menjadi masalah. Berkah saat banyak hal bermanfaat darinya. Masalah saat hape jadi lemot gara-gara grup tersebut.
Tapi, entah apa yang merasuki saya dan teman-teman hingga kepikiran menjadikan grup WA alumni, dalam hal ini Alumni MAN 1 Bojonegoro angkatan 2009, sebagai ruang semai kepedulian bagi sesama.
Ya, di tengah cobaan yang sedang melanda masyarakat akibat Virus Corona, banyak sejumlah profesi yang mengalami kekurangan pendapatan secara drastis. Bahkan ada yang nol putul setiap hari.
Kita bisa bayangkan, seorang suami yang hampir tiap hari tak punya pemasukan untuk diberikan pada anak dan istri, gara-gara musim pandemi ini.
Orang-orang itu bisa dari kalangan tukang becak, tukang ojek, bapak-bapak tukang jualan mainan anak, penjual jajan keliling, dan lain-lain. Betapa sumpeknya perasaan mereka.
Para pengusaha yang notabene punya uang cukup saja, masih pada sumpek dan menumpahkan kekhawatiran mereka di story WA, gara-gara mengalami penurunan keuntungan akibat Corona ini.
Lha terus, bagaimana nasib mereka yang berada di kalangan bawah, yang untuk menumpahkan kekhawatiran lewat story WA saja, sebuah kemewahan yang belum pernah mereka miliki? Ndahneo sumpeke, Rek.
Biar grup WA alumni saya nggak sekadar ngebak-ngebaki memori, tercetuslah ide membikin donasi bagi mereka yang sangat membutuhkan bantuan di tengah pandemi yang menyumpekan hati ini.
Bersama sejumlah kawan, saya menginisiasi adanya donasi bantuan. Terutama bagi mereka yang masih memiliki rezeki berlebih, untuk menyisihkan sedikit rezeki.
Dan alhamdulillah. Majelis grup WA alumni merespon niat kami itu dengan baik. Kami pun mengumpulkan donasi yang dananya, digunakan untuk membeli nasi bungkus dan dibagi-bagikan kepada tukang becak di pinggir jalan Bojonegoro.
Kami sangat bersyukur karena sejak Senin lalu, acara donasi dan bagi-bagi nasi bungkus berbasis grup WA alumni ini diberi kelancaran.
Ini membuktikan bahwa masih ada orang yang mau diajak peduli di tengah kesumpekan global ini. Selain itu, grup WA alumni juga tak sekadar ngebak-ngebaki memori dengan kiriman link berita mencemaskan.
Grup WA alumni, yang selama ini selalu kita keluhkan karena membuat hape lemot, atau sering kita syukuri karena kerap melempar nostalgia masa remaja, bisa sangat berguna demi kepedulian sesama.
Mereka yang tergabung dalam sebuah grup WA alumni, punya kecenderungan sangat kenal satu sama lain. Sebab satu alumni. Ini yang membedakan dengan grup-grup WA berbasis bukan alumni. Sehingga, saat diajak bergerak, gerakannya pun amat kompak.
Nabsky yang di dalam hapenya punya banyak grup alumni, siapa tahu bisa menjadikan grup tersebut sebagai ruang semai kepedulian terhadap sesama di tengah pandemi ini. Biar grup WA ga cuma bikin lemot hape saja. Kan bisa diberdayakan.
Terimakasih, teman-teman alumni MAN 1 Bojonegoro angkatan 2009. Tanpa kalian semua, tulisan ini tak akan pernah terlahir di dunia.