Masih ingat nggak, kapan terakhir kali kamu nulis surat? Nulis surat cinta buat si dia, misalnya, masih ingat nggak sih gimana sensasinya? Hehe
Tak hanya nulis surat cinta yang tak-pernah-terbaca-oleh-si-dia. Kamu pasti sering banget nulis surat izin mbolos secara formal dan berperadaban ke Wali Kelas kan? Hayo!
Nabs, menulis surat terkesan sederhana. Namun, sesungguhnya, ia tak sesederhana yang disangka. Menulis surat punya dampak cukup besar bagi si pengirim maupun si penerima surat.
Awal bulan ini, Donald Trump berkirim surat pada Kim Jong Un. Tentu itu kabar mengagetkan. Mengingat, dua pemimpin kontroversial itu, kerap berseberangan pada banyak perkara.
Namun, siapa sangka, surat dari Presiden AS itu menuai pujian dari si penerima surat, Kim Jong Un. Pemimpin Korut itu menyatakan jika surat dari Trump “sangat baik” dan si Jong Un serius mempertimbangkan isi surat itu.
Dikutip dari BBC, tak ada yang tahu bagaimana isi surat itu. Gedung Putih belum mengkonfirmasi apapun. Tapi, melihat respon Kim Jong Un yang teduh, menggambarkan betapa surat punya peran yang tidak sederhana.
Nabs, seperti kita tahu, perundingan AS dan Korea Utara mencapai jalan buntu. Pertemuan Trump dan Jong Un di Vietnam Februari lalu, berakhir tanpa kesepakatan.
Kasusnya, AS bersikeras agar Korut menghentikan program nuklirnya. Sementara, Pyongyang menuntut keringanan sanksi. Dan pertikaian terus berlanjut.
Namun, melihat respon Jong Un terhadap surat yang dikirim Trump, menunjukkan betapa surat memang tak sama dengan pertemuan langsung, alih-alih tulisan berbasis cechatingan.
Penulis buku The Secret Letter Project: A Journal for Reflection, Growth and Transformasion Through the Art of Letter Writing, Juliet Madison’s mengatakan, surat sangat istimewa terutama pada proses pembuatannya.
Menurut Juliet, kekuatan menulis surat ada pada prosesnya. Menurutnya, menulis surat (dengan tangan) berbeda dengan menulis surat berbasis ketak-ketik keyboard. Surat tertulis tangan menggambarkan upaya yang tidak sederhana.
Ini alasan kenapa berkirim surat mampu membikin si penerima surat meleleh. Sebab, menulis surat saja sudah sebuah perjuangan. Belum lagi ide dan maksud yang ingin disampaikan?
Menulis surat, tak melulu perkara cinta. Nabsky bisa menulis surat pada orang-orang terdekat dengan berbagai tema. Tapi, jika tak ada pemantik yang lebih menggairahkan selain perkara surat cinta, bolehlah Nabsky coba menulis surat cinta. Hehe
Menulis surat punya dampak pisau bermata dua. Yang keduanya baik-baik semua. Untuk si pengirim surat misalnya, menulis surat mampu memecah kebuntuan di kepala. Sekaligus melatih kelihaian menata aksara, menjadi baris kata yang meneduhkan.
Selain itu, menulis surat juga mampu melelehkan kerasnya hati si penerima surat. Bagaimana tidak meleleh, membayangkan upaya menulis surat yang tak sederhana, harusnya bisa tahu betapa besar perjuangan si pengirim surat.
Proses berkirim surat antara Donald Trump dan Kim Jong Un tentu bisa dijadikan contoh. Dua orang keras kepala saja mampu saling melelehkan diri hanya karena sebuah surat. Hehe
Saya membayangkan, bagaimana jika pemerintah membikin program “menulis surat untuk pemerintah”. Sehingga, keluh kesah tak disampaikan secara sporadis dan bias kemarahan. Namun, teliti dan penuh pertimbangan.
Nabs, apapun isi suratnya, dan kepada siapapun surat itu diperuntukkan, menulis surat merupakan tradisi positif yang harus kembali dihidupkan.
Sebab, menulis surat mengajarkan betapa ide dan ucapan harus dipikir matang-matang sebelum ditetaskan sebagai produk komunikasi dalam bentuk apapun. Yuk kita hidupkan kembali tradisi positif menulis surat!