Untuk perkara wisata, Bojonegoro memiliki segalanya. Kecuali pantai tentu saja. Ketiadaan pantai, bahkan selalu jadi alasan kenapa harus berwisata ke luar kota. Tapi, nabsky harus tahu bahwa jika sebenarnya Bojonegoro juga bisa membikin pantai sendiri.
Bojonegoro terlalu lengkap sebagai kota kecil dengan banyak opsi tempat wisata. Mulai tempat wisata berbasis alam. Berbasis pedesaan. Hingga tempat wisata berbasis taman bermain. Hanya, memang, ketiadaan pantai kerap membikin itu semua kurang sempurna.
Nabs, pantai memang jadi satu destinasi wisata paling menyenangkan. Tuhan menciptakan pantai disertai berkah ketentraman dan kesyahduan. Pantai mampu mempertebal perasaan.
Saat kau merasa sedih, dengan duduk-duduk di pantai mampu memaksimalkan kesedihanmu. Sebaliknya, saat kau merasa bahagia, cukup jalan-jalan di pantai mampu mengoptimalkan rasa bahagiamu. Sehingga, bisa dipastikan, tempat berlibur paling dicari adalah pantai.
Sesungguhnya, ketentraman dan kemampuan “mempertebal rasa” pantai, bisa juga diberikan gunung atau pegunungan. Tapi, karena gunung terkesan ekslusif dan hanya bisa dikunjungi orang-orang dengan tekad tertentu — dan kurang cocok dijadikan tempat berlibur keluarga — pantai jauh lebih memiliki pamor tempat wisata dibanding gunung.
Karena itu, untuk menarik wisatawan, pantai adalah kunci. Perihal itu pula yang mungkin menjadi sebab banyaknya tempat wisata di Bojonegoro seolah tidak berarti apa-apa hanya karena tidak ada pantainya. Hmm
Bojonegoro bisa bikin pantai sendiri
Saat musim kemarau, sungai Bengawan Solo tampak sangat indah. Keindahan tersebut, bisa dimaksimalkan dengan menjadikan pinggir sungai menjadi pantai. Lho, emang bisa? Yaiyalah, bisa. Hehe
Pinggir sungai dengan pinggir laut sebenarnya sama. Tidak ada bedanya. Hanya beda ukuran saja. Kalau pinggir sungai Bojonegoro mau dibersihkan, tentu lebih mampu menghadirkan view yang indah.
Tanah pinggir sungai, kau tahu, sesungguhnya memiliki tekstur yang sama dengan tanah pinggir laut. Kalaupun beda, hanya sedikit perbedaannya. Tanah pinggir sungai lebih padat karena tercemar sampah.
Nah, andai mau lebih telaten, pinggir sungai bisa disetting jadi pantai minimalis. Asal, kebersihan dijaga. Dan diperlakukan layaknya memperlakukan pinggir laut. Meski hanya bisa dinikmati saat kemarau saja, tentu tidak masalah.
Asal punya imajinasi berlebih dan memiliki kemauan untuk tidak minder terhadap apa yang dimiliki, punya pantai bukan perkara mustahil bagi Bojonegoro. Bukan begitu, Nabs?