Hari Kemerdekaan RI ke-74 di Bojonegoro dirayakan dengan berbagai cara. Tak ketinggalan atlet kebanggaan para juara panahan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur
Warga telah berkumpul sejak siang. Mulai dari remaja putra-putri, ibu-ibu, hingga para lansia antusias menantikan lomba panahan di Lapangan Komplek Perumahan Wisma Indah Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro.
Meski terik matahari siang cukup menyengat di kulit, para peserta riang gembira menantikan perangkat panahan terpasang. Gelak tawa dan guyonan soal memanah mewarnai suasana itu.
Perangkat disiapkan oleh tim yang dikomandoi langsung oleh ketua Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Kabupaten Bojonegoro, Endah Sulistiyorini. Beberapa atlet peraih emas di ajang Pekan Olah Raga Provinsi (Proprov) Jatim juga nampak sibuk membantu persiapan.
Sekurangnya 50 warga mendaftarkan diri dalam kegiatan memeriahkan agustusan ini. Rerata para ibu dan para bapak ini baru pertama kali memegang busur dan anak panah. Bahkan ada yang gemetar memegang busur. Alhasil anak panah melenceng jauh dari sasaran.
“Saya baru kali ini memanah sungguhan. Biasanya cuma mainan,” ucap Rina diiringi derai tawa. Ibu separuh baya itu mengaku tertarik memanah karena menurutnya memanah itu sebagian dari ajaran agamanya.
Memanah memang satu di antara tiga keahlian yang diyakini umat Islam harus dipelajari. Dua lainnya adalah berenang dan berkuda.
Selain itu, bagi Rina, memanah adalah olah raga yang menantang. Sama seperti bermain game. Sekali mencoba, terus penasaran.
“Di sini kita dikasih dua kali kesempatan bermain dengan masing-masing tiga busur panah. Rasanya ingin coba terus,” imbuhnya.
Endah Sulistiyorini yang akrab dipanggil Bu Nyoman mengaku senang dengan antusiasme warga ini. Dia merasa bangga saat panahan digemari masyarakat Bojonegoro.
“Saya merasakan nuansa kemerdekaan di sini. Perjuangan kami mencetak prestasi untuk Bojonegoro turut dinikmati masyarakat,” ucapnya serasa tersenyum lebar.
Bojonegoro memang telah mencetak beberapa atlit panahan berprestasi. Mulai tingkat provinsi hingga olimpiade. Setidaknya tiga kali Bojonegoro pernah mengirim atlitnya ke olimpiade di Beijing, London, dan Brazil.
Meski berprestasi, Endah menilai bahwa panahan masih belum mendapat banyak pengakuan dari masyarakat Bojonegoro. Oleh karenanya, melalui agustusan ini, dia ingin panahan lebih dekat kepada masyarakat.
“Sebetulnya kalau di luar daerah, bahkan di negara-negara lain, Bojonegoro sangat dikenal oleh orang-orang panahan. Tapi mungkin di sini kita butuh upaya lebih untuk mendekatkan panahan dengan warga,” tuturnya.
Menurut Endah, memanah bukan sekadar main-main. Selain menyenangkan, ia juga banyak manfaatnya.
“Olahraga memanah membuat kita sehat badan, sehat mental, dan melatih fokus,” ujar dia.
Saat memanah, otot-otot terlatih dengan menahan beban. Posisi kaki dan badan juga memberikan peregangan otot. Selain itu, setiap latihan harus selalu disertai pemanasan dan latihan fisik yang cukup.
Mental juga terlatih untuk tenang dan fokus. Saat anak panah mencapai sasaran utama, kita akan merasakan kesenangannya. Rasa penasaran untuk terus membidik titik tengah membuat kita tertantang dari satu bidikan ke bidikan lainnya.
“Memanah itu mudah. Kita hanya butuh kemauan dan latihan. Di Perpani alat sudah ada, kalau mau,” ungkap Endah.
Memanah memang menyenangkan. Rasa senang inilah yang harus kita rayakan dalam nuansa kemerdekaan Republik Indonesia ke-74. Meski cara merayakan agustusan berbeda-beda. Namun semangatnya sama. Seperti yang dirayakan masyarakat Bojonegoro dengan cabor panahan.