Aplikasi pesan singkat, Whatsapp, kini membatasi jumlah penerusan pesan atau fitur forward message. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah persebaran Hoax. Lalu, apa dampak nyata dari kebijakan ini pada masyarakat?
Meneruskan pesan atau forward message adalah fitur yang kerap digunakan pengguna Whatsapp. Fitur ini sering digunakan untuk berbagi informasi ke banyak orang.
Sayangnya, fitur ini menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi fitur forward message penting untuk menyampaikan informasi atau pesan ke banyak orang. Di sisi lain, fitur ini jadi saluran utama untuk menyebar informasi hoax.
Kita tentu pernah mendapat forward message yang berisikan berita heboh maupun informasi yang kontroversial. Baik dari teman yang ada di kontak Whatsapp kita, maupun dari grup WA yang kita ikuti.
Berita maupun informasi hoax memang sangat mudah disebarkan lewat Whatsapp. Sekali tekan, kita bisa mengirim berita maupun informasi kepada belasan hingga puluhan kontak Whatsapp.
Kini, hal itu tak bisa dilakukan lagi.
Sejak 21 Januari 2019, pihak Whatsapp membatasi jumlah forward message. Jika dulunya pengguna bebas mengirimkan pesan ke banyak orang, kini dibatasi hanya 5 pesan saja per hari.
Pembatasan ini bertujuan menekan jumlah persebaran hoax di seluruh dunia. Terutama persebaran hoax lewat aplikasi Whatsapp.
Salah satu kasus hoax lewat Whatsapp yang menyita perhatian dunia terjadi di India. Saat itu beredar berita di Whatsapp bahwa marak terjadi penculikan anak di India.
Hal itu membuat masyarakat resah sehingga memberi perhatian lebih kepada orang yang dianggap mencurigakan.
Hoax penculikan anak di India itu pun akhirnya menelan korban jiwa. Adalah Mohammad Azam, pemuda yang tewas dikeroyok massa karena disangka penculik. Azam disangka penculik ketika sedang membagikan cokelat kepada anak-anak.
Azam bersama dua rekannya membagikan cokelat kepada anak-anak di jalanan. Tak ada yang aneh dari kegiatan yang dilakukan Azam tersebut.
Sialnya, salah satu anak menangis saat diberi cokelat oleh Azam. Orang-orang di sekitar pun menyangka jika Azam hendak menculik anak tersebut. Alhasil, Azam dihajar massa hingga meregang nyawa.
Peristiwa yang dialami Azam adalah akibat dari penyebaran informasi hoax yang masif melalui medium Whatsapp.
Hoax Whatsapp di Bojonegoro
Dengan segala fitur dan kesederhanaannya, Whatsapp menjadi aplikasi chat messenger favorit warganet Bojonegoro. Besarnya jumlah pengguna di Bojonegoro membuat Whatsapp kerap digunakan sebagai saluran penyebar hoax.
Sama seperti kasus di India, Bojonegoro juga sempat gempar dengan informasi hoax tentang penculikan anak.
Pada November 2018 lalu, marak beredar broadcast message tentang penculikan anak di Bojonegoro. Persebarannya pun cukup masif. Tak hanya di medium Whatsapp saja, tapi juga lewat Facebook. Padahal, isu tersebut belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Salah satu warga Bojonegoro, Nurul Istiqomah pernah mendapatkan informasi mengenai hoax penculikan anak tersebut lewat grup Whatsapp. Ibu satu anak tersebut sempat cemas dengan berita tersebut. Pasalnya, dia memiliki anak yang berumur 4 tahun.
“Saya pernah dapat broadcast itu di grup WA. Sempat khawatir karena saya punya anak kecil,” ungkap perempuan yang tinggal di Kelurahan Sumbang, Kecamatan Kota Bojonegoro tersebut.
Isu mengenai penculikan anak tersebut memang sempat menghebohkan masyarakat Bojonegoro. Apalagi di kalangan orang tua yang memiliki buah hati. Sebagai bentuk penanganan, pihak kepolisian pun akhirnya turun tangan.
Ternyata setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak berwajib, informasi mengenai penculikan anak di Bojonegoro adalah hoax.
Kapolres Bojonegoro, AKBP Ary Fadli pun angkat bicara. Menurutnya, isu mengenai penculikan anak di Bojonegoro adalah hoax. Ary Fadli pun menghimbau agar masyarakat tak mudah terprovokasi dengan berita atau informasi yang belum jelas asal usulnya.
“Ketika dapat informasi yang kurang jelas kebenarannya lebih baik jangan gegabah mengunggah ulang informasi tersebut,” ungkap Ary Fadli seperti dikutip dari Jawapos.
Kemajuan dan kemudahan yang ditawarkan teknologi terkini memang memiliki kekurangan. Salah satunya adalah mudahnya menyebarkan berita bohong alias hoax.
Pembatasan jumlah forward message di Whatsapp adalah upaya pemberantasan hoax yang patut diapresiasi. Semoga langkah ini membuat berita dan informasi hoax bisa berkurang ya Nabs.