Fashion menjadi gaya hidup populer. Berbagai macam jenis inovasi pakaian pun bermunculan. Namun, pakaian-pakaian bekas juga memiliki tempat tersendiri di mata para penggemarnya.
Semua orang berperadaban, pasti butuh helai kain untuk dijadikan pakaian. Setidaknya sebagai pelindung tubuh.
Seiring berkembangnya teknologi, inovasi fashion semakin dekat dengan masyarakat.
Berbicara fashion, pastinya pernah ngerti maraknya penjual baju bekas. Nabs, kamu bisa mendapatkan brand mahal dengan harga terjangkau di tempat penjualan baju bekas, lho.
Baju bekas, yang di Bojonegoro dikenal sebagai awul-awul, memang marak. Maraknya penjual pakaian bekas ini jadi fenomena tersendiri bagi pecinta fashion, terutama fashion second. Selain branded, harganya terjangkau.
Tidak hanya itu, pakaian bekas selalu dianggap berkualitas. Belum lagi, dengan Rp 100 ribu bisa dapat barang mewah. Bahkan, bisa dapat lebih dari satu jenis pakaian. Fenomena pakaian bekas juga bergeliat di Bojonegoro.
Pakaian bekas pernah jadi semacam trend di Bojonegoro. Khususnya di kalangan anak muda yang paham brand. Sebab, referensi mereka luas. Mereka pun mencari di tempat dengan harga jual lebih murah.
Tim Jurnaba.co sempat menghampiri salah satu penjual pakaian bekas Bojonegoro yang berada di jalan Diponegoro. Erik, salah satu penjual menjelaskan, pakaian bekas menjadi tren sendiri bagi anak muda Bojonegoro. Bahkan, hadirnya trend ini dijadikan sebuah momen untuk gegayaan.
“Mereka saling hunting dari tempat satu ke tempat lainnya. Mencari dan membandingkan harga. Hingga menemukan hasil buruan,” kata Erik.
Erik mengatakan, saat ini, cukup susah mendapat barang. Sebab, setiap kota dibatasi untuk jumlah pembeliannya. Itu karena ada peraturan pemerintah yang baru tentang kesehatan. Mengingat, ada isu terkait kesehatan.
Karena keterbatasan jumlah barang, pakaian bekas ini pun jadi langka. Akibatnya, harga jual di pasaran membengkak kian mahal dari harga sebelumnya. Sehingga, banyak para pemburu pakaian bekas jadi malas untuk hunting lagi.
Salah seorang pemburu baju bekas, Yaya mengatakan, dia mengaku senang memburu pakaian bekas karena harganya memang murah. Selain itu, kualitas dan brand-nya juga bagus.
“Senang aja, kapan lagi bisa bergaya dengan brand mahal tapi harga sesuai kantong,” kata Yaya.
Berburu pakaian bekas, kata Yaya, bukan tanpa isu dan masalah. Salah satu isu yang beredar adalah masalah kesehatan. Pakaian bekas tersebut, konon membawa bakteri dan jamur yang menularkan penyakit. Belum lagi isu lain tentang persaingan dengan pakaian produk dalam Negeri.
“Sekarang harganya lebih mahal, mending beli barang baru aja harganya sama,” kata Yaya.
Tren pakaian bekas memang cukup berkembang di Bojonegoro. Meski bekas pakai atau barang reject, penggemarnya di Bojonegoro cukup banyak. Kalau beruntung dan giat mencari, kamu bisa dapetin brand pakaian terkenal yang masih layak pakai lho Nabs.