Penyakit demam berdarah kembali menyerang di musim penghujan. Meningkatnya jumlah kasus demam berdarah di Bojonegoro membuat masyarakat makin membutuhkan cara alternatif untuk menangani penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
Jumlah kasus demam berdarah di Bojonegoro mengalami peningkatan pada awal 2019 ini. Hal ini jadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Antisipasi dan penanganan pun dilakukan untuk menangani kejadian ini.
Menurut data yang yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Bojonegoro, jumlah kasus penyakit demam berdarah di Bojonegoro mencapai 97 kasus per 19 Januari. Di mana ada dua penderita yang meninggal dunia.
Meningkatnya jumlah kasus demam berdarah membuat pemerintah Bojonegoro mengambil sejumlah langkah. Contohnya dengan melakukan fogging ke beberapa tempat. Namun, pihak Dinkes Bojonegoro juga menghimbau agar masyarakat juga turut serta dalam upaya pencegahan.
“Dinkes sudah melakukan 33 fogging. Tapi fogging bukanlah upaya pencegahan karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja,” ujar Kasi Pengendalian Penyakit Dinkes Bojonegoro Wheny Dyah.
Dinkes Bojonegoro menghimbau agar masyarakat juga aktif melakukan tindakan pencegahan melalui program 3M. Program 3M meliputi menguras bak mandi, menutup tempat penyimpanan air dan mengubur sampah. Tujuannya agar nyamuk penyebab demam berdarah tak bisa berkembang biak.
Cara Alternatif untuk Mencegah Demam Berdarah
Sebenarnya banyak cara pencegahan yang bisa dilakukan selain dengan 3M. Salah satunya dengan metode Wolbachia yang dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Metode ini menggunakan nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung bakteri Wolbachia untuk menghambat perkembangan replikasi virus Dengue.
Wolbachia sendiri bakteri alami yang terdapat pada sel tubuh serangga dan ditemukan di hampir 60 persen jenis serangga seperti lalat, capung, hingga nyamuk. Namun bakteri ini tidak ada pada nyamuk Aedes aegypti yang selama ini dikenal sebagai penular virus Dengue.
Kemampuan menghambat virus demam berdarah membuka kemungkinan penggunaan bakteri ini secara luas. Jika dibandingkan dengan fogging, Wolbachia relatif lebih murah dan aman bagi lingkungan.
Cara kerja Wolbachia memang sedikit rumit. Para peneliti melepaskan ribuan nyamuk yang sudah terinfeksi bakteri Wolbachia ke rumah warga. Harapannya, ada peningkatan populasi nyamuk Wolbachia di kawasan rumah warga. Sehingga, jumlah penyebaran penyakit demam berdarah bisa diatasi.
Penelitian ini sendiri melibatkan beberapa negara lain macam Australia, Brasil dan Kolombia. Jika nantinya terbukti efektif, besar kemungkinan pemanfaatan nyamuk ber-Wolbachia bisa menjadi alternatif untuk mengatasi penyebaran virus Dengue di Indonesia.
Tahu nggak Nabs, penilitian Wolbachia ini didukung oleh Bill Gates lho. Pada 2014 lalu, Bill Gates berkunjung ke laboratorium UGM Yogyakarta untuk melihat proses pengembangan nyamuk Wolbachia.
Kedatangan Bill Gates tersebut memang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga tak begitu menyita perhatian media massa. Kedatangan pendiri Microsoft tersebut bertujuan untuk mendukung program pengembangan Wolbachia ini.
Metode Wolbachia bisa jadi solusi alternatif untuk mengatasi penyebaran virus demam berdarah. Dengan pengembangan serius, bukan tidak mungkin metode Wolbachia bisa berdampak besar.
Di musim penghujan seperti sekarang ini, masyarakat memang harus mewaspadai penyakit demam berdarah. Gejala dan segala macam tanda-tanda penyakit demam berdarah baiknya harus dikenali sejak awal. Dengan begitu, pencegahan bisa berjalan dengan maksimal.
Jaga terus kondisi badan ya Nabs. Jangan lupa juga untuk melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur).